Anda di halaman 1dari 69

• Berasal dari dua akar kata, yaitu bureau ( burra, kain kasar

penutup meja), dan-cracy. Keduanya membentuk kata


bureaucracy.
• Berbagai sumber berpendapat, setidak-tidaknya ada tiga macam
arti birokrasi.
• Pertama, birokrasi diartikan sebagai “ government by bureaus,”
yaitu pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat oleh
pemegang kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan dalam
sebuah organisasi formal, baik publik maupun privat.
Pemerintahan birokratik adalah pemerintahan tanpa partisipasi
pihak yang-diperintah.
• Kedua, birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku
pemerintahan, yaitu, sifat kaku,macet, berliku-liku dan segala
tuduhan negatif terhadap instansi yang berkuasa ( Kramer dalam
Ndraha, 2003;513).
• Ketiga, birokrasi sebagai tipe ideal organisasi. Biasanya dalam
arti ini dianggap bermula pada teori Max Weber tentang konsep
sosiologik rasionalisasi aktivitas kolektif.
• TERMENOLOGI BIROKRASI
 Birokrasi sebagai organisasi yang rasional
(rational organization)
 Birokrasi sebagai ketidakefeseinan organisasi
(Organizational inefficiency)
 Birokrasi sebagai pemerintahan olehparapejabat
(rule of officials)
 Birokrasi sebagai administrasi negara (public
administration)
 Birokrasi sebagai administrasi oleh para pejabat
(administration by officials)
 Birokrasi sebagai organisasi yang memiliki ciri
tertentu, seperti hirarki dan peraturan (type of
organization with specific characteristic and
quality as khierarchies and rules)
 Birokrasi sebagai salah satu ciri masyarakat
modern (an essential quality of modern society)
• Terdapat dalam pandangan Hegel dan Max Weber
:
Hegel : Birokrasi adalah institusi yg
menjembatani antara negara dan masyarakat.
Max Weber : Birokrasi adalah organisasi yang
memiliki ciri-ciri ; Adanya suatu hirarkhi,
termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke
bawah, adanya serangkaian posisi jabatan yg
masing masing memiliki tugas & tanggung jawab
yg tegas, Adanya aturan, regulasi, standard
formal, Adanya personel yg scr teknis memenuhi
syarat, yg bekerja atas dasar karier dan promosi
• Birokrasi dalam pengertian Netral & Patologi

1. Pengertian Netral : tidak terkait baik atau buruk

2. Birokrasi sebagai Patologi

a. Patologi yg timbul akibat gaya manajerial


b. Patologi yg timbul akibat rendahnya pengetahuan
&
keterampilan petugas pelaksana
c. Patologi yg timbul akibat tindakan anggota
birokrasi
yg melanggar norma dan aturan perundangan
d. Patologi yg timbul akibat perilaku negatif birokrat
e. Patologi yg timbul akibat situasi internal berbagai
instansi dalam lingkungan pemerintahan
• Birokrasi adalah pihak yg paling aktif dalam
kegiatan pengelolaan kekuasaan negara sehari-
hari, ia berperan sbg pelaksana keputusan yg
dirumuskan pemimpin politik.

• Birokrasi berperan penting karena dalam


kegiatan pengelolaan kekuasaan negara sehari-
hari tidak pernah terjadi kevakuman administrasi,
baik dalam proses perumusan maupun di dalam
proses pelaksanaan setiap kebijakan.
• Birokrtasi Negara Maju memiliki ciri-ciri :
• Aparat negara yang netral (apolitis, tidak
propolitik pemerintah serta tidak pro pada
kepentingan
tertentu.Objektif(memberikanpelayanansama)
• Rasional, tidakdikuasai/didominasi kelompok
tertentu (public Servant)
• Cakap,terampil dan efesein dalam mencapai
kesejahteraan sosial
• Formal dan legalistis
• Tunduk kepada pemerintahan yang memperoleh
kepercayaan rakyat
• Tidak mudah diintimidasi
• Ciri-Ciri Birokrasi Negara Berkembang
Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain dari pada
mengarahkepada yang benar-benar menghasilkan (production directed).
Dengan kata lain, birokrat lebih berusaha mewujudkan tujuan pribadinya
dibanding pencapaian sasaran-sasaran program.
• Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas
kemanfaatan pribadi (personal expediency) ketimbang kepentingan
masyarakat (public-principled interest). Dari sifat seperti ini lahir
nepotisme, penyalahgunaan kewenangan, korupsi, dan berbagai
penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat birokrasi dinegara
berkembang pada umumnya memiliki kredibilitas yang rendah, dan
dianggap tidak mengenal etika.
• Dibanyak Negara berkembang, korupsi telah merajalela sedemikian rupa
sehigga menjadi fenomena yang sangat prevalent dan diterima
sebagaisesuatu yang wajar, atau menurut istilah Heady sanctioned by
social mores dansemi institutionalized.
• Birokrasi di negara berkembang acap kali
bersifat otonom, artinya lepas dari proses
politik dan pengawasan masyarakat. Ciri ini
merupakan warisan administrasi kolonial
yang memerintah secara absolut, atau sikap
feodal dalam zaman kolonial yang terus
hidup dan berlanjut setelah merdeka.
Dibanyak negara berkembang, pada awalnya
orang yang paling terpelajar atau elite bangsa
yang bersangkutan memang berkumpul
dibirokrasi, sehingga kelompok diluar itu
sulit dapat menandingi birokrasi dalam
pengetahuan mengenai pemerintahan dan
akibatnya pengawasan menjadi tidak efektif.
• Memiliki ciri – ciri sebagaiberikut :
Penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai
urusan pribadi;
Administrasi adalah perluasan rumah tangga istana;
Tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja;
“Gaji” dari raja kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah yang
juga dapat ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja;

• Aparat kerajaan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan


raja.
Di dalampemerintahanpusat ( keratin), urusan dalam pemerintahan
diserahkan kepada empatpejabat setingkat menteri ( wedanalebet ) yang
dikoordinasikan oleh seorang pejabat setingkat Menteri Kordinator )
pepatihlebet ). Pejabat – pejabat kerajaan tersebut masing –
masingmembawahi pegawai ( abdidalem ) yang jumlahnya cukup
banyak.
Daerah diluar keraton, seperti daerah pantai raja menunjuk bupati –
bupati yang setia kepada raja untuk menjadi penguasa daerah. Para
bupati biasanya bupati lama yang telah ditaklukkan oleh raja, pemuka
masyarakat setempat, atau saudara raja sendiri.
• Pelayanan publik pada masa pemerintahan kolonial Belanda tidak terlepas dari
sistem administrasi pemerintahan yang berlangsung pada saat itu. Kedatangan
penguasa kolonial tidak banyak mengubah sistem birokrasi dan adminitrasi
pemerintahan yang berlaku di Indonesia, sebagai bangsa pendatang yang ingin
menguasai wilayah nusantara baik secara politik maupun ekonomi, pemerintah
kolonial menjalin hubungan politik dengan pemerintah kerajaan yang masih di
segani oleh masyarakat, motif utamanya adalah menanamkan pengaruh politiknya
terhadap elite politik kerajaan.

• Selama pemerintahan kolonial terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan. Di


satu sisi telah mulai diperkenalkan dan diberlakukan sistem administrasi kolonial
(binnenlandcsheBestuur) yang mengenalkan sistem birokrasi dan administrasi
modern, sedangkan pada sisi lain, sistem tradisional (InheemscheBestuur) masih
tetap dipertahankan.

• Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Raja
Belanda. Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di Negara jajahan,
Ratu Belanda menyerahkan kepada wakilnya, yakniseorang gubernur jenderal.
Kekuasaan dan kewenangan gubernur jenderal meliputi seluruh keputusan politik
diwilayah Negara jajahan yang dikuasai.
Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur danresiden. Gubernur merupakan
wakil pemerintah pusat yang berkedudukan di Batavia untuk wilayahprovinsi,
sedangkan ditingkat kabupaten terdapat asisten residen dan pengawas yang
diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam
menjalankan pemerintahan sehari – hari.
• Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial politik yang sangat berarti bagi
kelangsungan sistem birokrasi pemerintahan.
Perbedaan– perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa diawal masa kemerdekaan tentang
bentuk Negara yang akan didirikan, termasuk dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus kea rah
disintegrasi bangsa dan keutuhan aparaturpemerintahan. Perubahanbentuk Negara dari kesatuan menjadi
federal berdasar kankonstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara pengaturan aparaturpemerintah.
Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan dilematis menyangkut birokrasi padasaat itu. Pertama, bagaimana cara
menempatkan pegawai Republik Indonesia yang telah berjasa mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang
memiliki keahlian dan pengalaman kerja yang memadai. Kedua, bagaimana menempatkan pegawai yang telah
bekerja pada Pemerintah belanda yang memiliki keahlian, tetapi dianggap berkhianat atau tidak loyal terhadap
NKRI. Demikian pula penerapan sistem pemerintahan parlementer dan sistem politik yang mengiringinya pada
tahun 1950-1959 telah membawa konsekuensi pada sering nya terjadi pergantian kabinet hanya dalam tempo
beberapa bulan.
Seringnya terjadi pergantian kabinaet menyebabkan birokrasi sangat terfragmentasi secarapolitik. Di dalam
birokrasi tejaditarik-menarik antar berbagai kepentingan partaipolitik yang kuat pada masaitu. Banyak kebijakan
atau program birokrasi pemerintah yang lebih kental nuansa kepentingan politik dari partai yang sedang
berkuasa atau berpengaruh dalam suatu departemen. Program – program departemen yang tidak sesuai dengan
garis kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri baru yang menduduki suatu
departemen.
Birokrasi pada masa itu benar- benar mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau
berpengaruh. Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah memunculkan persaingan dan sistem kerja
yang tidak sehat didalam birokrasi.
Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalan kantugas-tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat
melaksanakan kebijakan atau program-programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik
yang memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau menteri baru selalu menerapkan kebijakan yang berbeda
daripendahulunya yang berasal dari partai politik yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan pegawai tidak
berdasarkan merit system, tetapi lebih pada pertimbangan loyalitas politik terhadap partainya.
• Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik
korporatisme Negara yang bertujuan untuk mendukung penetarsinya
kedalam masyarakat, sekaligus dalam rangka mengontrol publik secara
penuh.
Strategi politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur
system perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional non
ideologis, dimana sistem tersebut memberikan berbagai lisensi pada
kelompok fungsional dalam masyarakat, seperti monopoli atau
perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau
antar kelompok kepentingan dalam masyarakat yang memiliki
konsekuensi terhadap hilangnya pluralitas social, politik maupun
budaya. Pemerintahan Orde Baru mulai menggunakan birokrasi sebagai
premium mobile bagi program pembangunannasional.
• Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada :
Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam
hierarki birokrasi
Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak
kepemimpinan pusat
Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka
mengkonsolidasikan pengendalian atas daerah-daerah.
• Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti pula
dengan perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, namun harapan terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada
pelanggan sebagaimana birokrasi di Negara – Negara maju tampak nyamasih sulit
untuk diwujudkan.
• Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi, tampaknya
belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia (contoh
Bulog Gate ).

• Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam kenyataan nyamasihs aja


dijadikan alat politik yang efektif bagi kepentingan – kepentingan golongan atau
partai politik tertentu.
Terdapat pula kecenderungan dariaparat yang kebetulan memperoleh kedudukan
atau jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan
dengan melakukan tindak KKN.
• Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian besar
aparat birokrasi pada masa reformasi.Kulturkekuasaan yang telah terbentuk
semenjak masa birokrasi kerajaan dan kolonial ternyata masih sulitu ntuk
dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi.

• Dapat dikemukakan bahwa realitas sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh
Negara – Negara yang sedang berkembang sering kali berbeda dengan realitas
sosial yang ditemukan pada masyarakat di negara maju.
• MASA KERAJAAN
Kerajaan maritim dan agraris
Agraris dominan (pemusatan sumber ekonomi, kehormatan pada
raja dan didistribusikan pada para birokrat)
• MASA PENJAJAHAN
Pada jaman belanda struktur & sistem birokrasi kerajaan tidak
dirubah selama menguntungkan, berbeda dengan abdi dalem,
priyayi (birokratbelanda) yg diangkat belanda dan mengadopsi
gaya belanda tapi gayafeodal kemasyarakat. Timbul
ketidaksenangan para nasionalis pada para priyayi
(birokratbelanda)
• MASA KEMERDEKAAN
Transformasi gaya-gaya kerajaan dan kolonial masih melekat
Posisi dan status masih berkaitan dengan hirarki, abdi negara,
sentralistis dan ritualitas.
• Perbedaannya birokrat tdk berada pada kelas istimewa karena
terlalu banyak dan penurunan kemakmuran serta terus menerus
mengalami krisis kepercayaan masyarakat
1. Patrimonial Birokrasi
a. Patronase diLingkungan elite
b. Simbiosa Penguasa & Pengusaha
c. Abivalensi Hubunganpusat- daerah
2. Setralisasi yg amat kuat
3. Menilai Keseragaman dalam struktur
birokrasi
4. Pendelegasian wewenang yg kabur
5. Kesulitan menyusun uraian tugas dan
analisis
jabatan
• Ciri birokrasi pemerintahan daerah yang kurang kondusif bagi
kemajuan daerah yaitu :
• Umumnya jumlah pegawai terlampau berlebihan (over satffed ),
sehingga menimbulkan pengangguran terselubung.
• Kurang profesional, karena organisasinya tidak memberikan
iklim yang memungkinkan berkembangnya profesionalisme.
• Kurang memiliki daya inisiatif, cenderung menunggu petunjuk
dari atasan.
• Menggunakan manajemen pemerintahan yang sudah usang.
• Selalu mengalami keterbatasan anggaran, karena kesalahan
• menggunakan konsep berpemerintahan.
• Kurang memiliki visi dan misi yang jelas,
• Karena terkungkung oleh paradigma keseragaman.
• Kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.
• Kegiatannya lebih terfokus kedalam tubuh birokrasi itu sendiri,
sedangkan masyarakat lebih banyak dijadikan komoditi politik.
 Max Weber, sosiolog Jerman abad 19 ini,
mengemukakan tentang konsepsi tipe ideal
organisasi pemerintah yang rasional dan
profesional. Pemikiran Weber didorong
keinginannya menciptakan organisasi modern
yang bisa digunakan pemerintah menjalankan
modernisasi dan pembangunan. Weber
mengenal tiga otoritas (1) otoritas tradisional;
(2) otoritas kharismatik; (3) otoritas legal-
rasional (birokrasi).
• Sebelum itu, tahun 1970, Martin Albrow
mempopulerkan istilah ”birokrasi” sebagai nama lain
organisasi pemerintah, Selanjutnya para pakar
(misalkan Fred Kramer, dll, mengaitkan atau
menamakan konsepsi tipe ideal organisasi
pemerintah yang rasional dan profesional ala weber
sebagai birokrasi pemerintahan.
 Individu pejabat secara personal bebas, akan
tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia
menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
individu dalamjabatannya. Pejabat tidak
bebas menggunakan jabatannya untuk
keperluan dan kepentingan pribadinya
termasuk keluarganya. Jabatan-jabatan itu
disusun dalam tingkatan hirarki dari atas
kebawah dan kesamping.
 Konsekuensinya ada jabatan atasan dan
bawahan. Ada yang menyandang kekuasaan
lebih besar dan ada yang lebih kecil.
Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
dengan lainnya.
 Setiap pejabat mempunyai kontrakjabatan
yang harus dijalankan. Uraian tugas masing-
masing pejabat merupakan domain yang
menjadi wewenang dan tanggungjawab yang
harus dijalankan sesuai kontrak.
 Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya, idealnya melalui ujian
kompetitif.
 Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak
untuk menerima pensiun sesuai dengan
tingkatan hirarki jabatan yang disandangnya.
 Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar
dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai
dengan keinginannya dan kontraknya bisa
diakhiri dalam keadaantertentu.
 Terdapat struktur pengembangan karir yang
jelas dengan promosi berdasarkan senioritas
dan penilaian obyekif (merit system).
 Setiap pejabat tidak dibenarkan menjalankan
jabatannya dan sumber daya instansinya
untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
Setiap pejabat berada dibawah pengendalian
dan pengawasan suatu sistem yang
dijalankan secaradisiplin.
 Jabatan-jabatan itu disususn dalam tingkatan
hirarki dari atas ke bawah dan kesamping
 Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain
 Setiap pejabat mempunyai kontrak
jabatannya
 Setiap pejabat berada dalam pengendalian
dan pengawasan suatu sistem.
 Warren Bennis
Birokrasi hirarki piramida pada masa depan
akan diganti dengan sistem sosial baru sesuai
harapan masyarakat.
 Lawrence danLorch
Birokrasi yang bersifat rutin dan stabil, belum
tentu cocok untuk lingkungan yang
kompleks. Oleh karena itu, jika ingin survive
birokrasi harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan atau perubahan lingkungan.
 David Bheetham
Birokrasi Weber memiliki ciri-ciri pokok (1)
instrumen teknis; (2) kekuatan independen; (3)
dapat keluar dari fungsinya yang tepat karena
anggotanya cenderung dari klas sosial partikular
(parpol, misalnya).
 Heckscher dan Donellon
Bentuk organisasi masa depan adalah “post
bureaucratic organization” yang tidak sama
dengan birokrasi weberian. Powering
(kekuasaan) bukan satu-satunya cara
mengendalikan birokrasi,melainkan perlu
empowering (pemberdayaan).
 MiftahThoha
Birokrasi weberian diistilahkan sebagai
officialdom atau kerajaan pejabat– memiliki
dua pemahaman yaitu birokrasi yang rasional
(netral) danbirokrasi yang sarat dengan
kekuasaan (potensipolitis).
Birokrasi yang netral bisa dilihat pada poin
(1), birokrasi politis dapat dilihat pada poin
(2) dan (3).
 Birokrasi adalah jembatan penghubung antara
negara(pemerintah) dengan masyarakatnya (Hegel).
 Di dasari teori perjuangan kelas, krisis kapitalisme,
dan pengembangan komunisme, Karl Marx
berpendapat tentang birokrasi sbb: Birokrasi
adalah negara atau pemerintah itu sendiri.
Birokrasi merupakan instrumen yang digunakan
oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan
kekuasaan dominasinya atas klas sosial lainnnya.
Dalam masyarakat komunis kelak (tiada kelas
sosial, semua sama), birokrasi menjadi tiada arti
karena fungsi birokrasi dijalankan oleh semua
anggota masyarakat.
 Birokrasi Hegelian termasuk dalam kategori
birokrasi netral.
 Birokrasi Marxis termasuk dalam kategori
birokrasi politik atautidaknetral.
 Katalis (mengarahkan ketimbang mengayuh)
 Memberi wewenang ketimbang melayani.
 Pemerintahan yang kompetitif.
 Digerakan oleh misi bukan aturan.
 Berorientasi hasil bukan masukan.
 Melayani pelanggan, bukan dilayani atau
melayani diri sendiri.
 Menghasilkan ketimbang membelanjakan.
 Antisipatif (mencegah daripada mengobati)
 Desentrasi ketimbang sentralisasi
 Pemerintah beroreintasi pasar.
 Kerja yang ketat pada peraturan (rule)
 Tugas yang khusus (spesialisasi)
 Kaku dan sederhana (zakelijk)
 Penyelenggaraan yang resmi (formal)
 Pengaturan dari atas ke bawah (heirarchi)
 Berdasarkan logika (rational)
 Tersentralistis (otorithy)
 Taat dan patuh (obedience)
 Disiplin (dicipline)
 Terstruktur (sistematic)
 Tanpa pandang bulu (impersonal).
 Prinsip Aksestabilitas, dimana setiap jenis pelayanan
harus dapat dijangkau 7 secara mudah oleh setiap
pengguna pelayanan(misal: masalah tempat, jarak dan
prosedur pelayanan)
 Prinsip Kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
harus secara terus menerus tersedia bagi masyarakat
dengan kepastian dan kejelasan ketentuan yang berlaku
bagi proses pelayanan tersebut
 Prinsip Teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
proses pelayanannya harus ditangani oleh aparat yang
benar-benar memahami secara teknis pelayanan
tersebut berdasarkan kejelasan, ketepatan dan
kemantapan sistem, prosedur dan instrumen pelayanan.
 Prinsip Profitabilitas, yaitu bahwa proses
pelayanan pada akhirnya harus dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien serta
memberikan keuntungan ekonomis dan sosial
baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat
luas.
 Prinsip Akuntabilitas, yaitu bahwa proses,
produk dan mutu pelayanan yang telah
diberikan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat karena aparat pemerintah
itu pada hakikatnya mempunyai tugas
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat.
 Para anggota staf secara pribadi bebas, hany
a menjalankan tugas-
tugas impersonal mereka;
 Ada hirarki jabatan yang jelas;
 Fungsi-
fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
 Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kon
trak;
 Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi
profesional, idealnya didasarkan
suatu (ijazah) yang diperoleh melalui suatu
ujian;
 Mereka memiliki gaji dan biasanya juga ada hak-
hak pensiun. Gaji berjenjang menurut kedudukan
dalam hirarki. Pejabat dapat selalumenempati
posnya, dan dalam keadaan-
keadaan tertentu ia jugadapat diberhentikan;
 Pos jabatan adalah lapangan kerjanya
sendiri atau lapangan kerja pokoknya;
 Terdapat suatu struktur karir, dan promosi dimungkink
an berdasarkan
senioritas maupun keahlian (merit) dan menurut
pertimbangan keunggulan (superioritas);
 Jabatan mungkin tidak sesuai baik dengan posnya mau
pun dengan sumber-sumber yang tersedia di
pos tersebut;
 Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang sera
gam
 Kesatu, Birokrasi Pemerintahan
Umum, yaitu rangkaian organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas-
tugas pemerintahan
umum termasuk memeliharaketertiban dan keamanan
, dari tingkat pusat sampai di daerah(propinsi, kab
upaten, kecamatan, dan desa). Tugas-
tugas tersebutlebih bersifat mengatur.
 Kedua, Birokrasi Pembangunan, yaitu organisasi pemer
intahan
yangmenjalankan salah satu bidang atau sektor yang k
husus
guna mencapai tujuanpembangunan,seperti pertanian,
kesehatan, pendidikan, industri
 Ketiga, Birokrasi Pelayanan, yaitu unit
organisasi yang pada hakikatnya merupakan
bagian yang langsung berhubungan dengan
masyarakat.
Yang termasukdalam kategori ini, antara lain:
RumahSakit, Sekolah (SD,SLTA), Koperasi, Ban
kRakyat Desa, Transmigrasi,
dan berbagai unit
organisasi lainnya yang memberikanpelayanan

langsungkepada masyarakat atas nama pemeri


ntah. fungsiutamanya adalah “service”.
 penetapan standar efisiensi yang dapat
dilaksanakan secara fungsional
 terlalu menekankan aspek-aspek rasionalitas,
impersonalitas dan hirarki
 kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan
tujuan-tujuan organisasi
 kurangnya pengawasan terhadap kinerja birokrasi
 sistem penggajian yang kurang
 Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat
penguasa untuk menjalankan
pemerintahan (government by bureaus).
 Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku
pemerintahan yang buruk (patologi).
 Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
Pengertian birokrasi (pemerintahan) adalah suatu
organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub
struktur yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, yang memiliki fungsi, peran, dan kewenangan
dalam melaksanakan pemerintahan, dalam rangka
mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan program
yang telah ditetapkan.
 melaksanakan pelayanan publik;
 pelaksana pembangunan yang profesional
(merit system);
 perencana, pelaksanan, dan pengawas
kebijakan (manajemen pemerintahan);
 alat pemerintah untuk melayani
kepentingan (abdi) masyarakat dan negara
yangnetral dan bukan merupakan bagian
dari kekuatan atau mesin politik (netralitas
birokrasi).
 Sejalan dengan tujuan pemerintahan
 Melaksanakan kegiatan dan program demi
tercapainya visi dan misi pemerintah dan
negara
 Melayani masyarakat dan melaksanakan
pembangunan dengan netral dan professional
 Menjalankan mamajemen pemerintahan,
mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif,
prefentif, antisipatif, resolusi,
 Teori Negara
Terdiri dari unsure konstitutif dan unsure
deklaratif. Unsur konstitutif adalah unsure Negara
yang terdiri dari wilayah, pemerintahan, dan rakyat.
Sedangkan unsure deklaratif adalah unsure Negara
yang terdiri dari pengakuan de facto dan de jure.
 Teori Kebutuhan ekonomi
Usaha manusia memenuhi kebutuhan yang
diperlukan birokrasi yang berfungsi untuk melayani
kebutuhan masyarakat tersebut.
 Teori Organisasi dan Kelas
Tujuan dalam organisasi dapat dicapai apabila ada
instrumen birokrasi yang baik.
 Berdasarkan perspektif Otoriter
• Birokrasi Tradisional
Sumber legitimasinya adalah waktu, artinya
orang yang berkuasa adalah orang-orang
yang lebih lama di dalam birokrasi tersebut.
• Birokrasi Kharismatik
Sumber legitimasinya adalah kepribadian
yang luar biasa bagi seorang pemimpin
yang dilihat secara personal.
• Birokrasi Legal-Rasional
Sumber legitimasinya adalah aturan-aturan
yang dibuat untuk mencapai tujuan
tertentu.
 Berdasarkan Perspektif Keterbukaan
• Birokrasi Terbuka
Aksesibilitas masyarakat dapat masuk dengan luas,
masyarakat dapat ikut serta dalam proses
pembuatan kebijakan dan masyarakat juga dapat
menyampaikan aspirasinya ke birokrasi langsung.
• Birokrasi Tertutup
Berdasarkan kepentingan dan peraturan yang
berada dalam birokrasi tersebut, kebijakan yang
diputuskan hanya dilakukan dalam birokrasi dan
berjalan hanya berdasarkan aturan-aturan yang
didalamnya.
• Birokrasi Campuran
Birokrasi yang mendapatkan aspirasi dari
masyarakat tapi tidak bisa masuk secara langsung
ke dalam birokrasi untuk menentukan kebijakan.
 Budaya feodalistik;
 Menunggu petunjuk/arahan;
 Loyalitas pada atasan, bukan organisasi;
 Belum berorientasi prestasi;
 Budaya melayani rendah;
 Belum didukung teknologi menyeluruh;
 Ekonomi biaya tinggi;
 Jumlah pegawai relatif banyak, kurang
bermutu/asal jadi.
 Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci
dan jelas (tidakmembumi);
 Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak
jelas batas-batas (tidak adil);
 Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan tugasnya, terjadi
pengkotak-kotakan (kaku);
 Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain
tidak/kurang penting (sok penting);
 Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan
wewenang (zalim);
 Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan
(rakus);
 Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan
mengenai hal yang sama, tetapi perintahnya saling
bertentangan (plin plan);
 Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas (banyak
pertimbangan).
 Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern
meliputi administrasi, pelayanan, pengaturan,
perizinan, dan pengumpul informasi.
dimaksudkan bahwa fungsi birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang
telah disusun oleh legislatif serta penafsiran
atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan
demikian, administrasi berarti pelaksanaan
kebijaksanaan umum suatu negara guna
mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
 Pelayanan
 Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dirancang demi mengamankan
kesejahteraan masyarakat. birokrasi biasanya dihadapkan
anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan
masyarakat banyak.
 Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah
suatu kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau
keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan
disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual.
birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak
pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-
data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya,
pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika
masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya mengalami
pembengkakan. Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas
idealisme administrasi negara, oleh sebab itu harus ditindak.
Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan
membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar
tidak memberi ruang bagi kesempatan melakukan pungli.
 Sentralisasi yang cukup kuat
 Menilai tinggi keseragaman dan struktur
birokrasi
 Pendelegasian wewenang yang kabur
 Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis
jabatan
 Tantangan nyata bagi keberhasilan reformasi
birokrasi penyelenggaraan pemerintahan adalah
berfungsinya peran penyelenggaraan Negara
untuk menciptakan kehidupan bersama warga
bangsa dalam mencapai kesejahteraan dan
keadilan bagi masyarakat. Telebih dengan
berjalannya otonomi daerah yang diiringi
tumbuhnya kesadaran warga masyarakat di
daerah untuk semakin kritis menyebabkan
semankin kuat pula tuntutan public atas
keberhasilan governance reform di daerah.
 New Public Management (NPM), model ini
memiliki ciri yang lebih mengarah kepada
“inside the organization”
a. Memfokuskan aktifitasnya hanya pada
kegiatan manajemen, tidak pada aktivitas
kebijakanya.
b. Hal ini berarti NPM mencoba melihat
manajemen pelayanan publik pada segi
kinerja (performance appraisal) dan efisiensi
tidak dari segi politis.
c.
c. Permasalahan manajamen pelayanan public
menjadi bahan-bahan kecil dan sederhana
yang berkaitan langsung dengan kepentingan
dasar pengguna jasa (user-pay-base).
d. Menggunakan landasan pasar (quasi-
markets) sebagai daya dorong bagi
terciptanya kompetisi.
e. Pemangkasan ekonomi biaya tinggi sehingga
ongkos untuk memperoleh pelayanan
menjadi lebih murah.
 The Efficiency Drive, Model ini dapat dilihat
kemunculannya di medium 1980. Model ini
menghendaki sektor publik dikelola secara
bisnis, denganslogan efisiensi
 In search of excellence, model ini lebih
menekankan pada pentingnya budaya
organisasi.
Model ini menolak pendekatan rasionalistik
NPM model 1 dan mengedepankan peran
nilai, budaya ritual dan symbol untuk
membentuk bagaimana orang-orang yang
….berada dalam birokrasi bekerja dan
berperilaku (instead highlights the role of
values, culture, rites, and symbols in shaing
how people actually behave at work).
Terdapat kepentingan yang kuat dalam hal
bagaimana organisasi mengatur perubahan
dan inovasi melalui perubahan budaya.
 Public Service Orientation, model ini
menggabungkan ide-ide manajemen sektor
publik dan privat dengan “reenergizing public
sector managers by outlining a distinct
service mission”. Ciri model ini adalah
memperjelas tujuan dan menjamin bahwa
pengguna lebih diperhatikan dalam
memberikan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai