Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI 5Q

FRAMEWORK PADA
PEMERIKSAAN Hemoglobin (Hb)
Alfiyah Manfa’atul Husna (P27834116002)
PERMASALAHAN
Seorang pasien perempuan berusia
35 tahun melakukan pemeriksaan
Darah Lengkap di Laboratorium
Akurat Tenan menggunakan alat
Sysmex XT-1800 i, diperoleh hasil
jumlah Hemoglobin rendah yaitu
8,5 g/dL padahal pasien tidak
menunjukkan gejala ANEMIA.
SIKLUS 1
Quality Laboratory Practice/Processes (QLP)
Pada Quality Laboratory Practice/Processes (QLP) dilakukan pengkajian terhadap
seluruh prosedur kerja yang dilakukan ketika melakukan pemeriksaan terhadap sampel,
mulai dari pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik.
Adapun prosedur kerja tersebut adalah sebagai berikut:

▪ Pra-analitik :
1. Saat sampling darah, penusukan vena tidak sekali kena
2. Pemindahan darah dari spuit ke tabung dilakukan dengan cara memberikan
tekanan pada spuit
▪ Analitik :
Pemeriksaan dengan alat yang belum dikontrol atau dikalibrasi
▪ Pasca-analitik :
1. Hasil yang terlihat pada layar/display hanya diingat tanpa dicatat pada log book
ataupun form pemeriksaan pasien
2. Tidak dilakukan pengetikan segera terhadap hasil pemeriksaan
Dari penjabaran prosedur kerja tersebut, akan dilakukan pengkajian terhadap tahapan
analitik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
SIKLUS 1
Quality Control (QC)

Quality Control Pada kasus ini dapat


dilakukan pada tahap mulai mengkalibrasi
alat, mengolah sampel sampai menguji
ketelitian ketepatan (presisi dan akurasi)
pada alat Sysmex XT-1800 i.
SIKLUS 1
Quality Assessment (QA)
Tahapan Quality Assessment (QA) dilakukan dengan
membandingkan hasil pemeriksaan Darah Lengkap parameter
Hemoglobin (Hb) menggunakan alat Sysmex XT-1800 i di
Laboratorium Akurat Tenan dengan laboratorium rujukan yang
diperoleh hasil sebagai berikut.

KETERANGAN LAB. AKURAT TENAN LAB. RUJUKAN

NILAI NORMAL 8,5 gr/dL 12,5 g/dL

HEMOGLOBIN (Hb) 11,8 – 15,4 g/dL 11,8 – 15,4 g/dL


SIKLUS 1
Quality Improvement (QI)

Quality Improvement Pada siklus 1 ini yang


mengkaji tahapan analitik hal yang dicurigai sebagai
penyebab kesalahan, Dapat diketahui bahwa
permasalahan yang muncul dikarenakan oleh alat Sysmex
XT-1800 i yang belum dikontrol sebelum dilakukan
running sampel, Sehingga hal ini sangat dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan apabila sampel
diperiksa dalam keadaan kontrol yang tidak masuk.
SIKLUS 1
Quality Planning (QP)

Pada Quality Planning ini hal yang dilakukan


adalah; Membuat program untuk menanggulangi
kasus-kasus yang disebabkan oleh kesalahan
petugas laboratorium, yaitu dengan membuat
perencanaan bahwa kontrol alat dilakukan setiap
pagi hari sebelum dilakukannya running sampel,
dari perencanaan ini, dibuatlah SOP mengenai
kontrol alat.
SIKLUS 2
Quality Laboratory Practice/Processes (QLP)
Adapun kegiatan yang dikaji dalam Quality Laboratory Practice/Processes ini adalah :
▪ Pra-analitik
1. Saat sampling darah, penusukan vena tidak sekali kena
2. Pemindahan darah dari spuit ke tabung dilakukan dengan cara memberikan tekanan dengan
spuit
▪ Analitik
Pemeriksaan dilakukan dengan alat yang sudah dikalibrasi
▪ Pasca-analitik
1. Hasil yang terlihat pada layar atau display hanya diingat tanpa dicatat pada log book ataupun
form pemeriksaan pasien
2. Tidak dilakukan pengetikan segera terhadap hasil pemeriksaan
Dari penjabaran kegiatan tersebut, akan dilakukan pengkajian terhadap tahapan pra analitik
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
SIKLUS 2
Quality Control (QC)

Quality Control pada tahap pra-analitik


dilakukan pada tahap mulai mempersiapkan pasien,
sampling, menerima sampel, penanganan dan
penyimpanan sampel termasuk memberi label pada
sampel. Pada kasus ini, pengendalian mutu
laboratorium siklus 2 dilakukan kontrol terhadap
prosedur sampling dan uji kualitas sampel.
SIKLUS 2
Quality Assessment (QA)
Pada Tahapan Quality Assessment dilakukan dengan mengamati
tahapan pra-analitik yang diterapkan dilaboratorium rujukan dan
dijadikan sebagai perbandingan dengan Laboratorium Akurat Tenan. Pada
laboratorium rujukan, petugas laboratorium rujukan sudah sangat
profesional dalam sampling darah pasien, dibuktikan dengan ketika
melakukan sampling darah, dalam satu kali tusukan langsung mengenai
vena sasaran. Selain itu, sampling darah dilakukan dengan menggunakan
vacutainer sehingga darah langsung masuk ke dalam tabung. Hal ini
menyebabkan tidak dilakukannya pemindahan darah dari spuit ke dalam
tabung yang berpotensi dapat menyebabkan sampel darah lisis akibat
tekanan yang terjadi saat proses pemindahan.
SIKLUS 2
Quality Improvement (QI)

Pada Quality Improvement yang mengkaji tahapan pra-


analitik hal yang dicurigai sebagai penyebab kesalahan, dapat
diketahui bahwa permasalahan yang muncul dikarenakan oleh
sampel darah yang lisis akibat kesalahan atau hambatan dalam
prosedur sampling darah. Ketika sampling darah, penusukan vena
tidak sekali kena dan ketika pemindahan darah dari spuit ke
tabung dilakukan dengan cara memberikan tekanan dengan spuit.
Hal ini menyebabkan sampel darah lisis dan sangat dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu nilai Hemoglobin menjadi
rendah palsu.
SIKLUS 2
Quality Planning ( QP)

Pada Quality Planning ini dibuat perencanaan bahwa


ketika sampling diusahakan dalam satu kali tusukan langsung
mengenai vena sasaran dan ketika memindahkan sampel darah
dari spuit ke tabung, dilakukan dengan tidak memberi tekanan.
Untuk menghindari terjadinya tekanan tersebut, sampling
darah dapat dilakukan dengan menggunakan vacutainer. Dari
perencanaan ini, dibuatlah SOP mengenai plebotomi (sampling
darah) dan sample handling.
SIKLUS 3
Quality Laboratory Practice/Processes (QLP)
Adapun kegiatan dalam QLP yang dikaji dalam pemecahan masalah adalah sebagai
berikut :
Pra-analitik
1. Saat sampling darah, penusukan vena sekali kena
2. Pemindahan darah dari spuit ke tabung dilakukan dengan cara tidak
memberikan tekanan dengan spuit
 Analitik Pemeriksaan dilakukan dengan alat yang sudah dikontrol atau
kalibrasi
Pasca-analitik
1. Hasil yang terlihat pada layar atau display hanya diingat tanpa dicatat pada log book
ataupun form pemeriksaan pasien
2. Tidak dilakukan pengetikan segera terhadap hasil pemeriksaan
Dari penjabaran prosedur kerja tersebut, akan dilakukan pengkajian terhadap
tahapan pasca-analitik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
SIKLUS 3
Quality Control (QC)

Quality Control pada tahap pasca-analitik dapat


dilakukan dengan tahap memulai dari interpretasi hasil
sampai dengan pelaporan. Pada kasus ini, pengendalian
mutu laboratorium siklus 3 dilakukan pengotrolan
ketepatan pencatatan dan pengetikan hasil.
SIKLUS 3
Quality Assessment (QA)

Tahapan Quality Assessment dilakukan dengan


mengamati tahapan pasca-analitik (pencatatan dan pengetikan
hasil) yang diterapkan di laboratorium rujukan dan dijadikan
sebagai perbandingan dengan Laboratorium Pratama. Pada
laboratorium rujukan, pencatatan hasil pada log book atau form
pemeriksaan pasien dilakukan segera setelah hasil keluar dari
alat. Laboratorium ini menerapkan sistem LIS sehingga hasil
pemeriksaan pada alat akan langsung terhubung dengan
komputer untuk print hasil pemeriksaan pasien. Hal ini
menyebabkan tidak adanya pengetikan hasil secara manual
sehingga meminimalisir adanya kesalahan akibat pengetikan
hasil.
SIKLUS 3
Quality Improvement (QI)

Quality Improvement yang mengkaji tahapan pasca-


analitik hal yang dicurigai sebagai penyebab kesalahan, dapat
diketahui bahwa permasalahan yang muncul dikarenakan oleh
kesalahan pada pengetikan hasil pemeriksaan. Hasil yang
terlihat pada layar atau display hanya diingat tanpa dicatat pada
log book ataupun form pemeriksaan pasien. Selain itu, tidak
dilakukan pengetikan segera terhadap hasil pemeriksaan. Hal ini
menyebabkan kesalahan dalam pengetikan hasil pemeriksaan
dan sangat dapat mempengaruhi pelaporan hasil pemeriksaan
yang salah atau palsu.
SIKLUS 3
Quality Planning (QP)

Pada Quality Planning ini dibuat perencanaan bahwa hasil yang


muncul pada layar atau display dicatat pada log book atau form
pemeriksaan pasien dan hasil segera diketik. Selain itu, menerapkan
sistem LIS juga penting diterapkan sehingga hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada alat akan langsung terhubung dengan komputer yang
digunakan untuk mencetak lembar hasil pemeriksaan sehingga tidak
diperlukan lagi input/mengetik hasil secara manual untuk mengurangi
risiko human error dalam pengetikan hasil. Kemudian, wajib
dilakukannya verifikasi hasil pemeriksaan sebelum hasil diberikan kepada
pasien sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan hasil. Dari
perencanaan ini, dibuatlah SOP mengenai pencatatan dan verifikasi hasil.
KESIMPULAN
Untuk menjaga kualitas, setiap laboratorium
sebaiknya :
1. Menerapkan 5Q Framework untuk mecapai mutu
pemeriksaan
2. Menjunjung tinggi kejujuran dan keakuratan
pemeriksaan
3. Mengutamakan kepuasan pasien
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai