Anda di halaman 1dari 23

Tinjauan Pustaka

Dibimbing oleh:
dr. Aritantri D, Sp.PD., M.Sc, FINASIM.
PPDS I ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI JAWA TENGAH
2019 1
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
2
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
3
Definisi Sirosis Hepatis (SH)
Definisi
SH merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif
yang ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan
nodul regeneratif. 2,3Gambaran morfologi dari SH meliputi:
Etiologi
fibrosis difus

nodul regeneratif
Manifestasi
Klinis perubahan arsitektur lobular

pembentukan hubungan vaskular intrahepatik antara pembuluh


darah hati aferen dan eferen
Komplikasi
2 Dooley J, Sherlock S. Sherlock's diseases of the liver and biliary system. 11th ed. Chichester, West Sussex, UK: Wiley-Blackwell; 2011.
3Pinzani M, Rosselli M, Zuckermann M. Liver cirrhosis. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology. 2011;25(2):281-290.
4
Etiologi Sirosis Hepatis (SH)
Definisi
Non-Alcoholic
Alcoholic Liver Hepatitis B,C
Steato
Disease dan D
Hepatitis
Etiologi
Kolangitis
Hepatitis
Sirosis Bilier sklerosing
Autoimun
primer
Manifestasi
Klinis
Hepatotoksis
Infeksi Parasit
Obat atau Kardiak Sirosis
(Schistomiosis)
Toksin
Komplikasi
2 Dooley J, Sherlock S. Sherlock's diseases of the liver and biliary system. 11th ed. Chichester, West Sussex, UK: Wiley-Blackwell; 2011.
4 Schuppan D, Afdhal NH. Liver Cirrhosis. London: Lancet; 2008.Pp. 838-851.
5
Manifestasi Klinis
Definisi

Etiologi

Manifestasi
Klinis

Komplikasi 4 Schuppan D, Afdhal NH. Liver Cirrhosis. London: Lancet; 2008.Pp. 838-851.
5Goldberg E, Chopra S. UpToDate [Internet]. Uptodate.com. 2018 [cited 29 December 2018]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/cirrhosis-in-adults-etiologies-clinical-manifestations-and-diagnosis
6
Komplikasi Sirosis Hepatis (SH)
Definisi
Hipertensi Portal

Etiologi ASITES
Varises Esofagus
Manifestasi
Klinis Peritonitis Bakerial Spontan
Ensefalopati Hepatikum
Komplikasi
2 Dooley J, Sherlock S. Sherlock's diseases of the liver and biliary system. 11th ed. Chichester, West Sussex, UK: Wiley-Blackwell; 2011.
3Pinzani M, Rosselli M, Zuckermann M. Liver cirrhosis. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology. 2011;25(2):281-290.
7
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
8
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
9
Teori underfilling

10
Teori Vasodilatasi Perifer

11
Teori Overfilling
• Teori overfilling mengatakan bahwa asites dimata, dari
ekspansi cairan plasma akibat reabsorpsi air oleh ginjal.
Gangguan fungsi itu terjadi akibat peningkatan aktifitas
hormon anti-diuretik (ADH) dan penurunan aktifitas hormon
natriuretik karena penurunan fungsi hati.
• Teori overfilling tidak dapat menerangkan kelanjutan asites
menjadi sindrom hepatorenal.

12
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
13
Sirosis
Hepatis

ASITES
Tata-
laksana
Asites
14
Penentuan Grading
AASLD EASL
Diperhitungkan berdasarkan Serum Grading Ascites Definisi
Ascites- Albumin Gradient (SA-AG),
Ascites Grade 1 Ascites ringan, hanya terdeteksi
dengan rumus SAAG = (Serum Albumin –
Albumin Asites). dengan ultrasonografi.

• SA-AG yang rendah (<1.1 g/dL) biasanya


Ascites Grade 2 Ascites sedang yang dibuktikan
tidak terdapat hipertensi portal, biasanya
pasien tidak akan berespon terhadap dengan distensi sedang yang
pembatasan garam dan pemberian obat simetris pada abdomen
diuretik.
Ascites Grade 3 Ascites yang besar dan tampak jelas
• SA-AG yang tinggi (>1.1 g/dL) terdapat
ditandai dengan distensi abdomen
Hipertensi portal dan biasanya
memberikan respon terhadap yang nyata
pengukuran ini. 15
Tirah Baring (Bedrest)
AASLD EASL
• Tidak disarankan. • Tirah baring tidak dianjurkan.
• Posisi tegak justru dapat memicu • Karena tidak ada uji klinis yang
peningkatan renin plasma pada menilai apakah itu meningkatkan
pasien dengan sirosis dan ascites, perbaikan klinis dari perawatan
yang secara teori, hal tersebut medis asites.
dapat meningkatkan aviditas • Asumsi sementara postur tegak
sodium dan perbaikan pada asites. mengaktifkan sistem penahan
natrium (sodium-retaining
system) dan sedikit mengganggu
perfusi ginjal.
16
Pengaturan Diet Rendah Sodium
AASLD EASL
• Pengobatan lini pertama • Asupan garam makanan
pasien dengan sirosis dan harus dibatasi secara
ascites termasuk pendidikan moderat (sekitar 80-120
mengenai pembatasan diet mmol natrium per hari).
natrium yaitu sebanyak 2000 Penurunan yang lebih besar
mg per hari atau 88 mmol per dalam kandungan natrium
hari. diet dianggap tidak perlu dan
bahkan berpotensi
merugikan karena dapat
merusak status gizi. 17
Pemberian Diuretik
AASLD EASL
• Menggunakan kombinasi Spironolakton • Pada asites grade 2 dan episode
100mg/hari dan Furosemide 40mg/hari, pertama, diberikan Spironolakton saja
yang dinaikkan per 3-5 hari dengan dengan dosis 100mg/hari, ditingkatkan
memperhatikan rasio 100:40, hingga 100 mg setiap 7 hari, sampai dosis
dosis maksimal spironolakton maksimal 400mg.
400mg/hari dan furosemide • Jika sudah mencapai dosis maksimal
160mg/hari. tidak memberikan respon baik, baru
ditambah Furosemide dengan dosis 40
mg/hari, yang ditingkatkan 40 mg tiap
7 hari, hingga mencapai dosis
maksimal 160 mg/hari.

18
Pemberian Albumin
AASLD EASL
• Pasien dengan onset asites baru, • Tidak menganjurkan pemberian
dianjurkan pemberian infus albumin Albumin intravene secara rutin.
intravena dengan dosis 25 gram per Albumin diberikan bersamaan dengan
minggu selama 1 tahun dilanjutkan large volume paracentesis (LVP),
pemberian setiap 2 minggu dengan dosis 8g per 1 liter cairan
meningkatkan kelangsungan hidup asites yang diambil, baik pada LVP
dibandingkan dengan diuretik saja. yang mengambil cairan <5L atau >5L.

19
Tindakan Parasentesis
AASLD EASL
• Dilakukan pada pasien dengan Tense • Dilakukan pada pasien dengan Tense
Ascites (asites yang besar dan tegang) Ascites (asites yang besar dan tegang)
yang resisten terhadap diuretik. Jika dan harus diberikan infus Albumin
cairan yang diambil sebanyak 5L tidak (dosis 8g per 1 liter cairan asites yang
perlu diberikan infus albumin, jika >5L diambil) di akhir tindakan, baik pada
harus diberikan infus Albumin setelah parasentesis dengan cairan yang
tindakan (dosis Albumin 8g per 1 liter diambil <5 L atau >5L.
cairan asites yang diambil).

20
Pemantauan Terapi
AASLD EASL
Penurunan Berat Badan
• Pada pasein dengan edema tungkai, • Pada pasien tanpa edema tungkai
tidak ada batas penurunan BB tertentu. targetnya 0.5 kg/hari, pada pasien
Pada pasien tanpa edema tungkai, dengan edema tungkai 1kg/hari.
maksimal penurunan 0.5kg/hari.

Kadar Natrium Urine


• Target nilai > 78 mmol/hari. • Tidak dianjurkan diperiksa secara
berkala, kecuali untuk mengetahui
respon natriuretik terhadap diuretik.
Pemantauan Terapi
AASLD EASL
Kreatinin Serum
• Jika >2,0 mg/dL(180 µMOL/l), hentikan • Perlu dipantau untuk mengetahui
diuretik dan asses ulang kondisi pasien. diuretic-induce renal failure, hentikan
diuretik jika terjadi renal failure.

Elektrolit
Jika terjadi hiponatremia (<120mmol/L) Hiponatremia jika mencapai <120-125
maka hentikan diuretik dan asses ulang mmol/L, hentikan sementara diuretik.
kondisi pasien. Hipokalemia terjadi pada penggunaan
Jika terjadi hipokalemia, hentikan tunggal furosemide, hiperkalemia terjadi
furosemide. pada pemberian tunggal spironolakton.
Terima Kasih

23

Anda mungkin juga menyukai