Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

SEORANG PRIA 51 TAHUN DENGAN BENIGH


PROSTATIC HYPERPLASIA
PEMBIMBING :
dr. H. Bakri Hasbullah, Sp. B, FINACS

Disusun Oleh :
Nindya Ayu Pramesti, S.Ked
J510185035
IDENTITAS
Nama : Tn. S

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Mojogedang, Karanganyar

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Pekerja Bangunan

Tanggal masuk : 11 Desember 2018

No. RM : 45 18 11
Autoanamnesis dan alloanamnesis
Keluhan utama : Pasien
mengeluh sulit buang air kecil
• Keluhan tambahan : Buang air
kecil harus mengedan, sering tidak
tuntas, menetes dan terasa sakit,
buang air kecil menjadi lebih sering,
dan tampak benjolan pada daerah
pubis
Riwayat penyakit sekarang :
• Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Karanganyar dengan keluhan
gejala sulit buang air kecil.
• Pasien menyatakan pertama kali dirasakan sejak 3 minggu yang lalu
hilang timbul dan sekitar 2 minggu yang lalu gejalanya semakin
dirasakan memberat.
• Setiap kali ingin BAK pasien harus menunggu lama sampai urinnya
keluar.
• Pasien mengeluh harus mengedan agar air kencingnya keluar,
selain itu pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak
puas dan pancarannya menjadi lemah.
• Pasien menyatakan tidak bisa menahan rasa ingin BAK, BAK
menjadi lebih sering yaitu sekitar 10 kali dalam semalam dan air
kencing yang keluar menetes dan terasa sakit.
• Rasa nyeri juga dirasakan oleh pasien pada perut bagian bawah
terutama saat BAK.
• Pasien menceritakan bahwa BAK yang sulit tidak membaik dengan
perubahan posisi, demam (-), kencing berdarah (-), kencing
bernanah (-), nyeri pinggang (-), gangguan BAB (-), penurunan berat
badan (-), dan keluhan lemas, letih, lesu dan lunglai (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pernah nyeri
Riwayat pernah buang air kecil disertai
Keluhan serupa:
kencing mengeluarkan buang air kecil
disangkal
batu : disangkal berwarna kemerahan:
disangkal

Pasien memiliki
Riwayat DM dan
riwayat hipertensi :
jantung : disangkal
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan Riwayat


Riwayat asma:
serupa : hipertensi:
disangkal
disangkal disangkal

Riwayat TB Riwayat alergi : Riwayat operasi


Paru: disangkal disangkal : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Vital sign
• Tekanan darah : 150/90 mmHg
• Nadi : 72 x/menit
• Pernafasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,7 º C
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
•Kepala : normocephal
•Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)
•Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum
•Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
•Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor,faring tidak hiperemis
•Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, JVP tidak meningkat
Thorax
•Paru-paru :
•Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris
•Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan-kiri
•Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
•Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung :
•Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
•Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
•Perkusi :
•Batas atas sela iga III garis mid klavikula kiri
•Batas kanan sela iga V garis sternal kanan
•Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri
•Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
• Inspeksi : Perut datar simetris.
• Palpasi : Hepar dan Lien tidak membesar,
nyeri tekan epigastrium (-), nyeri Lepas (-),
defans muskuler (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
• Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
• Inferior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Status Lokalis
Regio Costovertebra
• Inspeksi : Bentuk pinggang simetris, benjolan (-)
• Palpasi : Bimanual Ballotement ginjal (-)
• Perkusi : Nyeri Ketok (-)

Regio Supra Pubis


• Inspeksi : Terdapat rambut pubis, benjolan (+)
• Palpasi : Nyeri Tekan (+), Nyeri Lepas (-), Defance Muscular (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

Regio Genetalia Eksterna


• Inspeksi : Orifisium uretra eksterna baik
• Palpasi : Testis teraba dua buah, kanan dan kiri. Konsistensi
Kenyal.
Regio Anal

• Inspeksi : Bentuk Normal, benjolan(-)


• Rectal Toucher :
• Tonus sfingter ani mencengkram kuat
• Mukosa recti licin
• Ampula recti tidak kolaps
• Teraba prostat pada arah jam 11 sampai 1
• Permukaan licin
• Konsistensi kenyal
• Sulcus mendianus tidak teraba
• Pole atas tidak teraba
• Handscoon : Darah, lendir dan feses tidak ada
Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hasil
12.0
Nilai rujukan
14.00-17.5 g/Dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit 40.8 40.00-52.00 %
Leukosit 5.34 4.4-11.3 10^3/uL
Trombosit 174 150-362 10^3/uL
Eritrosit 4.02 4,50-5,90 10^3/uL
MCV 101.4 82-92 fL
MCH 32.1 28,0-33,0 Pg
MCHC 31.6 32,0-37,0 g/Dl
Gran% 71.9 50-70 %
Limfosit% 21.5 25-40 %
Monosit% 3.6 3-9 %
Eosinofil% 2.4 0.5-5.0
Basofil% 0.6 0.0-1.0
CT 04.30 2-8 Menit
BT 01.30 1-3 Menit
KIMIA
Gula darah
Sewaktu 112 70-150 mg/100ml
Ginjal Interprestasi : Cor dan Pulmo
Kreatinin 1.03 0.8-1.1 mg/100ml dalam batas normal
Ureum 21 10-50 mg/dl
HbsAg NR
HIV NR
Kesan :

• BPH ( Pembesaran kelenjar


prostat), struktur echoparenkim
bercak kalsifikasi, capsul utuh
extruded, rest urin terukur 20,08 cc
• Sistitis
• Ren dextra et sinistra gambaran
Hydroneprosis grade 0- 1
DIAGNOSIS KERJA
• Benign prostat hiperplasia

DIAGNOSIS BANDING
• Striktur urethra
• Karsinoma prostat
• Prostatitis
TATALAKSANA
Operatif : Open Prostatektomi Suprapubik Transvesica
• Dengan Regional Anastesi
• Posisi pasien terlentang dengan meja sedikit hyperextend, menempatkan pasien
dalam posisi Trendelenburg ringan.
• Pasang kateter urin, isi buli-buli dengan providon iodine sebanyak 250 cc, klem
kateter.
• Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik
• Lapangan pembedahan dipersempit dengan duk steril
• Insisi kulit di garis tengah infraumbilikal diperdalam sampai membuka fascia rectus
abdominalis (linea alba)
• Lemak perivesika disisihkan ke proksimal, identifikasi VU, pasang retraktor
• Buat jahitan hemostasis dengan chromic catgut di proksimal dan distal tempat yang
akan diinsisi pada VU. Insisi VU diantara kedua jahitan, pelebaran dengan klem.
Identifikasi leher VU, trigonum, dan muara ureter.
• Jahitan transversal dapat diberikan untuk mencegah ekstensi caudal dari cystotomy.
TATALAKSANA
Operatif : Open Prostatektomi
• Tarik kembali tepi VU superior kearah kranial dan bagian inferior distal trigonum ke arah
cauda untuk menampilkan leher VU posterior.
• Insisi mukosa yang mengelilingi penonjolan adenoma dengan kauter, pisahkan mukosa
dengan adenoma menggunakan gunting bengkok.
• Enukleasi adenoma prostat antara kapsul dan adenoma dilakukan dengan jari. Potong sisa
mukosa dengan gunting. Bekas enukleasi dikendalikan dengan elektrokauter atau jahitan
ligatures untuk menghentikan perdarahan, jahit dasar prostat pada jam 5 dan 7 untuk
hemostatis.
• Kateter lubang tiga no. 24F yang telah terpasang dilakukan evaluasi kebocoran VU dengan
memasukkan PZ 250cc melalui kateter, bila tidak ada kebocoran isi balon kateter dengan
aquabidest dan di traksi kemudian dipasang spoel dengan PZ serta suction ruang Retzius.
• Pasang DC ukuran 16 untuk irigasi dan redon drain peri vesikal
• Tutup lapangan operasi lapis demi lapis menggunakan lapisan ganda 2.0 kromat atau
jahitan Vicryl.
• Oleskan providon iodine, lap dengan duk steril hingga bersih kemudian tutup lapangan
operasi yang telah dijahit dengan kasa dan plester.
Instruksi Post Operasi
• Bedrest
• Awasi tanda vital
• Kateter ditraksi selama 24 jam, dan dilepas 5- 7 hari
• Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut- turut produksi < 20cc/ 24 jam
• Pelepasan benang jahit keseluruhan 10 hari pasca operasi
Pengobatan umum
• Infuse KAEN 3B 30 tpm
• Infuse D5% 30 tpm
• Infuse Tutofusin 30 tpm
Medikamentosa
• Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam
• Inj. Metronidazol 500mg / 8 jam
• Inj. Santagesik 1 amp/8 jam
• Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Anjuran
• Pada bulan pertama kontrol 2 minggu sekali untuk evaluasi keluhan dan pancaran urinnya.
• Selanjutnya setiap 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan setiap tahun.
PROGNOSIS

• Quo ad vitam :
Dubia ad bonam
• Quo ad functionam :
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
11-12-2018 12-10-2018
Tanggal 10-12-2018 Status Lokalis
SUBYEKTIF Pasien mengeluhkan Pasien mengeluh s Pasien mengeluh nyeri
a. Terpasang DC ( a. DC (+) a. DC (+)
BAK sulit dan nyeri s edikit nyeri pada lu sudah berkurang
+)
ejak 2 minggu yang l ka bekas operasi b. Drain (+) b. Drain (+)
alu
b. Urine kuning jern
ih
Post Open prostectoPost Open prostecto
ASSESMENT BPH
my H+1 (BPH) my H+2 (BPH)
Planing 1. RL 20 tpm a. Inf. KAEN 3B 30a. Inf. KAEN 3B 30 t
OBYEKTIF tpm pm
2. Inj. Ceftriaxon 1
compos mentis compos mentis gr / 12 jam b. Inf. D5% 30 tpm b. Inf. D5% 30 tpm
KU Compos mentis
3. Operatif : pro Op c. Inf. Aminofluid c. Inf. Aminofluid
130/80 mmHg 130/60 mmHg en Prostectomy ( d. Inj. Ceftriaxon 1d. Inj. Ceftriaxon 1 gr
VS : TD 130/ 80 mmHg
10/12/18) gr/12jam /12jam
79x/menit 80x/menit e. Inj. Metronidazole. Inj. Metronidazol 1
HR 75x / Menit
1amp/ 8 jam amp/ 8 jam
20x/menit 20x/menit f. Inj. Ranitidin 1 af. Inj. Ranitidin 1 am
RR 19 x / Menit
mp/ 12 jam p/ 12 jam
36,80 C 36,50 C g. Inj. Santagesik/ 8g. Inj. Santagesik/ 8 j
S 36,7 0 C
jam am

GCS E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6


TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Benign Prostate Hyperplasia


(BPH) sebenarnya adalah
perbesaran kelenjar prostat
nonkanker yang memanjang
keatas kedalam kandung
kemih dan menyumbat aliran
urin dengan menutup
orifisium uretra disebabkan
oleh penuaan.
ANATOMI
ETIOLOGI

Teori Hormonal

Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)

Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)

Teori Dehidrotestosteron (DHT)

Teori Reawakening
MANIFESTASI KLINIS
Frekuensi

Urgensi
Gejala Iritatif /Storage
Symptoms
Nokturia

kemih bagian bawah


Gejala pada saluran
Inkontinensia

Hesitansi

Intermitensi

Strain
Gejala Obstruktif/
VoidingSymptoms
Terminal dribbling

Rest urine

Weak Stream
DIAGNOSIS
Anamnesis :

• gejala obstruktif dan gejala iritatif

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan Laboratorium

• Darah
• Ureum dan Kreatinin
• Elektrolit
• Blood urea nitrogen
• Prostate Specific Antigen (PSA)
• Gula darah
• Urin :
• Kultur urin + sensitifitas test
• Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
• Sedimen
KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT

Berdasarkan jumlah residual urine


• Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan
prostatismus, pada colok dubur ditemukan
penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan
sisa urin kurang dari 50 ml
• Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih
jelas pada colok dubur dan batas atas dapat
dicapai, sedangkan sisa volume urin 50- 100 ml.
• Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan
colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba
dan sisa volume urin lebih dari 100ml.
• Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine
total.
Pemeriksaan
Pencitraan Pemeriksaan
Lain
• Foto polos abdomen
(BNO) • Uroflowmetri
• Pielografi Intravena (IVP) • Pemeriksaan
• Sistogram retrograd Tekanan Pancaran
• USG secara transrektal (Pressure Flow
(Transrectal Studies)
Ultrasonography = TURS) • Pemeriksaan
• Pemeriksaan Sistografi Volume Residu Urin
PENATALAKSANAAN
Terapi Konservatif Non Operatif

• Observasi (Watchful waiting)


• Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan
adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia,
menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi,
dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan
lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.

Medikamentosa

• Alpha-1 Blocker  merelaksasikan otot polos di bladder neck, kapsul prostat, dan
urethra prostatika  mengurangi obstruksi
• Efek samping = hipotensi orthostatik dan dizziness.
• Alpha-1A Blocker (tamsulosin, alfuzosin, silodosin)  ebih uroselektif, EFEK
SAMPING HIPOTENSI MINIMAL
• 5-Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI)  menghambat enzim 5-Alpha Reductase yang
mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron -- mengurangi volume prostat
jangka panjang & menurunkan kebutuhan pembedahan
• Efek samping = penurunan libido dan disfungsi ereksi
Terapi Operatif
Prostatektomi terbuka

• Retropubic infravesica (Terence Millin)


• Keuntungan :
• Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
• Mortaliti rate rendah
• Langsung melihat fossa prostat
• Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
• Perdarahan lebih mudah dirawat
• Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila
membuka vesika
• Kerugian :
• Dapat memotong pleksus santorini
• Mudah berdarah
• Dapat terjadi osteitis pubis
• Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal
• Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari
dalam vesika
Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)

• Keuntungan :
• Baik untuk kelenjar besar
• Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
• Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat
dengan penyulit : batu buli, batu ureter distal, divertikel,
uretrokel, adanya sistostomi, retropubik sulit karena
kelainan os pubis, kerusakan sphingter eksterna minimal.
• Kerugian :
• Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka
pada dinding vesica sembuh
• Sulit pada orang gemuk
• Sulit untuk kontrol perdarahan
• Merusak mukosa kulit
• Mortality rate 1 -5 %
Transperineal

• Keuntungan :
• Dapat langsung pada fossa prostat
• Pembuluh darah tampak lebih jelas
• Mudah untuk pinggul sempit
• Langsung biopsi untuk karsinoma
• Kerugian :
• Impotensi
• Inkontinensia
• Bisa terkena rektum
• Perdarahan hebat
• Merusak diagframa urogenital
Prostatektomi Endourologi
Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)

• Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri
dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya.
• Keuntungan :
• Luka incisi tidak ada
• Lama perawatan lebih pendek
• Morbiditas dan mortalitas rendah
• Prostat fibrous mudah diangkat
• Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
• Kerugian :
• Teknik sulit
• Resiko merusak uretra
• Intoksikasi cairan
• Trauma sphingter eksterna dan trigonum
• Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar
• Alat mahal
• Ketrampilan khusus
Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)

• Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif,


tetapi ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia
prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya
masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher
buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7.

Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser


prostatectomy)
• Dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba
cara operasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan.
• Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4
menit untuk masing-masing lobus prostat (lobus lateralis kanan,
kiri dan medius).
Invasif Minimal
Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)

• Cara memanaskan prostat sampai 44,5 oC – 47 0C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun terakhir ini.
Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan gelombang mikro
(microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi
dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat
sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang.

Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency)

• Memancarkan gelombang “radio frequency” yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya
prostat juga arah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar
(pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam.

Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)

• Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan melakukan
commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka (transvesikal).
• Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar. Mekanismenya :
• Kapsul prostat diregangkan
• Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
• Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak
Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)

• Yaitu dengan menggunakan gelombang radio


frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi termal
pada prostat.

Stent Urethra

• Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang


kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang
pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang
spiral dibuat dari logam bercampur emas yang
dipasang diujung kateter (Prostacath). Stents ini
digunakan sebagai protesis indwelling permanen
yang ditempatkan dengan bantuan endoskopi atau
bimbingan pencitraan.
KOMPLIKASI
• Inkontinensia Paradoks
• Batu Kandung Kemih
• Hematuria
• Sistitis
• Pielonefritis
• Retensi Urin Akut Atau Kronik
• Hidroureter
• Hidronefrosis
• Gagal Ginjal
RESUME MEDIS

• Pasien Laki- laki 51 tahun datang dengan keluhan gejala sulit buang air kecil.
Pasien menyatakan pertama kali dirasakan sejak 3 minggu yang lalu hilang
timbul dan sekitar 2 minggu yang lalu gejalanya semakin dirasakan
memberat,
• Setiap kali ingin BAK pasien harus menunggu lama sampai urinnya keluar,
tidak bisa menahan keinginan untuk BAK, kencing terasa lebih sering namun
tidak lampias, harus mengejan, terasa sakit, pancaran lemah, dan urin
menetes pada akhir BAK.
• Riwayat penyakit dahulu dan Penyakit pada keluarga disangkal. Pada
pemeriksaan Rectal Toucher ditemukan Sfingter Ani Menjepit, Pada mukosa
teraba massa yang konsistensinya kenyal, permukaan sedikit tidak rata, batas
tegas, puncak agak sulit dicapai. Tidak teraba nodul.
• Pada pemeriksaan pununjang ditemukan penurunan HB ( 12,9 g/dL),
peningkatan Neutrofil (71,9 %), Creatinin (1,03 mg/dL) dan Pembesaran
kelenjar prostat pada pemeriksaan USG.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai