Anda di halaman 1dari 19

TINEA CORPORIS

Oleh: Dr. Gloria Amanda


Pembimbing: Dr. Junita
Anamnesis

Keluhan utama RPS


Seorang anak laki- laki berusia 5 tahun
datang dengan keluhan gatal- gatal diseluruh
tubuh, serta lesi- lesi kecil didaerah tubuh dan
dadanya. Pasien sudah mengeluhkan sejak 1
Gatal- gatal di seluruh minggu yang lalu. Bercak- bercak di tubuhnya
juga bertambah banyak dalam kurun waktu
dada tersebut, yang menyebar didada serta tangan
pasien. Bercak dirasa semakin gatal jika
berkeringat. Pasien mengatakan tidak
ditemukan mati rasa pada bercak. Pasien
mengatakan baru pertama kali mengalami
keluhan ini.
Anamnesis
• Keluarga pasien mengatakan belum pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya.
RPD

• Riwayat DM (-) HT (-) penyakit jantung (-) penyakit paru


(-) penyakit ginjal (-) sakit kuning (-) keganasan (-) HIV (-).
RPK
• Pasien seorang anak laki- laki berusia 5 tahun yang tinggal bersama keluarganya. Dari
pengakuan keluarganya, pasien jarang mandi dan menjaga kebersihan dirinya.
Riw. Sosial

• Pasien belum pernah diobati sebelumnya.


Riw. Pengobatan
RR: Nadi:
Pemeriksaan fisik 12 kali per menit 80 kali per menit
 Kepala : normosefali
 Mata : ptosis -/+, pupil 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+
 Leher : kelenjar getah bening tidak teraba Suhu:
 Faring : tidak hiperemis, uvula terletak ditengah, Tonsil
36 T1-T1
 Jantung : S1 dan S2 reguler, gallop -, murmur –
 Paru : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen : sedikit membuncit, supel, bising usus (+)
 Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+, CRT < 2 detik
Status Dermatologis
Diagnosa
 Tinea Corporis

Diagnosa banding
 Psoriasis
 Ptyriasis rosea
 Morbus Hansen PB/MB
Tatalaksana
 Ketoconazole 1/2x1 tab
 Ketoconazole 2% cream 2dd ue
Analisa kasus
Tinea Korporis
 Tinea korporis adalahadalah salah satu tipe infeksi jamur dermatofita, yang
memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misal
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku.
 Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen penyebab.
 Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofuilik), binatang
(jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik)
 Dermatofita yang seringkali menyebabkan tinea korporis adalah Trichophyton
Rubrum dan Tricophyton Mentagrophytes
Patofisiologi Tinea Corporis
1. Perlekatan ke keratinosit
2. Penetrasi melalui ataupun di antara sel.
3. Perkembangan respon host
Tanda dan gejala

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/tinea-
corporis

Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah
(central healing), dan konfigurasi polisiklik.
Diagnosis
 Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan karena diagnosis dapat ditegakan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetapi jika ingin memastikan dapat menggunakan
lup dan pemeriksaan KOH (hifa panjang dan artospora)
 Dapat juga digunakan Wood’s lamp yang akan memberikan warna kehijauan
 Dapat juga dikembang biakkan secara basah menggunakan agar dekstrosa Saboraud
 Keluhan pasien yang menderita tinea corporis adalah gatal beserta terdapat lesi
merah bersisik. Tanpa disadari, pasien memiliki riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis.
Diagnosis Banding
 Psoriasis
 Ptyriasis rosea
 Morbus Hansen PB/MB
Terapi
 Griseofulvin : pengobatan dilanjutkan hingga 2 minggu setelah sembuh klinis dan
diberikan dengan makanan yang banyak mengandung lemak
 Ketokonazol : untuk kasus yang resisten dengan griseofulvin dengan dosis
200mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan. Absorpsi ketokonazol
lebih baik jika dalam keadaan pH asam, sehingga dapat dikombinasikan dengan
pemberian vitamin C
 Itrakonazol : pengganti ketokonazol. Diberikan dosis 100-200 mg 2 kali/hari
selama 3 hari.
 Terbinafin : dapat juga diberikan sebagai pengganti griseofulvin, dosis 62.5 mg-250
mg/hari selama 2-3 minggu.
Prognosis
 Ad vitam: dubia ad bonam
 Ad Functionam: dubia ad bonam
 Ad Sanationam: dubia ad bonam
THANKYOU  
Mohon asupannya…
Reference
 Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, penyunting. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI;2014
 Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, penyunting. Fitzpatrick’s color atlas & Synopsis of clinical Dermatology.
Edisi ke-7. Singapura: Elsevier Saunders 2013
 Arenas R, Estrada R, penyunting. Tropical Dermatology. Georgetown :Landes Bioscience;2001
 Budimulja U; Djuanda A; Hamzah M. Aisah S. editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin cetakan ke 6. Jakarta,
Balai Penerbit FKUI, 2010 : h.89-109.
 Wolff K, Goldsmith LA, Freedberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Dalam:
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.h3247-3264.
 James.WD, Berger TG, Elston Dm. disease resulting from fungi and yeasts. In, Andrewa Diseases of The
Skin:Clinical Dermatologi.Ed10th.Kanada.2006.P297-299
 Perhimpunan Dokter spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia(PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis.Jakarta.
2017.h50-57
 Jack L Lesher, Jr, MD. Tinea Corporis. https://emedicine.medscape.com/article/1091473-overview

Anda mungkin juga menyukai