Anda di halaman 1dari 24

Praktek Hukum Perdata

oleh
Yoni A Setyono

1
TAHAP ADMINISTRATIF
PENGGUGAT KEPALA PANITERA KETUA
Mendaftarkan PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI
Gugatan melalui - Menerima pendaftaran Setelah membaca
Kepala PP PN gugatan dan men-
berkas gugatan,
catatkannya dalam
yg berwenang buku register perkara menetapkan Majelis Hakim
dg membayar perdata. yang akan memeriksa
uang muka perkara - Meneruskan perkara dan mengadili perkara.
kepada Ketua PN.

PENGGUGAT
Menerima surat
panggilan dan PANITERA/JURUSITA
menandatangani Membuat dan
MAJELIS HAKIM (KETUA)
berita acaranya. mengirimkan surat
- Menetapkan hari
panggilan sidang I
sidang I.
Tergugat kepada para pihak
- Memerintahkan
Menerima beserta berita
Panitera perkara
salinan gugatan, acaranya.
membuat dan
surat panggilan & mengirimkan surat
menandatangani panggilan.
berita acaranya. 2
TAHAP YUDISIAL
SIDANG I
KEMUNGKINAN:
JAWAB MENJAWAB PEMBUKTIAN
- Penggugat dan Tergugat hadir - Siapa yang mendalilkan sesuatu, dia
maka sidang dibuka dan Majelis 1. Jawaban
Dibuat oleh Tergugat. harus membuktikan (Pasal 163 HIR).
Hakim wajib mengupayakan - Alat bukti (Pasal 164 HIR): (1) Bukti
Bentuk:
perdamaian. Bila mereka setuju Surat (biasa, otentik, akte di bawah
- Eksepsi, yakni tanggapan yang tidak
untuk berdamai maka dibuatlah mengenai pokok perkara. Eksepsi ada
tangan, Pasal 137 dan 165 HIR); (2)
Akta van dading (130 HIR), 2, yaitu (1) eksepsi materiil atau
Saksi (Pasal 145 ayat (1) HIR); (3)
akan tetapi bila tidak tercapai peremptoir (antara lain: kompetensi
Persangkaan (hakim dan undang-
undang); (4) Pengakuan (dalam sidang
perdamaian maka sidang (Pasal 125 ayat (2), 133, 134 dan 136 dan diluar sidang, Pasal 174-176 HIR);
dilanjutkan. HIR, nebis in idem, objek yang sama dan (5) Sumpah (diminta oleh hakim
- Penggugat hadir Tergugat tidak juga sedang disidangkan) dan (2) dan pihak lawan, Pasal 155, 156, 158,
hadir, hakim akan memeriksa eksepsi formil atau dilatoir (antara dan 177 HIR).
Berita Acara Panggilan bila telah lain: gugatan premature, gugatan
sah dan patut maka Tergugat kurang pihak, obscuur libel, dll).
akan dipanggil kembali (127 - Jawaban, yakni tanggapan mengenai
HIR). Apabila ternyata Tergugat pokok perkara. Isinya ada 3 yaitu:
tetap tidak hadir juga maka mengakui, menolak, dan referte.
perkara tersebut diputus secara - Rekonpensi, yakni gugatan balasan
PUTUSAN DAN EKSEKUSI
verstek (125 HIR). (132 huruf a dan b HIR).
- Penggolongan putusan: (1) Putusan akhir, yakni
2. Replik
- Penggugat tidak hadir, Tergugat Dibuat oleh Penggugat, guna putusan yang mengakhiri sengketa, dan (2) Putusan
hadir, hakim memeriksa BAP, mempertahankan dalil-dalil dalam
sela, yakni putusan yang diberikan guna
dan mengadakan pemanggilan gugatan dan mematahkan dalil-dalil
memperlancar jalannya persidangan.
- Sifat putusan: (1) Condemnatoir (menghukum); (2)
kembali pad pihak yang tidak dalam jawaban Tergugat. Declaratoir (menyatakan); (3) Constitutive
hadir (126HIR), bila Penggugat 3. Duplik (menimbulkan hubungan hukum baru dan
tetap tidak hadir maka perkara Dibuat oleh Tergugat, guna
menghilangkan hubungan hukum yang lama).
- Asas-asas eksekusi: (1) Dijalankan apabila pihak
diputus secara gugur. (124 HIR) mempertahankan dan memperkuat yang kalah tidak secara sukarela menjalankan isi
- Penggugat dan Tergugat tidak dalil-dalil dalam jawaban dan putusan; (2) Dijalankan terhadap putusan inkracht
(kecuali putusan Sertamerta, provisi, gorsse akte,
hadir, maka akan dilakukan mematahkan dalil-dalil dalam replik
perdamaian); (3) Dilaksanakan dibawah perintah
pemanggilan kembali hingga Penggugat. Ketua Pengadilan Negeri, dll.
biaya perkara habis. - Macam eksekusi: (1) eksekusi riil; (2) eksekusi
membayar sejumlah uang; (3) Eksekusi melakukan
- Mediasi(PERMA No. 2 tahun suatu pekerjaan, dll.
2003)

3
TAHAP YUDISIAL

Berhasil Akta Perdamaian

Sidang hari I Mediasi


Pembacaan
Jawaban
Gugatan

Replik

Putusan
Upaya Hakim Duplik
Hukum Kesimpulan Pembuktian

4
Upaya Hukum
Banding
Upaya
Hukum
Biasa Kasasi

Verzet
Putusan
Hakim
Upaya Peninjauan Kembali
Hukum
Luar
Biasa
Derden Verzet

5
GUGATAN (1)
 Gugatan pada prinsipnya didefinisikan
merupakan tuntutan hukum guna
pemenuhan hak dan kewajiban tertentu,
yang diajukan oleh seseorang atau lebih
(sebagai Penggugat) terhadap
seseorang/suatu badan hukum atau lebih
(sebagai Tergugat).
 Gugatan dapat diajukan, baik itu secara
secara lisan (Pasal 120 HIR) ataupun
tertulis (Pasal 118 HIR), oleh
seseorang/pihak yang dirugikan.

6
GUGATAN (2)
 Syarat Gugatan:
– Formil, harus memuat: (1) Tempat, tanggal pembuatan gugatan; dan (2)
ditandatangani oleh pihak yang mengajukan (partij materiil) atau kuasa
hukumnya (partij formil) diatas materai secukupnya (Rp. 6.000,-) yang diberi
tanggal.
– Materiil, harus memuat:
 Persona Standi on Judicio (identitas jelas semua pihak dalam gugatan, baik
itu Penggugat maupun Tergugat). Dalam bagian ini minimal harus memuat
nama lengkap, pekerjaan, dan alamat dari masing-masing pihak.
 Posita/Fundamentum Petendi (dalil-dalil gugatan). Dalam bagian ini harus
diuraikan secara rinci dan sistimatis tentang:
– fakta-fakta perbuatan, peristiwa dan/atau kerugian yang dialami.
– Fakta-fakta dan dasar hukum dengan menunjuk sifat melawan hukum,
ketentuan hukum ataupun asas-asas hukum mana saja yang sudah
dilanggar berdasarkan fakta-fakta perbuatan atau peristiwa, missal
melanggar Pasal 1365 BW, Pasal 1234 BW, Pasal 38 UU RI No. 23/1997,
dll
 Petitum (tuntutan). Bagian ini dapat merangkum semua tuntutan hukum
untuk diputuskan oleh Majelis Hakim agar dipenuhi oleh Tergugat. Disini
tuntutan dapat dinyatakan sepanjang tuntutan itu sudah diuraikan
sebelumnya dalam bagian posita dan berdasarkan hukum, serta tidak
melawan hak

7
GUGATAN (3)
 Gugatan diajukan kepada (Pasal 118 HIR): (1) Pengadilan
negeri dalam wilayah hukum tempat tinggal Tergugat; (2) Jika
Tergugat lebih dari satu, maka dapat diajukan kepada
pengedilan negeri dalam wilayah hukum salah satu tempat
tinggal Tergugat; (3) Jika tempat tinggal Tergugat tidak
diketahui, maka gugatan dapat diajukan kepada pengedilan
negeri dalam wilayah hukum dimana terakhir kali Tergugat
bertempat tinggal. Terkecuali, terhadap gugatan yang secara
khusus menyangkut sengketa terhadap suatu barang, meski
tempat tinggal Tergugat tidak diketahui pasti gugatan dapat
diajukan kepada pengadilan negeri dalam wilayah hukum
tempat barang sengketa berada; dan (4) Jika ternyata
Tergugat bertempat tinggal diluar negeri, maka gugatan harus
diajukan kepada pengadilan negeri di Ibu kota Negara RI
(Pengadilan Negeri Jakarta Pusat).
 Secara garis besar, proses beracara di pengadilan negeri dalam
perkara perdata terbagi dalam 2 tahapan, yaitu (1) tahap
administratif, dan (2) yudisial.

8
PERMOHONAN SITA JAMINAN
 Sita jaminan (beslag) dapat dimohonkan
oleh Penggugat dalam gugatannya atau
secara terpisah dengan suatu permohonan
tersendiri yang diajukan kepada Majelis
Hakim yang memerika dan mengadili
perkara.
 Penyitaan pada prinsipnya dapat diletakan
baik itu terhadap benda bergerak maupun
tidak bergerak guna menjamin
pelaksanaan putusan.
9
JENIS SITA JAMINAN
Conservatoir Revindicatoir Marital Pandbeslag
Ps. 227 HIR Ps. 226 HIR
Sita yang Sita yang Sita yang Sita yang
diletakan, diletakan dimohonkan diletakan, baik
itu terhadap
baik itu terhadap oleh istri, benda bergerak
terhadap benda baik terhadap maupun tidak
benda bergerak benda milik Tergugat
bergerak milik bergerak guna
maupun tidak Penggugat maupun tidak pemenuhan
suatu kewajiban
bergerak yang yang berada bergerak tertentu, misal
dimiliki atau dalam yang dimiliki dalam kasus
berada dalam penguasaan atau berada wanprestasi
penguasaan Tergugat. dalam sewa menyewa
tanah atau
Tergugat. penguasaan
suami. bangunan.
10
PENGIKUTSERTAAN PIHAK KETIGA

 Bilamana dipandang perlu atau sangat


dibutuhkan, Majelis Hakim dapat menarik
atau mengizinkan pihak ketiga untuk
beracara dalam suatu perkara (RV).

11
BENTUK-BENTUK PENGIKUTSERTAAN
PIHAK KETIGA
Vrijwaring Voeging Tussenkomst
Ps. 70-76 RV Ps. 297 – 282 Ps. 297 – 282
RV RV
- Seseorang/suatu - Seseorang/suatu - seseorang masuk
badan hukum badan hukum kedalam suatu
ditarik masuk ke masuk kedalam perkara untuk
dalam perkara oleh suatu perkara atas membela
salah satu pihak, ia inisiatifnya sendiri kepentingan dirinya
ditarik sebagai dan bergabung sendiri, tanpa
penjamin bagi pihak dengan salah satu bergabung dengan
itu. pihak guna salah satu pihak
membela yang berperkara.
- Bersifat pasif. kepentingan pihak
tersebut. - Bersifat aktif
- Bersifat aktif.
12
UPAYA HUKUM
Verzet - Dapat ditempuh bilamana Tergugat dijatuhkan putusan verstek.
- Diajukan kepada pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan
Ps. 129 verstek dlm tenggat waktu 14 hari sejak putusan diberitahukan.
HIR - Menangguhkan eksekusi, terkecuali terhadap putusan uitvoerbar bij
voerad (Ps. 180 ayat (1) & Ps. 128 ayat (2) HIR)
Darden - Diajukan oleh mereka yang merasa hak miliknya diletakkan sita
eksekutorial oleh Pengadilan Negeri.
Verzet
- Memasukkan surat bantahan dengan nomor register baru.
Ps. 195 (6) - Bantahan diajukan kepada Pengadilan Negeri yang menetapkan sita
HIR eksekutorial.

Banding - Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau
diberitahukan.
UU RI - Memori banding tidak diwajibkan.
No.2/1986 - Diajukan oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan Pengadilan
Negeri.
Kasasi - Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau
diberitahukan.
UU 14/1970 Jo.
- Memori kasasi diwajibkan untuk disampaikan dalam tenggat waktu 14
UU 14/1985 Jo.
hari setelah pernyataan kasasi.
UU 35/1999 Jo.
- Alasan-alasan kasasi: (1) tidak berwenang atau melampaui batas
UU 4/2004
wewenang; (2) salah penerapan hukum; (3) lalai yang menyebabkan
batalnya putusan; (Ps. 30 UU RI No. 14/1985). 13
Jawaban

14
Jenis Eksepsi (1)
 Pasal 125 ayat (2), 132 dan 133 HIR hanya
memperkenalkan eksepsi kompetensi absolut
dan relatif. Namun, Pasal 136 HIR
mengindikasikan adanya beberapa jenis eksepsi.
 Dilihat dari Ilmu Hukum, jenis eksepsi terbagi
atas:
1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)
2. Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi
Kompetensi
3. Eksepsi Hukum Materiil (Materiele Exceptie)

15
Kompetensi
 Kompetensi Absolut (ps. 134 HIR)
“ Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak termasuk
wewenang pengadilan negeri, maka pada sembarang waktu dalam
pemeriksaan perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku
tidak berwenang, dan hakim itu pun, karena jabatannya, wajib pula
mengaku tidak berwenang.” (Rv. 132; IR. 136, 190.)

 Kompetensi Relatif (Ps. 133 HIR Jo. 118 HIR).


“Jika si tergugat dipanggil menghadap pengadilan negeri, sedang
menurut peraturan pasal 118 ia tak usah menghadap pengadilan
negeri itu, maka bolehlah ia meminta supaya hakim menyatakan diri
tidak berwenang dalam hal itu, asal saja permintaan itu diajukan
dengan segera pada permulaan persidangan hari pertama;
permintaan itu tidak akan diperhatikan lagi, jika si tergugat telah
mengadakan suatu perlawanan lain. (Rv. 131; IR. 136, 191.)

16
Jenis Eksepsi
Add. 1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)
 Yaitu jenis eksepsi yang berkenaan dengan syarat formil gugatan.
 Eksepsi Prosesual dibagi dua bagian, yaitu:
1. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Absolut
 Eksepsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri yang sedang
melakukan pemeriksaan perkara tersebut dinilai tidak berwenang untuk mengadili
perkara tersebut, karena persoalan yang menjadi dasar gugatan tidak termasuk
wewenang pengadilan negeri tersebut melainkan wewenang badan peradilan lain,
misalnya PTUN atau Pengadilan Agama.
Eksepsi ini dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan perkara berlangsung,
bahkan hakim pun wajib pula mengakuinya karena jabatannya (Ps. 134 HIR).
2. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Relatif
 Eksepsi yang menyatakan bahwa suatu pengadilan negeri tertentu
tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut, karena tempat
kedudukan atau obyek sengketa tidak berada dalam wilayah hukum
Pengadilan Negeri yang sedang memeriksa atau mengadili perkara
tersebut.
Eksepsi ini tidak diperkenankan diajukan setiap waktu, melainkan harus diajukan
pada permulaan sidang, yaitu sebelum diajukan jawab menyangkut pokok perkara.
 Putusan dituangkan dalam bentuk:
- Putusan sela (interlocutoir), apabila eksepsi ditolak; atau
- Putusan akhir, apabila eksepsi dikabulkan.

17
Eksepsi
 Dilatoire, gugatan pokok tidak akan berhasil,
misalnya gugatan diajukan premature.
 Peremptoire, meskipun mengakui kebenaran
gugatan tapi ada tambahannya yang sangat prinsipal
hingga gugatan gagal.
 Disqualificatoire, Penggugat tidak berkualitas
sebagai Penggugat.
 Plurium litis consortium, Tergugat tidak lengkap.
 Non adimpleti contractus, Tergugat tidak
memenuhi prestasi karena Penggugat justru cidera
janji.
 Rei judicatie (ne bis in idem), Perkara ini sudah
pernah diputus dan sudah berkekuatan hukum yang
tetap.

18
 Van litispendentie, Perkara yang sama kini masih
dalam proses peradilan dan belum ada putusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Van connexiteit, Perkara ini ada hubungannya
dengan perkara yang masih ditangani oleh pengadilan
/instansi lain dan belum ada putusan.
 Obscuur libel,gugatan tidak jelas
 Van beraad, gugatan ini belum waktunya diajukan.

19
JAWABAN
Rol perkara No……./Pdt.G/2000/PN……
Dalam Perkara antara :
PT.X .............Sbg Tergugat Konpensi/
PenggugatRekopensi

Lawan
PT.Y..................Sbg Penggugat Konpensi/
Tergugat Rekopensi

20
Persona Standi Jawaban
 Jakarta,

 Kepada Yth.
Bapak Ketua
Pengadilan Negeri ...............
u/p.
Majelis Hakim
Yang memeriksa perkara No. ..........
Di Jakarta

 Dengan hormat,
 Untuk dan atas nama klien kami, PT.X .......... yang dalam hal ini
diwakili oleh ................ yang bertindak untuk dan atas nama PT.
..............., alamat ............, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
(terlampir), selanjutnya sebagai Tergugat dalam
Konvensi/Penggugat dalam Rekovensi, bersama ini menyampaikan
Jawaban dalam Konvensi dan Gugatan dalam Rekovensi, antara lain
sebagai berikut :

21
Posita Jawaban
Dalam Konpensi
 Dalam Eksepsi
 ..........................
 ........................, dst.
Dalam Pokok Perkara
1. Bahwa Tergugat mohon apa yang telah diuraikan di atas
dianggap telah termasuk pula dalam pokok perkara ini.
2. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan Penggugat kecuali yang secara tegas
diakui oleh Tergugat.
3. .............. dst.
Dalam Rekopensi
15. ..................
16. ................. dst.

22
Petitum Jawaban
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka Tergugat dalam
Konpensi/ Penggugat dalam Rekopensi mohon dengan segala
kerendahan hati agar Pengadilan Negeri ............ berkenan
untuk memutuskan antara lain sebagai berikut :
Dalam Konpensi
Dalam Eksepsi
 - Menerima Eksepsi Tergugat seluruhnya
 - Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Dalam Pokok Perkara
 Menolak Gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
 Biaya perkara menurut hukum

23
REKONVENSI
 Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugat balasan (gugat
balik) terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya [Pasal 132a ayat
(1) HIR].
 Pada dasarnya gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan
jawaban tergugat (Pasal 132b HIR jo 158 RBg).
 Tujuan rekonvensi antara lain:
1. Menegakkan Asas Peradilan Sedehana
2. Menghemat biaya perkara
3. Mempercepat penyelesaian sengketa
4. mempermudah pemeriksaan
5. menghindari putusan yang saling bertentangan
 Komposisi para pihak dihubungkan dengan Gugatan Rekonvensi
a. Komposisi Gugatan
Gugatan Penggugat disebut gugatan konvensi (gugatan asal), sedangkan
Gugatan tergugat disebut gugatan rekonvensi (gugatan balik)
b. Komposisi para Pihak
Penggugat asal sebagai Penggugat Konvensi pada saat yang bersamaan
berkedudukan menjadi Tergugat Rekonvensi. Sedangkan Tergugat Asal
sebagai Penggugat Rekonvensi pada saat yang bersamaan
berkedudukan sebagai Tergugat Konvensi.
 Baik gugatan konvensi (gugat asal) maupun gugatan rekonvensi (gugat balasan)
pada umumnya diperiksa bersama-sama dan diputus dalam satu putusan hakim.
Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yaitu pertimbangan hukum dalam
konvensi dan pertimbangan hukum dalam rekonvensi.
24

Anda mungkin juga menyukai