Anda di halaman 1dari 15

Gambaran umum safety inspection pada

pekerjaan pengengelasan di Joint Venture PT


Berca Buana Sakti, PT Jaya Konstruksi tahun
2018

MOHAMMAD FAKHRI GAFFAR


20170301304
Latar Belakang
inspeksi adalah suatu cara
yang terbaik dalam
Pada abad ke 19 teknologi
menemukan berbagai
pengelasan berkembang
masalah dan menilai
pesat karena telah
risikonya sebelum terjadinya
dipergunakannya sumber
kecelakaan atau kerugian
energi listrik (Suharno, 2008)
dan penyakit akibat kerja.
Birds and Germain (1986)
Tujuan Umum & Khusus
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran umum safety inspection pada pekerjaan pengengelasan di Joint Venture
PT Berca Buana Sakti, PT Jaya Konstruksi tahun 2018

Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum Joint Venture PT Berca Buana Sakti, PT Jaya Konstruksi tahun
2018.
2. Diketahuinya gambaran umum divisi HSE Joint Venture PT Berca Buana Sakti, PT Jaya
Konstruksi tahun 2018.
3. Diketahuinya gambaran input berupa Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarna,
serta metode kerja/SOP kebijakan terdapat pada pekerjaan pengelasan di Joint Venture PT
Berca Buana Sakti, PT Jaya Konstruksi tahun 2018.
4. Diketahuinya gambaran tahapan proses yang terdapat pada pekerjaan pengelasan di Joint
Venture PT Berca Buana Sakti, PT Jaya Kontruksi tahun 2018.
5. Diketahuinya gambaran tahapan akhir/output yang terdapat pada pekerjaan pengelasan di
Joint Venture PT Berca Buana Sakti, PT Jaya Konstruksi tahun 2018.
Dasar teori
Inspeksi
Birds and Germain (1986) mengemukakan inspeksi adalah suatu cara yang terbaik dalam
menemukan berbagai masalah dan menilai risikonya sebelum terjadinya kecelakaan atau
kerugian dan penyakit akibat kerja.

Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan
memananaskan material yang akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan dengan
atau tanpa menggunakan tekanan, hanya dengan tekanan, dengan atau tanpa logam pengisi
(filler) (American Welding Society, 1989).
Kerangka Konsep
Input Proses Output

Perencanaan
SDM
Pelaksanaan Safety condition
SOP
Pelaporan pada pengelasan
Sarana Prasarana
Evaluasi
Gambaran Perusahaan
: Lokasi Magang
Proyek Pondok Indah Hotel Residence
Joint venture antara PT. Berca Buana Sakti Indonesia (PT BBSI) dengan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama (PT JKMP)

: Lokasi Proyek
Jalan Metro Pondok Indah, RT.1/RW.16, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 12310.

: Waktu Magang
12 September – 12 Oktober 2018
Struktur Organisasi
HSE Manager
BAKTI NUGROHO

HSE Admin
SA’DILLAH MURSYID

HSE SPV. HSE SPV


ENCEP M. RIDWAN HUSNUR RIZKY

SAFETY OFFICER K3
IRWAN AGUS

SAFETY MAN
SUPRIYADI
Hasil dan Pembahasan
BERDASARKAN INPUT
Hasil

 SDM :
Proyek Pondok Indah Hotel dan Residence, Joint Venture PT BBSI dan PT JKMP terdapat 4 orang inspektor yang terdiri dari : HSE supervisor sebanyak 2 orang,
safety officer 1 orang, safety man 1 yang masing-masing telah memiliki sertifikasi K3U (Keselamatan Kesehatan Kerja Umum).

 SOP (Standard Operational Procedure) :


Prosedur kerja panas pada proyek Pondok Indah Hotel Residence menggunakan SOP-HSE-HC-BBSI-JKMP-002 berisi tentang pekerja las berkompeten dan
bersertifikat, pemeriksaan alat pengelasan, APAR harus ada di area kerja pengelasan, tata cara pekerjaan pengelasan pengelasan, penggerindaan, tabung gas
bertekanan dan ijin kerja.

 Sarana dan Prasarana :


sarana prasarana berdasarkan kondisi di lapangan seperti terdapatnya Form Cheklist Inspeksi Pengelasan, kamera, kewajiban menggunakan APD seperti Helm
Safety, kedok las, Safety Vest, Safety Shoes, Masker.
BERDASARKAN INPUT
Pembahasan

 SDM :
Menurut Shahab (2005), disebutkan bahwa untuk melaksanakan inspeksi dengan baik, seorang pemeriksa memerlukan : Pengetahuan yang menyeluruh mengenai
tempat kerja yang akan di inspeksi, Pengetahuan tentang standart dan perundangan-undangan, Langkah pemeriksaan yang sistematik, Metode pelaporan, evaluasi
dan penggunaan data.

 SOP (Standard Operational Procedure) :


“Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan
paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman” (Ramli, 2010).

 Sarana dan Prasarana :


Alat-alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya untuk meningkatkan kinerja pekerja (Suma’mur, 2014)
Hasil dan Pembahasan
BERDASARKAN PROSES
Hasil

 Perencanaan :
mempersiapkan form patrol, alat tulis dan kamera untuk peralatan dan dokumentasi pada saat inspeksi, pelaksanakan Safety Briefing terlebih dahulu, untuk
membahas mengenai jenis pekerjaan dan area yang akan di inspeksi sebelum melakukan kegiatan inspeksi.

 Pelaksanaan :
pelaksanaan inspeksi dimulai dari lantai atas dengan mengelilingi area bangunan gedung residence lalu turun ke lantai bawah, karena masih terdapat pekerjaaan yang
memiliki resiko berbahaya, salah satunya adalah pekerjaan pengelasan.

 Pelaporan :
Pelaporan inspeksi berdasarkan hasil pencatatan pada form patrol serta dokumentasi dari temuan inspeksi. Pelaporan temuan dilaporkan pada grup whatsapp HSE
yang berguna untuk memberitahu langsung kepada pihak subkontraktor dan mandor.

 Evaluasi :
Evaluasi dilaksanakan sekali pada saat setelah kegiatan pelaporan kepada pihak subkontraktor dan mandor yang bersangkutan.
BERDASARKAN PROSES
Pembahasan

 Perencanaan :
Perencanaan kegiatan inspeksi berupa menentukan objek dan area yang akan diinspeksi, memahami apa yang akan dicari, mencari sesuatu sifatnya lebih dalam dari
hanya sekedar melihat, mempersiapkan tools inspeksi yang akan digunakan (Birds and Germain, 1986).

 Pelaksanaan :
Dalam melakukan kegiataan inspeksi, ada beberapa tahapan yang perlu untuk dilakukan yaitu : Berpedoman pada peta pabrik (workplace mapping) dan checklist,
mencari sesuai poin-poin dalam checklist, Ambil tindakan perbaikan sementara bila ditemukan resiko yang serius, Jelaskan dan tempatkan setiap hal dengan jelas,
Klasifikasikan bahaya, menentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan kondisi yang tidak aman (Birds and Germain, 1986).

 Peelaporan :
Tahap Pelaporan Form patrol temuan di buat kedalam catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan, dan kondisi terhadap standar, lalu
di bahas kedalam kegiatan safety meeting (Birds and Germain, 1986).

 Evaluasi :
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lampiran II, elemen 7.1.7 mengenai Tindakan
perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan efektifitasnya.
Hasil dan Pembahasan
BERDASARKAN OUTPUT
Hasil

 program safety inspection yang diadakan setiap 4 hari dalam satu minggunya mampu mengelola fasilitas kerja dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dengan
fasilitas kerja yang terawat dengan baik.

Pembahasan

 Inspeksi lebih condong pada hal-hal yang bersifat penerapan atau hal-hal yang telah terjadi (Ramli, 2010).
Kesimpulan
 Pihak owner PT. Metropolitan Kentjana, menunjuk kontraktor yang memenuhi kriteria. Setelah dilakukan tender yaitu joint venture antara PT. Balfour Beatty
Sakti Indonesia (PT BBSI) dengan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama (PT JKMP) untuk mengerjakan proyek PIHR.
 Struktur organisasi divisi HSE di PT Joint Venture PT BBSI dan PT JKMP terdapat tujuh orang yang masing-masing mengisi posisi HSE Manager, lalu ada HSE Admin,
HSE Supervisor yang membawahi safety officer, safety man dan K3.
 Berdasarkan input pada divisi HSE yang berjumlah tujuh orang, masing-masing memiliki sertifikasi K3 Umum. Lalu standar Operasional Prosedur yang dimiliki
oleh Joint Venture PT BBSI dan PT JKMP berdasarkan SOP-HSE-HC-BBSI-JKMP-002 Joint Venture PT BBSI dan PT JKMP.
 Berdasarkan proses dilakukan evaluasi pengecekan terhadap pengendalian yang telah dilakukan setelah penemuan oleh inspektor.
 Berdasarkan output dari kegiatan safety inspection selama observasi penulis disana adalah program tersebut sudah berjalan dengan baik, namun masih sering
ditemui ketidaksesuaian dalam melaksanakan aktivitas kerja saat dilaksanakan inspeksi.
Saran
Input
 Sebaiknya ada perhatian dari management dalam permasalahan inspeksi ini.
 Sebaiknya ada penambahan regulasi mengenai pengawasan dan tindak lanjut setelah melakukan kegiatan inspeksi, guna tidak terulangnya kejadian yang sama di
inspeksi berikutnya.
 Memastikan tersedianya APAR yang siap digunakan di sekitar lokasi pengelasan.

Proses
 Dibuatkan form khusus inspeksi pengelasan, tidak disamakan dengan form pelaksanaan safety patrol.
 Sebaiknya petugas jangan hanya 1 orang, Petugas inspeksi yang bertugas di lapangan hanya 1 orang karena adanya perbedaan pembagian waktu kerja.
 Sebaiknya dilakukan pembahasan dari temuan isnpeksi yang dihadiri oleh inspektor, pekerja, mandor dan supervisor sub co, untuk membahas temuan yang ada di
lapangan.
 Perlunya dilakukan tindakan pengawasan dan pemantauan secara berkala dengan tujuan adanya tindak lanjut dari temuan sebelumnya dan tidak terjadi lagi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai