Kanker Kelenjar Ludah (Dr. Doni Kurniawan SPB) - REVISI
Kanker Kelenjar Ludah (Dr. Doni Kurniawan SPB) - REVISI
Doni Kurniawan
Pembimbing :
2
Protokol Penatalaksaan Tumor / Kanker kelenjar Liur - Protokol PERABOI 2003
• Sistem kelenjar liur terdiri dari duktus atau saluran dan kelenjar liur mayor dan
minor.
Fungsi menjaga rongga mulut tetap lembab dan sebagai lubrikasi dalam proses pencernaan.
3
Salivary Gland - Head and Neck Surgery, Third Edition , Jatin Shah
• Secara embriologis kelenjar
liur berasal dari eksodermal
dan endodermal.
• Histologi kelenjar liur mayor
dan minor terdiri dari 2 tipe sel
yaitu serous dan mukous.
• Kurang lebih 1500 ml cairan
seromukous diproduksi.
• 90% diproduksi oleh kelenjar
parotis dan submandibula.
• 5% oleh kelenjar sublingual.
• Sisanya diproduksi oleh kelenjar
liur minor.1
4
Salivary Gland - Head and Neck Surgery, Third Edition , Jatin Shah
Epidemiologi
• Tumor kelenjar liur merupakan 5% dari seluruh tumor pada daerah kepala dan leher.
• Mayor
• 75% terjadi di kelenjar parotis.
• 10% didapatkan di kelenjar submandibula.
• < 1% terdapat di kelenjar sublingual.3
• Minor
• 15% berada di kelenjar liur minor dari saluran aerodigestivus bagian atas.
7
Anatomi
8
Kelenjar Parotis
• Kelenjar liur terbesar uk 5,8 x 3,4 cm.
• 80% terletak diatas m. Masseter, 20% di
Retromandibula.
• Tail Parotis terletak di ¼ atas otot SCM dan
meluas ke procesus mastoid.
• Ductus Stensen dengan panjang 5 cm
bermuara ke mukosa bukal setinggi molar dua
atas.
• Lobus asesorius 20% pasien.
• N. Fasialis (N VII) membagi kelenjar parotis
menjadi 2 lobus : Deep & Superficial.
• Lymphatic drainage Periparotid/Intraparotid,
(LV I-III).
9
N. Fascialis (N. VII)
Temporofacial
• Frontal
• Temporal
• Zygomatic
Cervicofacial
• Marginal Mandibula
• Cervical
10
N. Fascialis (N. VII)
Temporofacial
• Frontal
• Temporal
• Zygomatic
Cervicofacial
• Marginal Mandibula
• Cervical
11
Kelenjar Submandibularis
• Berat ½ Parotis.
• Letak : submandibular triangle (dibentuk oleh m.
Digastrikus Anterior dan Posterior Belly dan tepi
inferior Ramus Mandibula).
• Nervus marginal mandibula (cabang N. Fasialis)
berjalan superficial dari kelenjar ini dan sebelah
dalam dari platisma.
• Ductus Wharton’s keluar dari medial gland,
diantara m. Mylohioid (lateral) dan hyoglosus dan
ke m. Genioglosus bermuara pada lateral
lingual frenulum.
• Nervus hypoglosus (N. XII) berjalan inferior paralel
dengan duktus Whartons’s.
• Pada reseksi kelenjar ini akan teridentifikasi n.
Hypoglosus, n. Lingualis, dan ductus Wharton’s.
• Lymphatic drainage : LV I-III.
12
Kelenjar Sublingualis
• Di bawah mukosa dasar mulut di antara mandibula
dan m. Genioglosus, dengan inferiornya adalah m.
Mylohioid.
• Duktus Wharton’s dan n. Lingualis melewati/masuk di
antara kelenjar sublingualis dan m. Genioglosus.
• Kapsul (-).
• Duktus yg dominan (-) drainase melalui ± 10 duktus
kecil (duktus Rivinus) dan bermuara ke sublingual fold
dasar mulut.
• Lymphatic drainage : LV I-III.
13
Kelenjar Liur Minor
• Tidak memiliki duktus.
• Terkonsentrasi di regio Bukal, Labial, Palatal, Lingual.
• Juga ditemukan pada pool atas tonsil (Weber’s gland), dasar lidah (Von Ebner’s
gland), sinus paranasal, laring, trakea, bronkus.
• Paling banyak pada Palatum, Bibir atas dan Pipi.
14
15
Salivary Gland - Head and Neck Surgery, Third Edition , Jatin Shah
16
Cervical lymph nodes - Head and Neck Surgery, Third Edition , Jatin Shah
• The etiology of salivary gland
neoplasms is not fully
understood.
• Two theories predominate:
1. The bicellular stem cell
theory.
2. The multicellular theory.
17
18
Klasifikasi Tumor
Klasifikasi tumor berdasarkan tipe histologi
1. Jinak
• Epitelial :
• adenoma monorphik, adenoma pleomorphik, cystadenoma papillary lymphomatosum
(Warthin’s tumor)
• Non epitelial :
• hemangioma
2. Ganas
• Epitelial :
• mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, acinic cell carcinoma, malignant
mixed tumor, cell squamose carcinoma, adenocarcinoma, oncocytic carcinoma,
carcinoma ex pleomorphic adenoma (carcinosarcoma)
• Non epitelial :
• lymphoma
19
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
A. Tipe Lesi Non Neoplastik
1. Sialadenosis : pembesaran kelenjar liur disebabkan karena malnutrisi, sirhosis.
3. Sialolithiasis : pembesaran kelenjar liur yang disebabkan oleh sumbatan batu atau stenosis
akibat trauma pada saluran kelenjar liur.
4. Mucocele : kista retensi pada kelenjar liur minor disebabkan oleh trauma, laserasi,
penyembuhan sekunder dan akibat jahitan. Lokasi paling sering pada bibir bawah.
20
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
B. Tipe Lesi Jinak Neoplastik
1. adenoma pleomorphic atau mixed tumor
• Tumor tersering pada kelenjar liur insidensi pada tumor parotis 80% - 90%.
• >> bilateral, >> usia 40 tahun, >> perempuan daripada laki-laki.
2. Adenoma monorphic
• Bila dibiarkan berubah ke arah adenoma pleomorphic.
21
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
B. Tipe Lesi Jinak Neoplastik
4. Oncocytoma
• Tumor jinak kelenjar liur berasal dari oncocytes, 1% dari tumor jinak kelenjar liur.
• >> orang tua oleh (kemungkinan akibat proses penuaan di dalam kelenjar liur).
5. Hemangioma
• >> mengenai kelenjar parotis.
• >> anak (50%), biasanya baru diketahui beberapa bulan setelah lahir.
• >> sering dalam bentuk hemangioma kapiler tumbuh cepat dalam 6 bulan pertama
kemudian mengecil atau menghilang pada umur 5 - 6 tahun.
• Bentuk cavernosus atau mixed vascular malformations akan tumbuh membesar
setelah pengobatan konservatif gagal dapat dianjurkan operasi.
22
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
C. Tumor Ganas Kelenjar Liur
1. Mucoepidermoid carcinoma
• >> pada kelenjar liur, berasal dari saluran ekskresi kelenjar.
• 3 bagian berdasarkan tipe selnya (yaitu sel yang memproduksi musin, sel skuamous dari
duktus atau asinus dan sel lain berdasarkan differensiasi dan sitoplasma).
a. low grade, >> sel mukous, sifat tumor sama dengan adenoma pleomorphic kejadian
occult metastasis pada kelenjar getah bening regional sekitar 10%, >> kambuh.
b. intermediate grade, mempunyai sifat lokal invasif, >> metastasis ke KBG regional,
rekurensi lokal 15% - 20%.
c. high grade, >> sel skuamous, tumbuh cepat, >> metastasis ke KGBregional (60%),
infiltrasi ke n. Facialis sebesar 25%.
23
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
C. Tumor Ganas Kelenjar Liur
2. Adenoid cystic carcinoma (silindroma)
• >> pada kelenjar liur submandibula, sublingual.
• merupakan keganasan ke-2 tersering pada kelenjar parotis.
• Gambaran histologi menyerupai gambaran cystic/crybriform yang memberikan
penampakan “swiss cheese”.
• >> menginfiltrasi saraf dan dengan keluhan paralisis n. Facialis (25% - 30%).
• Jarang metastasis ke KGBregional.
• Survival 5 tahun (75% - 80%), survival 10 tahun (10% - 30%) dan survival 15 tahun (1% -
10%).
24
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
C. Tumor Ganas Kelenjar Liur
3. Adenocarcinoma
• Insidens tumor ini sekitar 3% - 5% dari seluruh keganasan kelenjar liur, tumbuh lambat
dengan benjolan keras.
• >> disertai dengan gejala paralisis n. Facialis, pembesaran kelenjar getah bening regional atau
metastasis jauh.
• Setelah operasi perlu tambahan radiasi.
• Prognosis buruk dengan survival 5 tahun antara 25% - 50%.
25
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
C. Tumor Ganas Kelenjar Liur
5. Karsinoma sel skuamosa
• Jarang ditemukan biasanya berasal dari saluran kelenjar liur.
• Harus dibedakan apakah keganasan tersebut primer pada kelenjar liur atau metastasis
dari tempat lain.
6. Oncocytic carcinoma
• Bentuk transformasi dari benign oncocytoma.
• 1% dari seluruh keganasan kelenjar liur.
7. Lymphoma
• Biasanya benjolan bilateral, tidak disertai rasa sakit.
• Kasusnya meningkat terutama pada pasien yang disertai dengan infeksi HIV.
26
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Klasifikasi Tumor
C. Tumor Ganas Kelenjar Liur
8. Tumor metastasis ke kelenjar liur
• Biasanya akibat metastasis dari tumor lain pada daerah kepala leher >> pada kelenjar
liur parotis.
• Conley & Arena (1963) 81 kasus metastasis pada kelenjar parotis yaitu melanoma
(46%), KSS (37%) dan keganasan lain (14%).13
27
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
Staging (AJCC, ed 7,2010)
28
29
http://www.slideshare.net/mutneja1/salivary-gland-tumors-59199908?from_action=save
30
31
Imaging
Shaha A. Parotid mass. 2006
USG
• modalitas yang murah, sensitivitas yang tinggi mendeteksi tumor di lobus superfisialis dari
kelenjar parotis.
• Keterbatasan melihat lesi di lobus profundus menjadikan CT Scan dan MRI sebagai pilihan
imaging lainnya.
• Untuk menentukan lokasi lesi dan untuk membimbing aspirasi jarum halus (FNAB).15
32
33
Imaging
Shaha A. Parotid mass. 2006
CT Scan
• CT lebih unggul daripada MRI untuk evaluasi struktur tulang.
• Diindikasikan pada pasien dengan pembesaran yang difus dari kelenjar parotis, tumor yang
ekstensi keluar dari lobus superfisial, kelemahan n. Fascialis, trismus, atau tumor parotis lobus
profundus yang sulit dievaluasi secara klinis.
MRI
• Membedakan antara kondisi peradangan dan neoplasma kelenjar saliva.
• Lebih berguna pada pasien dengan paralisis n. Fascialis
Biopsis Eksisi
• Dikerjakan pada :
• Tumor ganas parotis yang operable.
• Pada tumor ganas submandibula yang operable dilakukan eksisi submandibula.
• Pada tumor ganas sublingual dan kelenjar liur minor yang operable dilakukan eksisi
luas minimal 1 cm dari batas tumor.
37
Kurnia Ahmad, Ramli Muchlis, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini Diani. Kanker Kepala-Leher dan Rekonstruksi. Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSCM. Jakarta. 2008.
38
39
40
Shaha A. Parotid mass. 2006
41
42
43
Neck Dissection
Shaha A. Parotid mass. 2006
• 20% pasien dengan tumor ganas parotis juga disertai dengan limfadenopati servikal yang secara
klinis dapat terdeteksi (cN+) comprehensive atau modified neck dissection (tergantung
indikasi).
44
Neck Dissection
Shaha A. Parotid mass. 2006
• Insidens metastasis KGB dipengaruhi tidak hanya oleh ukuran dan derajat histologi tumor, tetapi
juga oleh :
• Jenis histologis
• Stadium
• Ada tidaknya kelumpuhan n. Fascialis
• Usia pasien
• Ekstensi ekstra parotis
• Derajat invasi perilimfatik
45
Neck Dissection
• N0 Beberapa peneliti menganjurkan diseksi leher untuk setiap salivary glands carcinoma
• Peneliti lain memilih selective neck dissection atau iradiasi leher untuk kanker high risk saja
• Secara keseluruhan
• Resiko metastasis KGB regional pada kanker kelenjar liur lebih rendah dibandingkan dengan
kanker kepala dan leher sekitar 14% - 20%.
46
47
48
49
50
Neck Dissection
NCCN 2016
51
52
Radiasi
Shaha A. Parotid mass. 2006
• Pasien yang datang dengan penyakit stadium lanjut (stadium III - IV), tumor
primer yang besar, close margins, penyebaran perineural, ekstensi jaringan
lunak, disfungsi n. Fascialis, atau metastasis KGB servikal selalu
membutuhkan terapi radiasi paska operasi.
53
Radiasi
Shaha A. Parotid mass. 2006
54
55
Radiasi
Protokol PERABOI 2003
Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas kelenjar liur dengan kriteria :
1. High grade malignancy
2. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
3. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n. asesorius)
4. Setiap T3,T4
5. Karsinoma residif
6. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan penyembuhan
luka operasi yang adekuat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.
• Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam
5 minggu
• Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade malignancy
56
Radiasi
Protokol PERABOI 2003
57
TERIMA KASIH
58