Interval
Ordinal
Nominal
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
KINERJA
PENGUKURAN
Kinerja Pengukuran
Apapun pengukurannya, kinerjanya dapat digambarkan dengan beberapa c
Validitas/Akurasi
A
Adalah suatu derajat ketepatan dimana data yg diukur menunjukan hasil yang
sebenarnya
Content validity
Construct validity
Criterion validity
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Reabilitas
Istilah yg luas digunakan untuk pengukuran berulang
fenomena stabil orang & instrument berbeda, waktu &
tempat berbeda hasil sama
Reprodusibilitas & presisi
Reabilitas pengukuran laboratorium pengukuran berulang
(mis. serum, spesimen jaringan, gejala klinis)
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hubungan antara reabilitas dan validitas
Responsivitas
Suatu instrument menunjukkan responsivitas sejauh hasilnya berubah
seiring dengan perubahan kondisi.
Contoh : Klasifikasi NYHA I-IV tidak sensitif untuk perubahan halus
pada pasien gagal jantung kongestif. Disamping itu, pengukuran fraksi
ejeksi menggunakan echocardiography dapat mendeteksi perubahan yg
begitu halus (pasien tidak menyadari).
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Interpretabilitas
Menempatkan nilai skala pada keadaan yg akrab mengatasi
kerugian interpretabilitas.
Contoh : Skala Karnofsky Performance Status (mengukur
kapasitas fungsional yg biasanya digunakan pada penelitian
pasien kanker yg mendapat kemoterapi) range 100 (normal) –
0 (meninggal) dokter menginterpretasikan dari jml nilai skala
untuk menggambarkan pencapaian sehari-hari.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
VARIASI
VARIASI
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Gambar 2
Sumber VARIASI
Fig. 1. Study flow chart.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Pengukuran dapat menyebabkan hasil
yang bias (kurangnya validitas) atau
kesalahan acak (kurangnya keandalan).
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
• Denyut jantung sering dipantau dengan auskultasi,
yang mana tunduk pada kesalahan pengamat.
Pemantauan elektronik memberi tingkatan yang
CONTOH
sebenarnya. Denyut jantung janin yang sangat tinggi
atau rendah adalah tanda-tanda janin dalam kondisi
bahaya, hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan
dini akan persalinan dengan operasi caesar.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Studi ini menggambarkan acak dan sistem-
kesalahan atic dalam pengamatan klinis.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
LANJUTAN
Jika pengukuran dilakukan dengan beberapa metode
yang berbeda, seperti laboratorium yang berbeda,
teknisi atau instrument yang berbeda, beberapa
pengukuran mungkin tidak dapat diandalkan dan
dapat menghasilkan hasil yang sangat berbeda.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Variasi yang Dihasilkan
dari Perbedaan Biologis
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Dokter memperkirakan frekuensi prematur ventrikel
depolarisasi (VPD) untuk membantu menentukan
kebutuhan dan efektivitas pengobatan. Untuk alasan
CONTOH
praktis, mereka dapat melakukannya dengan pengamatan
yang relatif singkat dengan merasakan denyut nadi selama
1 menit atau meninjau elektrokardiogram merekam
beberapa detik. Namun, frekuensi VPD pada pasien
tertentu bervariasi dari waktu ke waktu. Untuk
mendapatkan sampel tingkat VPD yang lebih besar,
monitor portable terkadang digunakan. Tapi pemantauan
bahkan diperpanjang periode waktu dapat menyesatkan.
Gambar 2.3 menunjukkan observasi pada satu pasien
dengan VPD. VPD per jam bervariasi dari kurang dari 20
hingga 380 selama periode 3 hari, menurut hari dan waktu
hari ini. Penulis menyimpulkan: “Untuk membedakan
penurunan frekuensi VPD yang disebabkan oleh terapi
intervensi dari variasi biologis membutuhkan pengurangan
lebih dari 83% pada frekuensi VPD. jika hanya dua periode
pemantauan hanya 24 jam " Periode pengamatan yang jauh
lebih pendek bisa menjadi lebih menyesatkan karena variasi
biologis.
19
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
GAMBAR 2.3 VARIABILITAS BIOLOGI
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
TOTAL VARIASI
2
pasien
3
Di Disisi lain, tekanan darah setiap pasien berbeda-beda, banyak
sekali dari waktu ke waktu, sehingga setiap pembacaan tekanan
darah mungkin tidak mewakili
4 Sebagian besar variasi ini tidak acak: tekanan darah tinggi lebih sering
terjadi saat orang bangun, bersemangat, berkunjung dokter, atau
mengambil obat flu yang dijual bebas
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
GAMBAR 2.4 Sumber variasi dalam
pengukuran diastolic (fase V) tekanan darah.
garis putus-putus menunjukkan tekanan
darah yang sebenarnya (Sumber: Hetcher RH
dan Fletcher SW (tidak diterbitkan); dan Boe J,
Humerfelt S, Wedervang F, Oecon C. Tekanan
darah dalam suatu populasi [Edisi Khusus].
Acta Med Scand 1957; 321: 5-313,)
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
PENGARUH VARIASI
Di sisi lain, hasil yang bias bersifat sistematis dan berbeda dari
03 nilai sebenarnya, walaupun caranya berkali-kali mereka ulangi.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
DISTRIBUSI
DISTRIBUSI
Data yg telah diukur dg skala interval sering dipresentasikan
dalam bentuk gambar distribusi frekuensi menunjukkan
angka atau proporsi sekelompok orang yg memiliki hasil
pengukuran yg berbeda.
Peringkasan sangat penting ketika sejumlah besar disajikan
atau dibandingkan.
Ada dua sifat dasar distribusi yg digunakan untuk
meringkasnya :
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Definisi Keuntungan Kerugian
Central Tendency
Mean Total nilai observasi Cocok untuk manipulasi Dipengaruhi nilai
Jumlah data diobsevasi matematika ekstrim
Median Titik dimana jumlah Tidak mudah Tidak cocok untuk
pengamatan diatas dipengaruhi nilai manipulasi matematika
sama dengan jumlah ekstrim
yang dibawah (nilai
tengah)
Mode Nilai yang paling sering Kesederhanaan makna Terkadang tidak ada
muncul nilai yang paling sering
Dispersion
Range Nilai distribusi dari yang Mencakup semua nilai Paling terpengaruh oleh
paling rendah hingga nilai ekstrim
yang paling tinggi
Standar Deviasi Ukuran yang digunakan Cocok untuk manipulasi Untuk distribusi non-
untuk mengukur jumlah matematika gaussian tidak
variasi atau sebaran menunjukkan proporsi
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Distribusi nilai PSA
(Prostate-specific
antigen) pada laki-
laki yg dianggap
normal
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Distribusi aktual
Distribusi pada kasus klinis
memiliki banyak bentuk yg
berbeda.
Contoh : pada distribusi
frekuensi 4 pemeriksaan
darah yg sering dilakukan.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Secara umum, sebagian besar nilai muncul di dekat pertengahan
distribusi, dan kecuali untuk bagian tengah kurva tidak ada
punuk atau penyimpangan.
Batas atas dan batas bawah distribusi direntangkan dalam
bentuk ekor. Dengan ekor pada salah satu sisi lebih panjang
dibandingkan sisi yang lain (kurva miring ke arah ujung yang
lebih panjang).
Semua distribusi ini adalah unimodal (hanya memiliki satu
puncak), berbentuk bel, dan tidak mesti simetris.
Nilai distribusi pemeriksaan lab berubah-rubah tergantung
karakteristik pasien seperti usia, jenis kelamin, ras, dan nutrisi.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Distribusi variabel klinis yang berubah berdasarkan
usia: BUN usia 20-29 tahun dengan ≥80 tahun
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Distribusi Normal
Distribusi yang lain disebut distribusi normal atau Gaussian
distribution.
Berdasarkan teori statistik, distribusi normal menggambarkan
frekuensi distribusi dari pengukuran berulang dari objek fisik yang
sama dengan instrumen yang sama.
Meskipun distribusi klinis sering menyerupai distribusi normal, tetapi
kemiripannya hanya sedikit.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Distribusi Normal (Gaussian Distribution)
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bentuk distribusi klinis berbeda satu sama lain karena banyak
perbedaan diantara tiap orang.
Oleh karena itu, jika distribusi pemeriksaan klinis
menunjukkan kurva normal, itu kebanyakan secara tidak
sengaja.
Walaupun demikian, sering diasumsikan secara gampang
bahwa pengukuran klinis adalah terdistribusi normal. (karena
mean dan standar deviasi relatif mudah dihitung dan
dimanipulasi secara matematis)
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
KRITERIA
ABNORMALITAS
KRITERIA ABNORMALITAS
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Screening Phenylketonuria pada bayi
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bila garis pemisah normal dan abnormal tidak jelas, maka
digunakan kriteria:
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Kriteria Abnormalitas
1. Abnormal sebagai sesuatu yang tidak wajar
Normal biasanya dianggap sebagai sesuatu yg paling banyak muncul atau
disebut abnormal
2. Abnormal – dihubungkan dengan suatu penyakit.
Pendekatan yg lebih tepat untuk membedakan normal-abnormal
observasi secara secara klinis bagaimana defenisi kesehatan tersebut,
dihubungkan dengan resiko penyakit dan melihat perkembangan
penyakit, disabilitas ataupun kematian.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
3. Abnormal – Yang dapat diobati atau ditatalaksana
Suatu masalah kesehatan atau penyakit dilaksanakan berdasarkan evidence-
base dan pengalaman klinis.
Suatu ilmu baru dibutuhkan dari hasil uji coba secara klinis, tingkat di mana
pengobatan dianggap berguna dan memberikan suatu perubahan.
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Contoh
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Contoh
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
VARIASI
VARIASI
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Pasien dipilih untuk dimasukkan ke
penelitian / untuk diagnosis / terapi
selanjutnya krn pd penelitian awal
dilakukan secara acak di ekor nilai
distribusi untuk semua pasien yg
diperiksa.
Beberapa pasien akan tetap berada
Nilai yg didapat
Pengukura diperkirakan lebih
n ulang akurat
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
1. Suatu skala pengukuran data tanpa
memandang tingkatan merupakan
a. Interval
b. Dikotom
c. Ordinal
d. Nominal
e. Rasio
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
2. Klasifikasi gagal jantung NYHA merupakan
jenis data
a. Interval
b. Dikotom
c. Ordinal
d. Nominal
e. Rasio
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
3. Pernyataan yang sesuai adalah sebagai berikut :
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
4. Seorang dokter atau perawat memeriksan
denyut jantung seorang pasien selama 10 menit
pasien setiap datang ke klinik. Kemungkinan hasil
yg akan didapat berbeda pada setiap kedatangan
karena sbb :
a. Pasien memiliki denyut jantung yg berbeda pada
waktu yg berbeda
b. Pengukuran mungkin salah
c. Tehnik pengukuran dokter dan perawat berbeda
d. Denyut jantung rata-rata tiap pasien berbeda
e. Jam kedatangan pasien harus dijadwalkan
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
5. Ukuran yang di gunakan untuk mengukur
jumlah variasi atau sebaran sejumlah nilai data
disebut ?
a. Median
b. Range
c. Persentil
d. Standar Deviasi
e. Modus
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
6. . Titik dimana jumlah pengamatan diatas sama
dengan jumlah yang dibawah disebut ?
a. Mode
b. Median
c. Range
d. Quantile
e. Mean
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
7. Kriteria abnormalitas yang didasarkan pada
pengamatan yang dilakukan terhadap orang sehat
maupun sakit dengan melakukan observasi secara
klinis, resiko penyakit, melihat perkembangan
penyakit dan disability termasuk dalam kriteria ?
a. Abnormalitas yang dapat diobati atau ditatalaksana
b. Abnormalitas yang dihubungkam dengan suatu
penyakit
c. Abnormal sebagai sesuatu yang tidak wajar
d.Kriteria Normalitas
e. Kriteria Abnormalitas
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
8. Yang termasuk kriteria abnormalitas adalah ?
a. ordinal
b. ratio
c. periodik
d. nominal
e. interval
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
10. Abnormal umumnya didefinisikan sebagai
suatu yang berikut ini , kecuali ?
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
11. Berikut yang merupakan sumber yang bisa
menyebabkan terjadinya variasi, kecuali :
a. Instrumen Pengukuran
b. Observer
c. Variasi pada individual
d. Variasi antar kelompok
e. Variasi antar individual
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
12. Tim perawat yang sedang bertugas di salah satu
ruang rawat inap RS, ingin melakukan pemeriksaan
tekanan darah terhadap seorang pasien
menggunakan tensimeter digital. Pemeriksaan
tersebut dilakukan saat shift mereka bertugas dan
dilakukan langsung secara bergantian dan
memberikan perbedaan hasil tekanan darah. Yang
menyebabkan terjadinya variasi pada kasus ini
adalah :
a. Tingkat konsentrasi
b. Instrumen pengukuran
c. Observer
d. Variasi pada individu pasien
e. Variasi antar individu pasien
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
13. Untuk mengurangi sumber variasi,
hal yang dapat dilakukan yaitu :
a. Instrumen Pengukuran
b. Observer
c. Metode pengukuran
d. Variasi antar kelompok
e. Variasi antar individual
Sumber: Fletcher R. H, Suzanne, W. F. 2005. Clinical Epidemiology: The Essential. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.