Anatomi, Fisiologi, PX Faring

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

Pembimbing :

dr. Bambang Suryadi, Sp.THT-KL

Oleh
Mutiara Nova Pratiwi
1620221193
 Atas : Choanae
 Bawah : Pharyngoesophageal junction
 Depan : Choanae, isthmus faucium, larynx
 Belakang : Dinding muskular dan fascia, Vertebra servikalis

Batas-batas faring
Pembagian faring
 Skeletopi setinggi
3 4 basis cranii hingga
1 vertebra cervical I
 Bangunan di
dalamnya
1. Ostium
Pharygeum
tubae
2. Torus tubarius
3. Adenoid
4. Fossa
rossenmuleri
2

Nasofaring
 Skeletopi setinggi
vertebra cervical
II-III

Orofaring
Tonsils
Cincin Waldeyer
 Mulai dari os. Hyoid
sampai pinggir
bawah cartilago
cricoidea

Recessus Piriformis

Laringofaring
 Membrana mucosa
 Tunica submucosa
 Fascia pharyngobasilaris (tunica fibrosa
atau pharyngeal aponeurosis)
 Otot-otot pharynx (tunica muscularis)
 Fascia buccopharyngea

Dinding faring; lapisan


 Nasofaring :
◦ Superior kolumner pseudocomplex dan bersilia+sel
goblets
◦ Inferior transisional
 Orofaring & Laringofaring  squamos kompleks

Mukosa Faring
Otot sirkular (terletak disebelah Otot longitudinal (terletak di sebelah
luar) dalam )
• Terdiri dari : • M. Stilofaring
• m. konstriktor faring superior • untuk melebarkan faring dan menarik
• m. konstriktor faring media laring
• m. konstriktor faring inferior • dipersyarafi oleh N. IX  N.
glossofaring

• Berfungsi untuk mengecilkan lumen • M. Palatofaring


faring. • depresi palatum molle ke arah
• Dipersyarafi oleh N.X  N. vagus radix lingua
• M. Konstriktor faring inferior: • serabut-serabut horizontal 
Plexus pharyngeus, n. recurrens menyempitkan isthmus
laryngis dan r externus n. laryngei pharyngeum (dapat membentuk
superior crista Passavant pada dinding
dorsal pharynx)
Otot faring • dipersyarafi oleh N.X  N. vagus
1
2
3
4
5
6

7
8
Y
X
 Arteriae pharyngea :
◦ A. palatine descendens cabang dari a. maxillaris interna
◦ A. canalis pterygoidei cabang dari a. maxillaris interna
◦ A. pharyngealis cabang dari a. maxillaris interna
◦ A. palatina ascendens cabang dari a. facialis
◦ R. tonsillaris a. facialis
◦ A. pharyngea ascendens
◦ Rr. dorsalis linguae cabang dari a. lingualis
◦ A. thyroidea superior yang mencabangkan rr. pharyngei

 Venae pharyngea :
◦ Vena pada pharynx terletak pada dinding posterior pharynx
◦ Darah dari pharynx, palatum molle, dan juga region
prevertebra  plexus pharyngeus,  v. Jugularis interna.
Vaskularisasi faring
◦ Plexus pharyngeus -- plexus pterygoideus -- sinus
cavernosus
Respirasi

Menelan Proteksi

Resonansi
&
Fisiologi faring Artikulasi
Mekanisme deglutisi
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik faring
Anamnesa
 Lampu kepala
 Spatula lidah

 Kassa

 Anestesi topikal

Pemeriksaan fisik faring; Alat


 Penentuan besar tonsil :
◦ T0: tonsil dalam fosa tonsil atau telah
diangkat
◦ T1: besarnya ¼ arkus anterior –uvula
◦ T2: besarnya ½ arkus anterior –uvula
◦ T3: besarnya ¾ arkus anterior –uvula
◦ T4: besarnya mencapai uvula atau lebih

Memeriksa besar tonsil


 Digunakan 2 spatula
 Spatula 1: letakkan diatas lidah
anterior tonsil (paramedian)
 Spatula 2: posisi ujungnya vertikal
menekan jaringan peritonsil, sedikit
lateral dari arkus anterior

 fiksasi tumor tonsil


 Mobil, nyeri tonsilitis kronik

Memeriksa mobilitas tonsil


C
h
e
c
k
l
i
s
t
 Persiapan alat : lampu kepala, spekulum
hidung, pinset baionet, kapas steril, ephedrin
yang diencerkan
1. Pada rinoskopi  oedem mukosa atau konka  aplikasi
dengan cara memasukkan kapas dipipihkan yang ditetesi
ephedrine dengan pinset  masukkan ke hidung melalui
spekulum.
 Ephedrin sebagai vasokonstriktor.
2. Biarkan kapas ditinggal dalam hidung
3. Setelah beberapa menit kapas dikeluarkan.
4. Arahkan sinar lampu pada coanae/dinding nasofaring,
kemudian penderita diminta untuk mengucapkan “iiiiii”
yang panjang. Perhatikan palatum molle:
(+)  bila tampak bergerak
/cahaya lampu terang
PALATAL phenOMEN (massa (-))
(-)  bila tidak bergerak,
massa (+)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai