Anda di halaman 1dari 32

OLEH

BINTARI WAHYUNING PUTRI


20184010111
Prevalensi bayi premature diperkirakan 7-10 %
dari seluruh kelahiran didunia. Statistik
menunjukan 70-90 % kejadian bayi premature
didapatkan dinegara berkembang, sedangkan
dinegara maju sebesar 3,6-10,8 % ( profil
kesehatan RI, 2008). Angka kejadian bayi
premature di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar 19-
30 %. Pada tahun 2012 di Bantul tercatat 430 kasus
preterm
IDENTITAS
Nama : Ny. LP
Rekam Medik : 46-61-63
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gempolan RT 01, Trirenggo, Bantul, Bantul
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal Masuk : 27 Maret 2019
Tanggal Keluar : 30 Maret 2019
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA RPS

Perut kenceng- Pasien datang dari poli dengan


kenceng dan mules, keluhan perut kenceng-kenceng dan
mules yang menjalar hingga ke pinggang
hamil kurang bulan
sejak 1 hari SMRS. Selain itu pasien
mengaku keluar lendir darah dari jalan
lahir, BAK dan BAK tidak keluhan.
Sekarang pasien mengaku kenceng-
kenceng sudah menurun. Keluar air
ketuban (-), trauma (-), keputihan (-),
demam (-), post coital (-), perut diurut-
urut (-). Riwayat keluhan serupa (+)
ketika kehamilan pertama
RPD RPK
Riwayat keluhan
serupa pada Ibu kandung
kehamilan pertama DM (+)
(+)
HT, DM, Asma,
Alergi disangkal
R.Personal Sosial R.Reproduksi

 sebagai karyawan
Menarche
swasta.
 Pasien jarang umur 11 tahun,
berolahraga. haid teratur,
 Makan 3x1 porsi nasi, siklus 30 hari,
lauk pauk ( tahu, tempe,
telur, ayam dan ikan ), tidak sakit
sayur dan buah-buahan ( lamanya 7 hari.
pisang dan pepaya )
R.Obstetri

HPHT : 20 Juli 2018


HPL : 27 April 2019
Paritas : G2P1Ao
PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik
Kesadaran : E4V5M6 Compos Mentis
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, Respirasi
23x/m, Nadi 85x/m,
Suhu 36,7OC, skala nyeri 1-2
Antropometri : TB 150 cm, BB 58 kg,
IMT 25,7 kg/m2, LLA 26,5cm

KEPALA : DBN
LEHER : DBN
THORAX : COR DBN, PULMO DBN
EKSTREMITAS : DBN
ABDOMEN
Inspeksi : Perut membuncit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien
tidak teraba, HIS 1x/10 menit/10-15 detik
Leopod I : Bagian bulat kenyal ( Bokong ), TFU : 22 cm
Leopod II : Bagian memanjang di sebelah kiri ( Puki )
Leopod III : Bagian terendah janin presentasi kepala
( Preskep )
Leopod IV : Kepala belum masuk panggul ( konvergen )
Auskultasi : Bising usus (+) Normal, DJJ (+) 135 x/menit

Pemeriksaan Vagina Touche


Vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tebal,
pembukaan (-), selket (-), air ketuban (-), lendir (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,9 12.0 - 16.0 g/dl
Lekosit 11,59 4.00 - 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4,22 4.50-5.50 10^6/uL
Trombosit 220 150 – 450 10^3/uL
Hematokrit 36,2 42.0 - 52.0 vol%
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Eosinofil 0 2-4 %
Basofil 0 0-1 %
Batang 6 2-5 %
Segmen 73 51-67 %
Limfosit 17 20-35 %
Monosit 4 4-8 %
GDS 134 80-200 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 137,0 137-145 mmol/l
Kalium 3,70 3,50-5,10 mmol/l
Clorida 107,0 98-107 mmol/l
PEMBEKUAN
PPT 11,2 12,0-16,0 detik
APTT 28,9 28,0-38,0 detik
CPPT 14,9 11,0-16,0 detik
CAPTT 34,2 28,0-36,5 detik
IMUNOLOGI
HBSAg 0,394 (-) Negatif index
HIV Screening Non Reaktif Non reaktif
USG

CTG
DIAGNOSIS KERJA
Partus Prematurus Imminens G2P1A0
hamil 36+2 minggu dengan janin
tunggal hidup presentasi kepala.

PROGNOSA

Ibu dan janin: dubia ad bonam.


PENATALAKSANAAN

Rencana Konservatif
Observasi his, denyut jantung
janin, tanda vital ibu.
Batasi aktivitas / tirah baring
Premastone 3x1 tablet
Promavit 1x1 tablet
Eritromicyn 3 x 500 mg tablet
Pemeriksaan laboratorium darah
rutin, USG, dan CTG
FOLLOW UP
DEFINISI

Partus Prematur adalah persalinan yang


berlangsung pada umur kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir. (Sarwono, 2008)
Partus Prematurus imminens adalah suatu
keadaan yang mengancam terjadinya
persalinan prematur
EPIDEMIOLOGI

Angka persalinan preterm di Eropa kira-kira 5-7 %. Di


Amerika Serikat angka persalinan preterm sebesar 11 %.
DiRSUP Dr. M Djamil Padang selama tahun 2002
didapatkan angka kejadian persalinan preterm 340 kasus
baik yang lahir pervaginam maupun lahir perabdominal
dari 1906 (17,83 %). Dari jumlah tersebut 56 kasus ( 2,94
%) merupakan Partus Prematurus Imminens, dengan
angka kematian perinatal sebanyak 4,98 %. Data Rekam
Medik tahun 2014 tercatat 132 kasus Partus Prematurus
Imminens dari 1885 persalinan (Serudji et al., 2016)
Pada tahun 2012 di Bantul tercatat 430 kasus preterm
ETIOLOGI

Janin dan plasenta Ibu


 Perdarahan trimester awal  Penyakit berat pada ibu
 Perdarahan antepartum  Diabetes mellitus
(plasenta previa, solusio  Freeklampsia/hipenensi
plasenta, vasa previa)  Infeksi saluran
kemih/genital/intrauterine
 Ketuban pecah dini (KPD)
 Penyakit infeksi dengan demam
 Pertumbuhan janin  Stres psikologik
terhambat  Kelainan bentuk uterus/serviks
 Cacat bawaan janin  Riwayat persalinan preterm/abortus
 Kehamilan gandalgemeli berulang
 Polihidramnion  Inkompetensi serviks (panjang
serviks kurang dari 1 cm)
 Pemakaian obat narkotik
 Trauma
 Perokok berat
 Kelainan imunologi/kelainan resus
PATOFISIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI
(Wiknjosastro, 2010), yaitu:
Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan
259 hari,
Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang
sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit,
Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung
bawah (low back pain),
Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah
mendatar 50-80%, atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2
cm,
Selaput amnion seringkali telah pecah,
Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
SCREENING

1.INDIKATOR KLINIK
2.INDIKATOR LABOORATORIK
3.INDIKATOR BIOKIMIA
PEMERIKSAAN

1.LABORATORIUM
2.USG
Pertimbangkan:
1. Keadaan selaput ketuban.
Apabila selaput ketuban pecah dengan uk >34 minggu maka
dilakukan inisiasi persalinan
Apabila selaput ketuban pecah dengan uk <24 minggu maka
kehamilan dipertahanka

2. Pembukaan serviks :Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan


mencapai 4 cm.
3. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan
berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.
4. Penyebab/komplikasi persalinan preterm.
5. Kemampuan neonatal intensive care facilities.
TATALAKSANA UMUM
1. Tokolitik
2. Antibiotik profilaksis
3. Kortikosteroid

Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan


tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika jika syarat
berikut ini terpenuhi:
Usia kehamilan antara 24-34 minggu
Dilatasi serviks kurang dari 3 cm
Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin),
preeklampsia, atau perdarahan aktif
Tidak ada gawat janin
TOKOLITIK

Tokolitik tidak diberikan apabila:


Usia kehamilan <24 dan >34 minggu
Pembukaan > 3 cm
Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin),
preeklampsia, atau perdarahan aktif
Ada gawat janin
Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang
kemungkinan hidupnya kecil
Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk
memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat-
obat tokolitik yang digunakan adalah:
Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU
Terbutalin sulfat: 1000 μg (2 ampul) dalam 500 ml
larutan infus NaCl 0,9% dengan dosis awal pemberian 10
tetes/menit lalu dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15 menit
hingga kontraksi hilang, ATAU
Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan
infus 10 tetes/ menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan
kecepatan 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai
kontraksi berhenti atau denyut nadi >120/ menit
kemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah
kontraksi hilang
Magnesium sulfat : Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian
bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam (maintenance)
KORTIKOSTEROID

Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru


janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah
perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Obat
pilihannya adalah:
Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam
sebanyak 4 kali, ATAU
Betametason 12 mg IM setiap 24 jam
sebanyak 2 kali
ANTIBIOTIK

eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.


ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotika lain
seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf
karena risiko necrotising enterocolitis.
CARA PERSALINAN

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan


partus pervaginam.
Seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi
obstetrik. Pada kehamilan letak sungsang 30 - 34
minggu, seksio sesarea dapat dipertimbangkan.
Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu,
persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas
dianggap sama dengan kehamilan aterms
Pada kasus ini pasien G2P1A0 usia kehamilan 36+2 minggu
datang ke Poli Kebidanan tanggal 27 Maret 2019 dengan
keluhan kenceng-kenceng sejak 1 hari SMRS disertai lendir
darah, sedangkan air ketuban beluum keluar. Pada
pemeriksaan dalam didaptkan vulva dan uretra tenang,
dinding vagina licin, beum ada pembukaan, portio tebal dan
mengarah keposterior. Keluhan dan hasil pemeriksaan fisik
diata mengarahkan kita kepada persalinan preterm atau
partus prematurus imminens ( PPI ) sesuai dengan ilmu
kebidanan Sarwono.
Walaupun terapi partus premturus berupa obat-obatan
tokolitik, kortikosteroid dan antibiotik. Pada kasus ini tidak
diberikan tokolitik pada umumnya dan tidak diberikan
terapi kortikosteroid.
Tujuan utama pemberian tokolitik ini memberi kesempatan
kortikosteroid untuk menstimulus surfaktan paru-paru
janin, sedangkan paru-paru janin pada usia 34 minggu sudah
matang. Pemberian kortikosteroid sendiri tidak dianjurkan
pada usia lebih dari 34 minggu karena dapat meicu kontraksi
uterus dan dapat menyebabkan persalinan preterm.
Sehingga pada kehamilan lebih dari 34 minggu hanya
memerlukan observasi kemajuan persalinan serta
kesejahteraan janin intrauterine. Dapat diberikan terapi
vitamin, penguat kandungan seperti Premaston dan
antibiotic profilaksis untuk mencegah infeksi.
Bina Marsasi. (2013). Hubungan Ketuban Pecah Dini ( KPD )
dengan Kejadian Bayi Prematur di RSUD Panmebahan Senopati Bantul
Yogyakarta.
Cunningham,leveno,bloom,hauth,Rouse, S. (2010). Williams
Obstetrics 23 Rd (23rd ed.). New York: Mc.Graw Hill Companies.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Serudji, J., Effendy, R., & Bachtiar, H. (2016). Perbedaan
Rerata Kadar Il-6 Serum Maternal Berdasarkan Keberhasilan Pemberian
Tokolitik Pada Partus Prematurus Imminens.
Wafda Ardhian. (2015). Penatalaksanaan Partus Prematurus
Imminens Pada Usia Kehamilan Setelah 34 Minggu.

Anda mungkin juga menyukai