Anda di halaman 1dari 48

PAPARAN LAPORAN PENDAHULUAN

PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS)
PENGEMBANGAN DAN
PEMBANGUNAN
PELABUHAN
PENYEBERANGAN
BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BANTEN
PT. ARMUDI PRADANA KONSULTAN
SISTEMATIKA
PEMBAHASAN

01 02 03 04 05 06
PENDAHULUAN TINJAUAN GAMBARAN TANGGAPAN METODOLOGI ORGANISASI
KEBIJAKAN UMUM TERHADAP PELAKSANAAN
KAK PEKERJAAN

2
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

01
PENDAHULUAN

3
Transportasi penyeberangan secara tidak langsung berperan sebagai

01
penghubung lintas pada jalur pelayaran laut maupun pelayaran perintis.
Keberadaan transportasi penyeberangan juga dapat bersifat sebagai

01
shortcut atau memperpendek jarak tempuh, sebagaimana definisi dari
angkutan penyeberangan.

02
Ditinjau dari sisi pelayanan, dalam merencanakan layanan transportasi
penyeberangan diawali dengan membangun pelabuhan dan membuka
lintasan sehingga transportasi penyeberangan dapat beroperasi secara
optimal baik secara komersil maupun perintis.

LATAR 03
Untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah dalam menunjang pertumbuhan ekonomi
daerah dan tercapainya kesejahteraan masyarakat,
BELAKANG
Pemerintah Provinsi Banten merencanakan pengembangan pelayanan

04 sarana dan prasarana angkutan penyeberangan yang melayani perbatasan


antara Provinsi Banten dengan Provinsi DKI antara lain : pengembangan
lintas penyeberangan Cituis – Kepulauan Seribu, Tanjungkait – Kepulauan
Seribu, dan Tanjungpasir – Kepulauan Seribu.

4
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

01
5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2009 tentang Kepelabuhanan;
8. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 146 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di

DASAR HUKUM Lingkungan Kementeria Perhubungan;


11. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2013;
12. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan;
13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
14. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP. 227/DJPL/2019 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan;
15. Berbagai konvensi internasional yang diterbitkan oleh International Maritime Organization (IMO) dan beberapa
peraturan pelaksanaan yang relevan.

5
MAKSUD
Untuk mengetahui kelayakan lokasi pengembangan dan pembangunan pelabuhan

01
yang melayani angkutan penyeberangan dari Cituis – Kepulauan Seribu, Tanjungkait
– Kepulauan Seribu, dan Tanjungpasir – Kepulauan Seribu sesuai dengan keamanan
dan keselamatan pelayaran.

TUJUAN
untuk mengkaji dan menganalisa potensi lokasi tersebut untuk mendukung kegiatan
penyeberangan ke/dari Kepulauan Seribu.

MAKSUD, SASARAN
1) Menentukan titik lokasi rencana pembangunan pelabuhan yang memadai untuk
TUJUAN mendukung kegiatan penyeberangan dan bongkar muat barang;
2) Menghasilkan strategi pemanfaatan ruang kawasan disekitar lokasi rencana

DAN pembangunan pelabuhan untuk mendukung fungsi dari pelabuhan tersebut;


3) Menghasilkan suatu acuan bagi para pelaksana studi selanjutnya maupun
pelaksana pembangunan serta para pengambil kebijakan;
SASARAN 4) Melindungi masyarakat sekitar dan para pelaku usaha akibat dampak yang
mungkin timbul dari pelaksanaan pembangunan pelabuhan tersebut.

6
01
RUANG
LINGKUP
PEKERJAAN

7
01
Tanjung Kait Kecamatan Mauk
Cituis Kecamatan Paku Haji
Tanjung Pasir Teluk Naga
LOKASI STUDI Kabupaten Tangerang.

Perjalanan Darat ± 2-3 Jam Dari Kota serang


Perjalanan Darat ± 1,5 – 2 jam dari DKI Jakarta
Perjalanan Darat ± 1-1,5 jam dari Tiga Raksa
Ibukota Kabupaten Tangerang

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 8
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

02
TINJAUAN
KEBIJAKAN

9
02 KEBIJAKAN NASIONAL
PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
No Tahap Pra Desain Fungsi dan Manfaat Isi Dokumen Perencanaan Jangka Waktu
Merupakan suatu preliminary appraisal/site reconnaissance/survey studi suatu kawasan Dokumen pra studi kelayakan sekurang-kurangnya berisi: Dokumen Pra Studi Kelayakan mempunyai jangkauan penggunaan jangka pendek-menengah
(region) terhadap potensi permintaan (demand) guna mengetahui secara indikatif apakah 1. Potensi demand; (maksimum 5 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali untuk validasi. Penyusunan
suatu rencana kegiatan layak untuk dikaji dengan studi kelayakan (feasibility Study). 2. Indikasi kelayakan ekonomi; dokumen/tinjau ulang Pra Studi Kelayakan diselesaikan paling lambat 3 tahun sebelum penyusunan
3. Alternatif solusi; rencana dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan, dengan lama penyusunan maksimal
Pra FS Besifat :
1 Pra Studi Kelayakan (Pra-FS) 4. Solusi optimal. 1tahun. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen Pra Studi Kelayakan antara lain harus memperhatikan
1. Ekonomis;
dokumen Rencana Umum Pengembangan Perhubungan.
2. Berdimensi spasial menunjuk alternatif lokasi dan berorientasifisik;
3. Berskala (terukur);
4. Memanfaatkan data sekunder;
5. Output berupa alternatif solusi.

1. Potensi demand;
2. Kajian Kelayakan Teknis, Ekonomi,
Dokumen Studi Kelayakan mempunyai jangkauan penggunaan jangka
Studi Kelayakan Feasibility Merupakan suatu appra isa l guna mengetahui kelayakan suatu Finansial dan Operasional
2 pendek-menengah (maksimum 5 tahun) dengan ketentuan harus
Study kegiatan untuk dilaksanakan pembangunan 3. Dimensi spasial dengan menunjuk lokasi
ditinjau ulang kembali untuk validasi.
dan besaran fisik / biaya bersifat indikatif
4. Jadwal dan pola implementasi.
Merupakan acuan umum bagi arah dan pola pembangunan di lokasi yang sudah Dokumen rencana induk sekurang-kurangnya berisi: Dokumen Rencana Induk (Master Plan) mempunyai jangkauan penggunaan jangka panjang (10-20
ditetapkan. Rencana Induk (Master Plan) bersifat: 1) Pola dan arah pembangunan di lokasi dimaksud; tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang kembali untuk validasi. Penyusunan dan tinjau ulang
1) Teknis; 2) Besaran fisik/zonasi dan kebutuhan ruang; dokumen Rencana Induk (Master Plan) diselesaikan paling lambat 1 tahun sebelum penyusunan rencana
3 Rencana Induk (Masterplan)
2) Berdimensi spasial, menunjuk lokasi dan berorientasi fisik; 3) Tahapan implementasi; dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Perhubungan dengan lama penyusunan maksimal 1 tahun.
3) Berskala (terukur). 4) Peta master plan. Penyusunan dan tinjau ulang dokumen/tinjau ulang Rencana Induk (Masterplan) antara lain harus
memperhatikan RTRWN, RTRWP dan hasil Studi Kelayakan.
Merupakan suatu kajian dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan yang Dokumen studi amdal sekurang kurangnya terdiri dari: Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur Kegiatan, dokumen AMDAL dinyatakan
dipakai sebagai alat dalam memutuskan kelayakan lingkungan suatu kegiatan; sedangkan 1) Kelayakan teknis lingkungan, sosial budaya dan ekonomi; Kadaluarsa apabila kegiatan fisik utama suatu rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan selama 3
kajian dampak positif dan negatif tersebut disusun dengan mempertimbangkan antara lain 2) Rekomendasi dan solusi pemecahan masalah lingkungan. tahun sejak diterbitkaan keputusan kelayakan lingkungannya. Dalam hal dokumen AMDAL dinyatakan
aspek Kimiawi, Biologi, Sosial-Ekonomi, Sosial Budaya, dan Kesehatan Masyarakat. Studi Ketentuan selengkapnya tentang studi AMDAL diatur kadaluarsa, maka pemrakarsa dapat mengajukan dokumen AMDALnya dikaji kembali apakah harus
4 Studi Amdal
Amdal bersifat: tersendiri berdasarkan Keputusan Menteri Negara menyusun AMDAL baru atau dipergunakan kembali untuk dipergunakan dalam rencana kegiatan.
1) Teknis; Lingkungan Hidup;
2) Berdimensi Spasial, menunjuk lokasi dan berorientasi fisik;
PENYUSUNAN
Berskala (terukur).STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
10
3)
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN
02 KEBIJAKAN NASIONAL

PM 112 Tahun 2017


tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di
Lingkungan
Kementerian
Perhubungan

11
02 KEBIJAKAN NASIONAL
RIPN KP 432 Tahun 2017
Hierarki Pelabuhan/Terminal
No RIPN No Kabupaten /Kota Pelabuhan/Terminal Keterangan
2017 2022 2027 2037
Provinsi : Banten
132 1 Cilegon Banten PU PU PU PU */DW
133 2 Pandeglang Labuhan PR PR PR PR */DW
134 3 Serang Anyer Lor PR PR PR PR */DW
135 4 Serang Bojonegara PP PP PP PP *
136 5 Serang Karangantu PR PR PR PR *
137 6 Tangerang Cituis PL PL PL PL
138 7 Tangerang Kresek/Kronjo PL PL PL PL
Sumber : KP 432 Tahun 2017 RIPN
PU : Pelabuhan Utama
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pengumpan Regional
PL : Pengumpan Lokal
*) : Kantor Pelabuhan
**) : Hub Internasional
TL) : Tol Laut
DW) : Destinasi Wisata
TK) : Penetapan Hierarki Berdasarkan Terminal Khusus
: Lokasi Studi

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 12
02 KEBIJAKAN PROVINSI Pengembangan Pelabuhan Pantai
pendaratan perahu/kapal (Pelabuhan Muara
Binuangeun Pandeglang), Pelabuhan Pulau
Merak (Cilegon) dan Pelabuhan Cituis
(Kabupaten Tangerang).

pengembangan pelayanan angkutan


penyeberangan yang melayani pulau-pulau
berpenghuni diantaranya penyeberangan
Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir –
Kepulauan Seribu, Karangantu – Pulau
Tunda, Grenjang – Pulau Panjang, Sumur –
Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau
Deli, Labuan – Pulau Sangiang, Merak –
Kepulauan Anak Gunung Krakatau.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 13
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

03
GAMBARAN
UMUM WILAYAH

14
03 Provinsi Banten
Administrasi
Provinsi Banten terdiri dari empat Kabupaten dan empat Kota, yaitu:

- Kabupaten Pandeglang

- Kabupaten Lebak

- Kabupaten Tangerang

- Kabupaten Serang

- Kota Tangerang

- Kota Cilegon

- Kota Serang

- Kota Tangerang Selatan

Sumber : Provinsi Banten dalam Angka 2018


Dengan Luasan 9.662,92 Km2
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 15
03 Provinsi Banten tahun 2017 12.448.160 jiwa
Demografi

Perempuan Laki-Laki
6,1 juta jiwa 6,34 juta jiwa

3,584,770

2,139,891
1,493,591 1,644,899
1,205,203 1,288,103
666,600
425,103

Pandeglang Lebak Kabupaten Serang Kota Cilegon Serang Tangerang


Tangerang Tangerang Selatan
Sumber : Provinsi Banten dalam Angka 2018
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 16
03 Provinsi Banten
PDRB ATAS HARGA BERLAKU 2017 PDRB ATAS HARGA KONTSAN 2017

564.429,16 MILYAR 409.959,69 MILYAR


PDRB ADHB PDRB ADHK
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 22.670,34 24.944,45 28.121,54 31.109,69 33.134,03 18.990,92 19.456,95 2.072,67 2.072,67 23.034,86
B Pertambangan & Penggalian 3.404,62 3.728,80 3.864,24 4.082,59 4.146,09 2.575,23 2.677,28 2.775,25 2.870,48 2.850,85
C Industri Pengolahan 140.949,17 148.763,97 160.650,62 168.709,54 179.959,88 12.813,43 130.305,90 134.791,72 138.904,98 144.219,15
D Pengadaan Listrik dan Gas 5.437,89 11.000,96 12.938,33 12.023,97 11.970,57 4.063,47 4.399,17 4.338,09 4.158,64 4.179,58
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 307,16 331,55 366,45 399,93 449,42 307,3 329,28 346,29 369,93 396,92
F Konstruksi 34.612,03 41.875,07 47.757,82 52.921,03 58.783,02 28.383,59 31.636,47 34.314,93 36.405,14 39.224,02
G Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 48.783,51 53.728,63 59.275,85 63.198,13 69.587,76 44.559,12 47.249,36 49.493,59 51.383,07 54.651,24
H Transportasi dan Pergudangan 28.723,90 39.398,55 48.591,56 55.418,45 61.322,52 20.782,54 21.908,32 23.292,40 25.062,61 27.286,37
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.583,56 9.996,37 11.227,02 12.325,97 13.555,95 7.356,97 8.006,95 8.520,04 9.163,54 9.924,70
J Informasi dan Komunikasi 13.573,11 15.600,25 16.826,67 18.298,74 20.562,88 15.263,00 18.119,06 19.896,55 21.591,86 23.173,72
K Jasa Keuangan dan Asuransi 10.883,26 11.928,24 13.387,03 15.739,87 17.026,97 8 927,39 9 351,26 10.136,57 11.572,36 12.013,82
L Real Estat 10.883,26 29.789,61 33.903,43 37.178,43 41.871,63 25.546,75 27.697,29 29.547,77 31.756,57 34.538,74
M,N Jasa Perusahaan 10.883,26 4.242,91 4.865,84 5.423,72 6.089,85 3.076,62 3.346,88 3.613,58 3.884,07 4.182,02
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 27.018,15 8.278,76 9.467,01 10.562,92 11.449,01 5.519,39 5.970,70 6.361,71 6.813,81 7.125,98
P Jasa Pendidikan 3.671,00 13.607,58 15.203,36 16.788,06 18.784,75 9.277,29 9.979,68 10.613,85 11.335,25 12.197,11
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.205,52 4.912,07 5.423,48 5.990,31 6.672,03 3.780,94 4.020,47 4.231,25 4.533,22 4.903,00
R,S,T,U Jasa Lainnya 5.663,98 6.612,29 7.430,19 8.099,95 9.062,78 4.555,15 4.896,20 5.216,25 5.601,58 6.057,63
Produk Domestik Regional Bruto 377.836,08 428.740,07 479.300,44 518.271,32 564.429,16 331.099,11 349.351,23 368.216,55 387.595,37 409.959,69
Sumber : Provinsi Banten dalam Angka 2018
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 17
03 Kabupaten Tangerang
Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Cisoka
Solear
26,98
29,01
Kabupaten Tangerang
Tigaraksa 48,74 Terdiri dari 29 Kecamatan
Jambe 26,02
Cikupa 42,68
Panongan 34,93
Curug 27,41
Kelapa Dua 24,38
Legok 35,13
Pagedangan 45,69
Cisauk 27,72
Pasar Kemis 25,92
Sindang Jaya 37,15
Balaraja 33,56
Jayanti 23,89
Sukamulya 26,94
Kresek 25,97
Gunung Kaler 29,63
Kronjo 44,23
Mekar Baru 23,83
Mauk 51,42
Kemiri 32,7
Sukadiri 24,14
Rajek 53,7
Sepatan 17,32
Sepatan Timur 18,27
Pakuhaji 51,8
Teluknaga 40,58
Kosambi 29,76

Luas Wilayah 959,61 km² atau 95,961 hektar


Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2018

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 18
03 Kabupaten Tangerang
Demografi

Tahun 2017 3.584.770 Jiwa

Gunung Kaler

Sukadiri
Panongan
Curug

Pakuhaji
Kemiri

Rajek
Cisoka

Legok

Sepatan Timur
Balaraja
Jambe
Cikupa

Cisauk

Jayanti
Sindang Jaya

Kresek

Kronjo
Pasar Kemis

Sepatan

Kosambi
Teluknaga
Solear
Tigaraksa

Kelapa Dua

Mauk
Pagedangan

Sukamulya

Mekar Baru
Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2018

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 19
03 Kabupaten Tangerang
PDRB ATAS HARGA BERLAKU 2016 PDRB ATAS HARGA KONTSAN 2016

109.172.163,52 MILYAR 81.923.991,73 MILYAR


ADHB ADHK
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.363.428,89 5.989.836,10 6.748.703,90 7.513.706,40 4.383.527,18 4.784.900,83 4.578.933,08 5.042.833,79
B Pertambangan & Penggalian 39.059,79 44.400,04 47.823,20 50.219,54 32.405,59 33.521,01 34.291,40 35.069,81
C Industri Pengolahan 34.248.067,72 35927 533,40 38548426,42 40 665.594,56 30.586.738,98 30.836.158,49 31.622.407,58 32.491.193,32
D Pengadaan Listrik dan Gas 2.432.214,90 5.209.264,86 6.364.169,15 5.581.176,67 1.620.271,11 1.759.703,63 1.726.349,12 1.534.805,29
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 50.041,76 54.574,55 60.673,93 66.283,02 53.373,79 57.821,46 60.743,20 65.225,95
F Konstruksi 9.306.825,71 11.362.034,62 12.961.649,97 14.327.606,97 7.501.833,06 8.433.393,43 9.242.362,20 9.942.933,26
G Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.989.484,26 10.003.287,53 10.988.282,25 11.742.525,68 8.110.604,99 8.629.025,19 9121 795,75 9.447.369,41
H Transportasi dan Pergudangan 2.025.683,35 2.414.984,25 2.730.697,99 3.043.920,01 1.757.150,03 1 920 099,90 2 034 862,30 2 227 141,67
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.105.969,42 1.301.192,60 1.472.122,68 1.629.558,65 935.696,91 1.040.875,69 115.730,80 1.202.246,11
J Informasi dan Komunikasi 2.596.905,30 2.984.500,69 3.243.180,80 3.551.981,75 2.889.537,67 3.432.313,02 3.836.448,25 4.167.150,09
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3.930.736,60 4.275.621,19 4.805.077,77 5.801.233,43 3.134.515,05 3.262.769,73 3.519.070,98 4.127.341,96
L Real Estat 5.265.382,22 5.853.331,96 6.754.656,78 7.538.179,94 4933439,75 5.385.274,28 5.859.954,58 6.392.038,46
M,N Jasa Perusahaan 755.067,50 859.747,28 995.613,94 1.113.942,31 624.475,19 671.314,00 715.000,77 768.840,33
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.203.232,40 1.383.847,31 1.621.473,04 1.840.347,31 915297,74 987.376,54 1.077.540,49 1.175.561,18
P Jasa Pendidikan 1.849.418,30 2.118.719,82 2.388.963,03 2.683.307,72 1.433.574,15 1.560.574,35 1.701.907,73 1.858.313,05
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 311.786,09 354.784,80 396.067,84 439.210,53 263.965,07 284.944,38 306.746,47 333.065,32
R,S,T,U Jasa Lainnya 1.097.247,68 1.272.810,61 1.437.098,52 1.583.369,03 889.576,98 954.286,53 1.022.194,12 1.112.862,74
Produk Domestik Regional Bruto 80.570.551,89 91.410.471,61 101.564.681,19 109.172.163,52 70.065.983,24 73.828.384,71 77.782.306,59 81.923.991,73

Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2018

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 20
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Pasir
Lokasi Dermaga

Pelabuhan tanjung pasir berada pada Kecamatan Teluknaga sudah


memiliki kegiatan pelayaran yang melayani 4 pulau di Kabupaten
Kepulauan Seribu akan tetapi belum memiliki dermaga atau tambatan
hanya labuh jangkar di pinggir pantai.

Hinterland
Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Kosambi
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 21
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Pasir Lokasi Dermaga

Jalan akses menuju pelabuhan tanjung pasir


memiliki fungsi sebagai kolektor primer
dengan kondisi jalan yang baik akan tetapi
karena berada pada permukiman yang padat

Aksesibilitas
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 22
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Pasir
Angkatan Laut

Kondisi perairan pelabuhan memiliki


jarak 500 meter dari bibir pantai untuk
mencapai kedalaman 5 meter, pada
musim angin timur dan utara gelombang
di pelabuhan cukup tinggi sehingga
kapal harus berlindung di pelabuhan
(wilayah perairan) TNI AL, dengan
kondisi gelombang yang tinggi kapal
masih bisa beroprasi. Kondisi pasang
surut di pelabuhan mencapai 3 meter
pasang tertinggi dari titik 0 LWS
(informasi warga setempat).

Kondisi Perairan
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 23
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Cituis
Lokasi Dermaga

Pelabuhan cituis merupakan pelabuhan eksisting yang


dioperasikan oleh KUPP Karangantu Wilayah kerja Cituis
sertifikat lahan sudah milik Kementerian Perhubungan
Pelabuhan cituis melayani beberapa rute regular kapal pelayaran
rakyat (kapal kayu) bobot 21 – 36 GT dengan kapasitas muat 100
– 200 orang diantaranya adalah menuju pulau tidung dengan
waktu tempuh 1,5 jam, pulau panggang 2 jam, pulau pari 1 jam
dan pulau lancang 30 menit.

Hinterland
Kabupaten Tangerang
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 24
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Cituis
Jalan akses menuju pelabuhan cituis dapat
melalui jaringan jalan dengan fungsi kolektor
primer dan dalam kondisi baik, jalan internal
menuju pelabuhan relative sempit hal ini
dikarenakan pelauhan berada pada permukiman
nelayan dengan kepadatan tinggi.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 25
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Cituis
Berdasarkan hasil survey pendahuluan didapatkan
gambaran perairan pelabuhan cituis yang berada di
dalam sungai, hal ini menjadi kelebihan karena terlindung
dari gelombang akan tetapi alur yang sempit serta
bercampurnya dengan kapal nelayan membuat alur
masuk menuju pelabuhan harus bergantian dengan kapal
nelayan, selain alur yang sempit kedalaman kolam
pelabuhan yang hanya -2 LWS membuat kapal sulit
bermanuver sehingga kapal dapat berlayar ketika air
sudah pasang (pada malam hari)

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 26
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Kait
Lokasi Dermaga

Tidak seperti kedua pelabuhan sebelumnya (Cituis dan


Tanjung Pasir), pelabuhan tanjung kait belum memiliki
kegiatan dan tidak memiliki rute pelayaran baik barang
maupun penumpang, kegiatan eksisting hanya
digunakan kapal nelayan kerang hijau.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 27
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Kait Lokasi Dermaga

Jalan akses menuju pelabuhan Tanjung Kait dapat


diakses menggunakan jalan kolektor primer dalam
kondisi baik sehingga dapat mendukung
konektivitas barang maupun orang jaringan jalan
internal menuju pelabuhan relative sempit karena
melalui permukiman warga serta dikenakan
retribusi sebesar Rp20.000.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 28
03 Lokasi Rencana Pelabuhan
Lokasi Tanjung Kait
Kondisi perairan pelabuhan relative aman
terlindung dari gelombang hal ini dikarenakan
terdapat pemecah gelombang ± 500 meter
dari bibir pantai sehingga banyak kapal
nelayan berlindung, dari segi kedalaman
perairan jarak 300 meter memiliki kedalaman
2 meter atau relative dangkal.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 29
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

04
TANGGAPAN
TERHADAP KAK

30
05 Tanggapan Terhadap KAK

No Materi Pembahasan Penjelasan dalam KAK Tanggapan

Latar belakang berdasarkan KAK sudah sesuai dengan maksud, Tujuan dan Sasaran pekerjaan yang
ingin dicapai akan tetapi konsultan mengusulkan adanya perubahan redaksional penulisan judul
1. Latar Belakang Cukup Jelas
pekerjaan menjadi Studi Kelayakan (Fs) Pengembangan Dan Pembangunan Pelabuhan Laut yang
Digunakan untuk Melayani Angkutan Penyeberangan Banten-DKI
Konsultan sudah memahami maksud dan tujuan pekerjaan yang mana dari ketiga lokasi yang
disebutkan (Cituis, Tanjung Pasir dan Tanjung Kait) hanya satu lokasi yang sesuai dengan RIPN KP
2. Maksud dan Tujuan Cukup jelas
432 Tahun 2017 yaitu Cituis yang ditetapkan sebagai Pelabuhan Pengumpan Lokal sedangkan
untuk lokasi lain sudah sesuai dengan RTRW Provinsi Banten.
3. Sasaran Cukup Jelas Konsultan memahami sasaran sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
4. Keluaran Cukup Jelas Konsultan memahami keluaran sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
5. Dasas Hukum Cukup Jelas Konsultan memahami Dasar Hukum sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
6. Lokasi Kajian Cukup Jelas Konsultan memahami Lokasi Kajian sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
7. Lingkup Pekerjaan Cukup Jelas Konsultan memahami Lingkup Pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
8. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Jelas Konsultan memahami Tahapan pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

9. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Jelas Konsultan memahami Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

10. Peersayaratan dan Kualifikasi Cukup Jelas Konsultan memahami Peersayaratan dan Kualifikasi sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
11.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan Cukup Jelas Konsultan memahami Rencana Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

12. Sumber Pendanaan Cukup Jelas Konsultan memahami Sumber Pendanaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
13. Sistem Pelaporan Cukup Jelas Konsultan memahami Sistem Pelaporan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Konsultan memahami pedoman pengumpulan data lapangan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
14. Pedoman Pengumpulan data Lapangan Cukup Jelas
(KAK)
15. Lain - Lain Cukup Jelas Konsultan memahami seseuai dengan yang tercantum dalam KAK
16. Penutup Cukup Jelas Konsultan memahami seseuai dengan yang tercantum dalam KAK
17. Fasilitas Pendukung Cukup Jelas Konsultan memahami seseuai dengan yang tercantum dalam KAK

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 31
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

05
METODOLOGI

32
05
METODOLOGI
PENDEKATAN

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 33
05 METODOLOGI PENDEKATAN
SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI

Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara

SURVEI BATIMETRI teknis memenuhi syarat. Pengamatan pasut dilaksanakan

Penentuan Jalur Sounding menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 (satu)

Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang cm.


melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari Elevasi Nol Peischaal = 𝑇. 𝑃 + 𝐵𝑇. 1 + 𝐵𝑇. 2

kawasan survei. Jarak antar jalur sounding yang digunakan dimana:


adalah 100 m. T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal.
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok.

Pengukuran
Pengikatan Ke BM
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal.
Rambu
Waterpas GPS (Base)

Rambu
Pasut

Pengukuran Kecepatan Arus


BM

25 m
Jal
ur
Pen DGPS (Differential GPS)
guk
ura
50 m nS
o und
ing
Posisi Fix
75 m

100 m
GPS (Rover)

Sounding

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 34
05 METODOLOGI PENDEKATAN
PEMBENTUKAN GELOMBANG
Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah angin (Utara, Timur Laut,
Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin
disajikan dalam bentuk satuan knot, di mana:

 1 knot = 1 mil laut/jam


 1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1853.18 meter

 1 knot = 0.515 meter/detik

Gambar Contoh Windrose stasiun Angin


Gambar Contoh penentuan daerah pembentukan gelombang
untuk keperluan hindcasting.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 35
05 METODOLOGI PENDEKATAN
TAHAP ANALISIS AWAL

1. Analisis Pengembangan Wilayah

2. Idealisasi Jaringan Transportasi Kewilayahan

3. Kajian Potensi Wilayah

4. Identifikasi Pusat Pergerakan

5. Analisis Transportasi dalam Studi

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 36
05 METODOLOGI PENDEKATAN
TAHAP ANALISIS LANJUT

Penetapan Lokasi Pelabuhan


Penetapan lokasi untuk penyelenggaraan pelabuhan sesuai PP No. 61 Tahun 2009 tentang kepelabuhan ditetapkan oleh
Menteri berdasarkan pada Tatanan Kepelabuhan Nasional, setelah mendapat rekomendasi dari Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai kewenangan terhadap keterpaduan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Lokasi Pelabuhan sebagaimana ditetapkan berdasarkan koordinat geografis dan wajib memperhatikan
aspek-aspek :
 Tatanan Kepelabuhan Wilayah;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
 Kelayakan Teknis;
 Kelayakan Ekonomi;
 Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial;
 Kelayakan lingkungan;
 Keterpaduan intra dan antar moda;
 Adanya aksesibilits terhadap hinterland;
 Kemanan dan keselamatan pelayaran.
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 37
05 METODOLOGI PENDEKATAN
Penilaian Lokasi Dermaga
Pelabuhan yang direncanakan ini diharapkan berperan dengan baik bagi pengembangan ekonomi daerah. Lokasi yang ditunjuk harus
mempertimbangkan perkembangan daerah di masa yang akan datang akan berjalan secara optimal dengan keberadaan dermaga laut
di wilayahnya.
Dasar-dasar pertimbangan penilaian lokasi di antaranya:
 Potensi Daerah;
 Usulan dari Daerah, Provinsi, Pusat dan Investor (bila ada);
 Luas area yang tersedia;
 Iklim lokasi studi;
 Perilaku pasang surut dan arus;
 Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi studi Letak geografis lokasi studi;
 Kondisi Alam dan Prasarana Eksisting.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 38
05 METODOLOGI PENDEKATAN
Kajian Teknis terhadap Kebutuhan Prasarana Pelabuhan
Kajian teknis terhadap kebutuhan prasarana pelabuhan untuk mendapatkan hasil rancang bangun yang optimal dan
analisis perkiraan kebutuhan fasilitas. Untuk mendukung kajian teknis diawali dengan membuat konsep perencanaan
layout. Hal-hal yang menentukan dalam perencanaan layout suatu dermaga meliputi:
 Pola tata letak atau komposisi massa dan ruang;
 Keamanan dalam olah gerak kapal;
 Fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan;
 Pola sirkulasi manusia dan kendaraan;
 Kapasitas rencana dari dermaga;
 Mengikuti azas fungsional, effisien, serta harmonis dengan lingkungan.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 39
05 METODOLOGI PENDEKATAN
Analisis Kelayakan Ekonomi dan Financial Terhadap Wilayah Studi
Tiga kriteria kelayakan ekonomi digunakan dalam menganalisis kelayakan ekonomi, adalah sebagai berikut:
 Analisis Nilai Bersih Sekarang (Analisis NPV)
Nilai bersih sekarang adalah nilai sekarang (net present) dari selisih antara benefit dan biaya pada tingkat discount rate tertentu.
Metode perhitungan NPV adalah :

 Analisis Net Benefit Cost Ratio (Analisis Net B/ C)


Analisis net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif.
Perhitungan net B/C adalah :

 Analisis EIRR
Analisis EIRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek pada
setiap tahun. Perhitungan EIRR adalah :
Suatu proyek dikatakan layak secara ekonomi apabila:
1. NPV adalah positif;
2. net B/C ratio > 1; dan
Keterangan :
3. EIRR lebih besar dari tingkat bunga yang ditentukan.
i1 : Tingkat bunga pada NPV positif, dan
i2 : Tingkat bunga pada NPV negatif PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 40
05 METODOLOGI PENDEKATAN Perkiraan Benefit
Asumsi-asumsi Perhitungan (Financial) 1) Benefit Langsung
Dalam studi ini benefit langsung yang diperoleh dari investasi pembangunan pengembangan
Pelabuhan Laut adalah peningkatan jumlah muatan baik orang maupun barang akibat dari:

Perkiraan Biaya Ekonomi 



Pembangunan dermaga.
Tersedianya prasarana dan sarana pelabuhan yang semula tidak ada.
 Terciptanya keamanan dan kenyamanan aktivitas Pelabuhan Laut akibat dari adanya fasilitas
fungsional dan penunjang.
1) Biaya Investasi  Peralatan pelabuhan dan mode pelabuhan terjamin kualitasnya akibat adanya hanggar
peralatan pelabuhan.
Biaya investasi adalah seluruh biaya pembangunan dikalikan faktor 0,9 untuk mengoreksi angka
 Penyeberangan kapal atau pelayaran dari dan atau ke wilayah studi dan sekitarnya lebih
biaya kontingensi dan pajak yang tidak diperhitungkan. terpantau dan teratur dengan adanya pos penyeberangan.

2) Biaya Operasional  Aktivitas para tenaga kerja Pelabuhan Laut yang dipastikan bertambah.
 Manfaat langsung lainnya dari pembangunan Pelabuhan Laut adalah membuka lapangan
Biaya operasional adalah biaya pemeliharaan dan biaya administrasi yang diasumsikan
pekerjaan bagi generasi muda untuk mengurusi aktivitas pelabuhan laut karena
dikeluarkan setiap tahun. Dalam studi ini diasumsikan bahwa biaya pemeliharaan dibedakan untuk adanya peningkatan aktivitas muatan baik orang maupun barang dan meningkatkan
perekonomian secara umum.
tujuan pemeliharaan, seperti :
2) Benefit tidak langsung
 Fasilitas pokok pelabuhan, seperti dermaga Benefit tidak langsung dalam pembangunan Pelabuhan Laut efek multiplier ekonomi akibat

 Kegiatan pengerukan dan pengurugan untuk menjaga tingkat kedalaman ideal kolam adanya investasi itu sendiri. Eks multiplier adalah dampak turunan akibat peningkatan jumlah
muatan dan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan, yang termasuk dalam benefit
pelabuhan
tidak langsung adalah adanya aktivitas-aktivitas yang muncul dan atau berkembang setelah
 Bangunan di darat, seperti gedung-gedung, operasional menyangkut upah dan gaji, adanya pembangunan Pelabuhan Laut , seperti pariwisata dan perdagangan .
3) Benefit sosial
biaya listrik, telepon, ATK kantor dan keamanan
Benefit sosial adalah dampak positif yang diterima masyarakat dan adanya investasi
3) Biaya sosial pembangunan Pelabuhan Laut . Dampak sosial itu diakibatkan oleh:
Dalam perhitungan ekonomi diperhitungkan biaya sosial yang mungkin diterima masyarakat,  Peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena adanya jaminan hidup dan pertambahan
lapangan pekerjaan;
seperti biaya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
 Peningkatan sumber daya manusia karena pendidikan bisa berjalan dengan baik.
4) Biaya total Benefit sosial sulit diperhitungkan, namun dalam studi kelayakan benefit sosial tetap
diasumsikan.
Dari biaya-biaya di atas diperoleh perkiraan biaya selama 25 tahun umur proyek:
4) Benefit total
Benefit total merupakan jumlah seluruh benefit yang diterima oleh masyarakat dan wilayah
secara umum. Nilai benefit total adalah hasil penjumlahan antara benefit langsung, benefit tidak
langsung dan benefit sosial serta dikalikan 50 %.

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 41
05 METODOLOGI PENDEKATAN
Analisis Kelayakan Teknis dan Lingkungan Terhadap Wilayah Studi
Jenis Analisis aspek teknis yang diperlukan adalah 1). Analisis bentang alam; 2). Analisis perairan dan lingkungan; dan 3). Analisis
teknis (sipil) pembangunan pelabuhan laut. Metode Analisis perairan dan lingkungan
(a). Kepadatan
Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas. Menurut Brower S Zar (1977), formula untuk
1. Analisis Bentang Alam menentukan angka kepadatan adalah:

Analisis bentang alam dilakukan dengan


 Penetapan sifat fisik di lapang; (b). Keanekaragaman

 Pengukuran lereng mikro dan makro; dan Pengolahan data keanekaragaman menggunakan indeks Shannon Wiener (Krebs, 1972), yaitu :
H=∑(pi.log2 pi)
 Pengukuran posisi karang dan lokasi pelabuhan laut saat ini. Keterangan: Pi : ni/Ni

Penetapan sifat fisik tanah. Penetapan sifat fisik tanah dilakukan dengan mengAnalisis sampel tanah H : Indeks keanekaragaman;
Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap jumlah individu total (n/N);
yang berada sampai kedalaman 120 cm. Pengambilan sampel dilakukan dengan bantuan Bor-Belgi. Jarak N : Jumlah total individu semua spesies; dan
S : Jumlah taksa.
antar titik pengeboran antara 100-200 m. Setiap lapisan ditentukan tekstur, struktur dan tingkat
kepadatan tanah. Nilai indeks Shannon Wiener mempunyai beberapa kategori dengan kisaran nilai :
H < 3.32 : Keanekaragaman rendah;
3.32 < H < 9.97 : Keanekaragaman sedang; dan
H > 9.97 : Keanekaragaman tinggi.

(c). Keseragaman
Untuk mengetahui penyebaran individu setiap genus dan apakah ada genus yang mendominasi
populasi, maka digunakan indeks keseragaman, yaitu dengan cara membandingkan
keanekaragaman dengan nilai maksimumnya sebagai berikut:

Keterangan:
E : Indeks Keseragaman
H : Indeks keanekaragaman
H : log2 S=3,3219 log S; dan
S : Jumlah taksa

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 42
05
NO
PEMBOBOTAN KRITERIA KELAYAKAN PELABUHAN
KRITERIA SUB KRITERIA BOBOT
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
1 Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan tatrawil 20%
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotai dan tatralok
Prastudi Kelayakan
Jarak Mencapai kedalaman perairan rencana (diukur dari PASSING GRADE KELAYAKAN PELABUHAN
garis pantai alami pada kondisi surut terendah/LWS)
No Status Kelayakan Passing Grade Keterangan
Aksesibilitas tidak dilanjutkan dengan studi
D Tidak layak dibangun < 60
Infrastruktur penunjang utama berikutnya
tidak dilanjutkan kecuali sudah selesai
Tinggi gelombang alami (tanpa perlu breakwater) C Kurang layak dibangun 60 - 79,9
permasalahannya
Waktu operasional pelabuhan dalam 1 tahun B Layak dibangun 80 - 90 dapat dilanjutkan ke studi berikutnya
2 Teknis 30%
Sedimentasi prioritas untuk dilanjutkan ke studi
A Sangat layak dibangun dan prioritas utama > 90
berikutnya
Luas perairan untuk olah gerak kapal (disesuaikan dengan
hierarki pelabuhan rencana
Arus
Pasang surut (asumsi bukan pasut ekstrim)
Topografi
Potensi Hinterland dan Foreland

3 Ekonomi, Finansial dan Biaya Pembangunan PDRB 15%


EIRR
FIRR
Status Lahan
4 Lingkungan 15%
Jumlah penduduk di wilayah hinterland
Alur Pelayaran dan kebutuhan SBNP
5 Keselamatan Pelayaran 20%
Tingkat Kerawanan Bencana
TOTAL 100%

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 43
PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

06
ORGANISASI
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
44
06 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 6.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerja

Kontrak Kerja

penugasan pengarahan

TIM PELAKSANA

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 45
06 RENCANA KERJA

selama 5 bulan/ 150 hari


kalender atau waktu yang
telah ditetapkan sejak
penandatanganan kontrak
(SPK/SPMK).

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 46
06 RENCANA KERJA SELANJUTNYA

1. Melakukan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD);

2. Melakukan Survey Pendalaman data wilayah;

3. Melakukan Survey Tophografy, Bathymetri, Hidrooseanografy;

4. Mempersiapkan Laporan Antara

5. Paparan Laporan Antara

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FS) PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BANTEN-DKI
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN 47
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai