Anda di halaman 1dari 58

s

PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
Dr. dr. Cut Meurah Yeni, SpOG (K)
dr. Cut Rika, SpOG
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

◦ Infeksi yang disebabkan berbagai jenis mikroorganisme (virus,


bakteri, protozoa, dan jamur) yang menimbulkan gejala klinik
utama di saluran kemih dan reproduksi (maupun sistemik) dan
/atau jalur penularannya melalui hubungan seksual.
◦ Termasuk dalam kelompok IMS antara lain : kondiloma, bakterial
vaginosis (BV), klamidia, herpes, dan GO
◦ Mengakibatkan dampak kesehatan yang besar
Epidemiologi

◦ Tidak ada angka pasti insidensnya, tetapi diduga meningkat


sehubungan dengan perilaku seks bebas dan pemakaian
antibiotika yang salah
◦ Di Indonesia tidak dapat secara langsung terlihat peningkatan
penderita IMS karena laporan yang ada hanya dari pemerintah,
sementara klien yang berobat sendiri atau yang berobat ke
dokter swasta tidak diketahui jumlahnya
◦ Pada Maret 2002, di Indonesia terdapat HIV positif 2876 dan AIDS
689
Gejala klinis

◦ Gejala klinis sangat bervariasi, dari gejala subklinis yang tak jelas
hingga gejala klinis nyata. Gejala umum bisa berupa :
◦ Keputihan
◦ Metrorhagia
◦ Perdarahan pasca sanggama
◦ Disuria
◦ Demam
◦ Mual-muntah
◦ Sampai gejala yang berat berupa gejala penyakit radang
panggul (PRP)
◦ Nyeri perut bawah
Diagnosis

◦ Meningkatnya jumlah sel darah putih dari sekret vagina


◦ Pada PRP ditemukan demam, peningkatan C reactive protein,
LED dan leukositosis
◦ Kondiloma amat mudah terlihat
◦ Sediaan mikrobiologi untuk GO dan biakan sel untuk klamidia,
atau imunologi untuk klamidia dan herpes
◦ Nyeri adneksa
◦ Nyeri goyang portio
◦ Diagnosis pasti dengan laparoskopi
Penatalaksanaan

◦ Penanganan umum meliputi :


◦ Peningkatan upaya pencegahan dan konseling IMS terhadap
wanita pada umumnya, wanita hamil pada khususnya (risiko
tinggi, kontak seksual, pengenalan dini).
◦ Sosialisasi risiko IMS terhadap ibu hamil dan dan bayi yang
dikandungnya, misalnya :
◦ Perlindungan terhadap risiko penularan pasangan
◦ Strategi penemuan dini melalui penapisan antenatal atau
pemeriksaan rutin
◦ Jaminan ketersediaan pemeriksaan laboratorik / serologik yang
spesifik
◦ Terapi paling efektif dengan risiko yang paling minimal.
Hamil dengan Sifilis

◦ Infeksisifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar


3-5 kali.
◦ Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat,
maka 67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati
atau sifilis kongenital.
◦ Pencegahan penularan sifilis dari ibu ke bayi dapat dilakukan
dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan
mengobati ibu yang terinfeksi sifilis dan pasangannya.
Klasifikasi SIFILIS (WHO)

Ulkus tidak nyeri, terbentuk


ditempat inokulasi, soliter, tepi
meninggi, merah, padat

Ruam kemerahan difus, lesi


target di telapak tangan dan
kaki, bercak alopesia, bercak
mukosa

Uji serologis sifilis yang reaktif


tanpa manifestasi klinis
Perjalanan penyakit SIFILIS
Stage of syphilis

POKJA Infeksi Saluran Reproduksi PB POGI


DIAGNOSA IBU HAMIL DENGAN SIFILIS

1. Tes serologi : tes non-treponema & treponema


Tes non- treponema
RPR (rapid plasma reagin/rapidtest)
VDLR (venereal diseases research labotory).
Tes spesifik treponoma
tes TPHA (Treponema Pallidum
HaemagglutinatioAssay)
TP Rapid (Treponema Pallidum Rapid),
TP-PA(Treponema Pallidum Particle
AgglutinationAssay),
FTA-ABS (FluorescentTreponemal
AntibodyAbsorption).
2. Tes Cepat Sifilis (Rapid test Syphilis)
POKJA Infeksi Saluran Reproduksi PB POGI
SKRINING
• Semua ibu hamil  skrining sebelum
usia kehamilan 16 minggu dan diulang
pada awal kehamilan trimester 3 (3
bulan kemudian).
• Skrining dengan VDRL / RPR atau TP
rapid jika fasilitas ini ada pada
kunjungan pertama pelayanan
antenatal di semua Fasyankes.
• Jika selama kehamilan belum
dikerjakan skrining, maka dilakukan
pada masa nifas.
POKJA Infeksi Saluran Reproduksi PB POGI
Alur Tes Serologis Sifilis Pada Ibu Hamil
Bila Hanya Tersedia TP Rapid
Alur Tes Serologis Sifilis
Bila TERSEDIA Tes Non Treponema dan Treponema
Interpretasi Tes Serologi Sifilis
RPR atau TPHA atau
VDRL TP Rapid INTERPRETASI
Reaktif Non reaktif Tes skrining nontreponema
positif palsu
Reaktif Reaktif  Sifilis yang belum diobati;
 Sifilis lanjut yang pernah
diobati
 Frambusia
Interpretasi Tes Serologi Sifilis
RPR atau TPHA atau
INTERPRETASI
VDRL TP Rapid
Non reaktif Reaktif  Sifilis sangat dini yang belum
diobati;
 Sifilis dini yang pernah diobati
 Frambusia
Non reaktif Non reaktif  Bukan sifilis;
 Sifilis masa inkubasi;
 Sifilis sangat lanjut;
 Sifilis bersamaan dengan infeksi
HIV dan imunosupresi
Tatalaksana SIFILIS pada ibu
hamil
• Sifilis DINI (S-1 dan S-2):
– Benzathin penicillin G 2,4 juta unit dosis tunggal
injeksi intramuskular ATAU
– Procaine penicillin G 1,2 juta unit injeksi
intramuskular sekali sehari selama 10 hari
– Bila alergi penisilin dan tidak memungkinkan untuk
desensitisasi, atau tidak tersedia:
• Eritromisin 4X500 mg per oral selama 14 hari ATAU
• Seftriakson injeksi intramuscular 1 g sekali sehari, selama 14 hari, ATAU
• Azitromisin 2g per oral dosis tunggal
• Catatan: ketiga obat dapat mengobati ibu hamil, namun tidak dapat
melewati sawar plasenta, sehingga tidak dapat mengobati janinnya

WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016


Tatalaksana SIFILIS pada ibu
hamil
• Sifilis LANJUT (termasuk S laten):
– Benzathin penicillin G 2,4 juta unit injeksi
intramuskular sekali seminggu selama 3 minggu
berturut-turut (interval jangan melebihi 14 hari)
ATAU
– Procaine penicillin 1,2 juta unit injeksi intramuskular
sekali sehari selama 20 hari
– Bila alergi penisilin dan tidak memungkinkan untuk
desensitisasi, atau tidak tersedia:
• Eritromisin 4X500 mg per oral selama 30 hari
• Catatan: obat dapat mengobati ibu hamil, namun tidak dapat
melewati sawar plasenta, sehingga tidak dapat mengobati janinnya

WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016


Reaksi Jarisch-Herxheimer
• Reaksi demam akut, seringkali disertai nyeri
kepala, mialgia, dan keluhan lain
• Biasanya terjadi dalam 24 jam pertama setelah
pemberian terapi awal apapun untuk sifilis dan
seringkali terjadi pada pasien sifilis dini,
kemungkinan karena bakteri masih sangat
banyak dalam stadium dini
Reaksi Jarisch-Herxheimer
• Pasien harus diberi tahu mengenai kemungkinan
ini
• Dapat diberikan antipiretik untuk mengurangi
simtom, namun tetap tidak dapat mencegah
reaksi ini
• Reaksi Jarisch-Herxheimer dapat menginduksi
partus atau menyebabkan fetal distress pada
perempuan hamil, namun keadaan ini jangan
menjadi alasan untuk tidak mengobati atau
menunda pengobatan
MONITOR
• Pemeriksaan serologi VDRL dan RPR pada bulan ke – 3
dan bulan ke – 6 (VDRL dan RPR menurun 4x)
• Selama kehamilan titer serologi diperiksa setiap bulan
(wanita risiko tinggi reinfeksi).
• Evaluasi USG pada usia kehamilan > 20 minggu untuk
melihat sifilis kongenital yaitu:
• hepatomegali,
• penebalan plasenta,
• hidramnion,
• ascites,
• hidrops fetalis dan
• peningkatan arteri serebri media.
SIFILIS KONGENITAL
Organ tubuh
janin yang
terkena sifilis:
Plasenta
Hepar Paru-paru
Tr. Gastrointestinal
Ginjal Pankreas
Susunan syaraf
pusat
Sistem tulang

W_Indriatmi
24
Gonore
Faktor Gejala Gejala
risiko pada Ddari lubang pada
pria kencing keluar wanit
wanita Keputihan,
Status lajang c
airan berwarna kental,
putih,kuning kekuningan.
kehijauan,rasa
gatal,panas dan
nyeri.
Prostitusi Muara lubang Nyeri pinggul
bawah
kencing
bengkak & agak
merah.
IMS
Tidak ada Nyeri saat haid
perawatan Sakit saat
pranatal kencing

Nyeri saat
kencing
Infeksi ibu hamil

Terbatas pada saluran genital bawah

Salpingitis akut jarang terjadi

Gejala infeksi GO diseminata yaitu :


petechie, nyeri sendi, artritis septik
Infeksi Janin

Infeksi janin
dapat
memperburuk
kondisi
kehamilan

Infeksi
Persalinan Ketuban Chorioam
Postpartu
preterm pecah dini nionitis
Terdapat
m
hubungan
servicitis GO dan
abortus septik

Setiap bayi baru


lahir dari ibu yang
terinfeksi GO
harus diberikan
antibiotik
profilaksis
Infeksi Klamidia
• Adalah suatu bakteri intrasel obligat yang memiliki beberapa
serotipe, termasuk serotipe yang menyebabkan limfogranuloma
venereum (LGV)
• Kebanyakan wanita hamil mengalami infeksi asimtomatik, tetapi
bisa timbul gejala berupa sindrom uretra, uretritis, atau infeksi
kelenjar bartholin.
• Peran infeksi klamidia pada penyulit kehamilan berupa kehamilan
(preterm, PROM) masih dierdebatkan.
Infeksi neonatus
Terjadi penularan vertikal 30-50 %
neonatus yang lahir per vagina dari
wanita yang terinfeksi

Penularan perianal dapat menyebabkan


pneumonia dan oftalmia neonatorum

C trachomatis adalah penyebab utama


pneumonia afebris apada anak usia 1-3
bulan
HERPES GENITAL

• Dua tipe herpes simplek virus(HSV) yaitu HSV tipe 1 dan HSV
type 2. HSV type 1 berhubungan dengan infeksi herpes non
genital. HSV tipe 2 berhubungan dengan infeksi pada saluran
genital dan menyebar dengan kontak seksual.
• Lokasi :
* Pada pria banyak ditemui di Kepala Penis.
* Pada wanita banyak ditemui di vagina bagian luar dan mulut
rahim (serviks)
Gejala :

Erupsi papular disertai gatal


dan kesemutan
Sering terjadi gejala mirip
flu karena viremia
Sulit buang air kecil.
Rekurensi paling sering
terjadi pada tahun pertama
setelah infeksi awal dan
frekuensinya berkurang
dalam beberapa tahun.
• Sebagian besar infeksi primer dan
Infeksi episode pertana pada awal
Ibu IInfeksi Primer kehamilan mungkin tidak
-> tidak terdapat menyebabkan peningkatan
antibodi HSV-1 abortus atau lahir mati (
atau HSV 2 Eskild,2002)
• Infeksi primer pada kehamilan
Infeksi non tahap lanjut
primer -> mungkinmenyebabkan persalinan
terdapat antibodi
HSV 1
kurang bulan (Brown dan Baker,
1989)

Infeksi berulang
=> terdapat
antibodi HSV 2
Infeksi neonatus terdapat tiga bentuk, yaitu:
Terlokalisasi: Infeksi terbatas
pada mata, mulut, sistem saraf,
kulit

Diseminata: melibatkan banyak


organ

asimtomatik
Diagnosis Manajemen
• Tes Tzanck smear • Antiviral seperti acyclovir,
• ELISA famcyclovir dan valacyclovir bisa
digunakan pada wanita hamil dan
• Pemeriksaan cepat dengan biokit
tidak hamil
HSV-2 rapid test dan sure vue HSV
2 rapid test • ACOG => menganjurkan terapi
antivirus pada atau setelah 36
minngu untuk wanita yang
mengalami kekambuhan selama
kehamilan
• ACOG => operasi ceksia sesarea
dianjurkan pada wanita hamil
dengan lesi yang aktif atau gejala
prodromal
Papiloma Virus
Manusia (HPV) Infeksi Neonatus
• Hpv tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan
suara serak dan distres pernapasan
Menjadi salah satu IMS
tersering dengan lebih 30 pada anak
tipe menginfeksi daerah
genital. A Danish population- based study
indicated a neonatal transmission risk
of 7 per 1000 infected women
(Silverberg, 2003). Prolonged rupture of
Kutil genital meningkat membranes was associated with a
jumlah dan ukuran selama twofold increased risk, but risk was not
kehamilan
associated with delivery mode

the benefit of cesarean delivery to


Lesi tumbuh mengisi vagina
decrease transmission risk is unknown,
atau menutupi perineum and thus it is currently not
sehingga sehingga recommended solely to prevent HPV
persalinan pervaginam atau transmission
episiotomi sulit dilakukan
Mucocutaneous external genital warts termed condyloma
acuminata are usually caused by HPV types 6 and 11 but may
also be caused by intermediate-
and high-oncogenic-risk HPV

Acceleration of viral replication by the physiological changes


of pregnancy might explain perineal lesion growth and
progression of some to cervical neo- plasm (Fife, 1999; Rando,
1989). ese lesions may sometimes grow to ll the vagina or
cover the perineum, thus making vagi- nal delivery or
episiotomy di cult

Treatment
Trichloroacetic or bichloracetic acid, 80- to 90-percent solution,
applied topically once a week, is an efective regimen for external
warts. Some prefer cryotherapy, laser ablation, or sur-gical excision
(Arena, 2001; Centers for Disease Control and Prevention, 2010b).
Agents not recommended in pregnancy because of concerns for
maternal and fetal safety include podo-phyllin resin, podofilox 0.5-
percent solution or gel, imiquimod 5-percent cream, interferon
therapy, and sinecatechins.
TES PAP
Pengamatan sel-sel y a n g d i eksfoli a si da r i g en i ta li a

Hub infeksi HPV karsinogenesis serviks

Stadium pra kanker diobati


(NIS)
serviks
Tujuan Tes Pap
Terapi Saat Kehamilan

Respons terhadap
pengobatan selama Selama kehamilan kutil
kehamilan inkomplit, tetapi tidak selalu harus
Lesi umumnya membaik dieradikasikan
dan mengecil setelah
persalinan.
INFEKSI VIRUS
IMUNODEFISIENSI
MANUSIA (HIV)
DEFINISI

HIV (human
AIDS (Acquired
immunodeficiency
Immune Deficiency
virus) adalah
Syndrome) adl
sebuah retrovirus
kumpulan gejala
yang menginfeksi
penyakit akibat
sel sistem
menurunnya sistem
kekebalan tubuh
kekebalan tubuh yg
manusia - terutama
disebabkan oleh
sel T, CD4+, dan
infeksi virus HIV
makrofag.
tipe 1 dan 2
Epidemiologi

◦ Sejak kasus HIV pertama kali dilaporkan pada tahun 1981, infeksi
HIV terus berkembang dengan sangat cepat.
◦ Tahun 1999, WHO melaporkan terdapat 34,4 juta penderita HIV di
seluruh dunia, dimana 15,7 jutanya adalah perempuan, dan
setiap tahunnya 2,3 juta perempuan yang terinfeksi HIV
melahirkan bayi.
◦ Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat 70% infeksi HIV ini
ditularkan melalui transmisi heteroseksual dan lebih dari 90%
infeksi pada anak-anak terjadi akibat transmisi secara vertikal dari
ibu ke bayinya. Setiap tahunnya, hampir 600.000 anak-anak
tertular virus HIV dengan cara transmisi vertikal ini.
Patofisiologi
◦ Terdapat dua target utama HIV, yaitu sistem imun dan susunan
saraf pusat. Molekul CD4 merupakan reseptor yang memiliki
afinitas tinggi terhadap HIV. Langkah awal dari infeksi ini ialah
terikatnya selubung (envelope) glikoprotein gp120 pada molekul
CD4 yang berperan sebagai reseptor primer untuk HIV. Namun
jika hanya terikat pada molekul CD4 saja tidak cukup untuk
terjadinya infeksi HIV, oleh karena itu HIV harus terikat pada ko-
reseptor lainnya agar bisa masuk ke dalam sel. CXCR4 dan CCR5
sebagai ko-reseptor berperan dalam proses ini. Selanjutnya, HIV
harus terikat pada reseptor primernya yaitu CD4 dan ko-
reseptornya sebelum bersatu dengan membran sel dan
melakukan internalisasi.
◦ Setelah melakukan internalisasi, genom dari virus tersebut akan
mengalami proses reverse transcription, yang merupakan awal
pembentukan proviral DNA yang selanjutnya akan terintegrasi
pada genom host. Setelah proses ini, provirus akan terkunci
dalam kromosom selama jangka waktu bulanan hingga tahunan.
Pada masa tersebut, infeksi dikategorikan sebagai fase laten.
Setelah terjadi infeksi kronik, strain CXCR4 (virus X4) timbul pada
50% individu yang terinfeksi. Strain X4 tidak hanya menginfeksi
limfosit T, namun juga bereplikasi di sel T. Terdapatnya strain virus
X4 biasanya sebagai faktor prediktor penurunan cepat CD4 dan
mempercepat progresifitas HIV.
Tanda dan
Gejala
Demam

Infeksi jamur, Pembesaran


bakteri, virus kelenjar getah
yang kronis. bening

Turgor kulit Diare


menurun berkepanjangan

Menurunnya
Pusing/pening
berat badan
Modul 4, 33
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK

Masa kehamilan Persalinan Post partum melalui ASI


36 mg- Selama
0-14 mg 14-36 mg kelahiran persalinan 0-6 bln 6-24 bln

1% 4% 12% 8% 7% 3%

bln

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82


Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Risiko penularan masa persalinan
His  tekanan pada plasenta meningkat
⇒Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu
dengan darah bayi
Bayi terpapar darah dan lendir serviks
pada saat melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena
menelan darah dan lendir serviks.

Modul 4, 40
Mazami Enterprise © 2009
Diagnosis
◦ Pemeriksaan serologis yang dapat mendeteksi antibodi terhadap
virus atau dengan nucleic acid based assays yang dapat mengukur
jumlah kopi virus dalam plasma (RNA polymerase chain reaction)
atau jumlah virus dalam sel (DNA polymerase chain reaction)
◦ Tes HIV dinyatakan positif jika pemeriksaan ELISA berulang
menunjukkan hasil positif, demikian pula halnya dengan tes Western
blot.
◦ Tes menunjukkan hasil yang belum pasti jika hasil ELISA positif namun
hasil Western blot menunjukkan adanya satu pita (single band).
Ketidakpastian ini mungkin menunjukkan proses serokonversi yang
sedang berlangsung, namun lebih sering menunjukkan jumlah kasus
non-HIV seperti autoantibodi dari penyakit autoimun atau penyakit
kolagen, atau reaktivitas silang dengan alloantibodi pada
kehamilan, transfusi darah, dan transplantasi organ.
◦ Sensitivitas dan spesifisitas dari tes serologis ini cukup tinggi, yaitu lebih
dari 99%.
Alur Pemeriksaan rapid tes HIV

HASIL POSITIF
•A1, A2 dan A3 Reaktif

HASIL NEGATIF
•A1 non reaktif
•A1 reaktif, pengulangan A1
dan A2 non reaktif
•Salah satu reaktif tapi
resiko –

HASIL INDETERMINATE
•Dua hasil reaktif
•1 tes reaktif tapi berisiko
atau pasangan berisiko
◦ Hasil tes positif palsu dapat disebabkan oleh autoantibodi,
penerima vaksin HIV, kesalahan teknik pemeriksa.
◦ Hasil tes negatif dapat diperoleh pada masa jendela (window
period), serokonversi, dimana pada AIDS lanjut dapat terjadi
penurunan kekebalan tubuh yang tajam sehingga tubuh tidak
mampu membentuk antibodi, agammaglobulinemia, serta
kesalahan teknik pemeriksaan.

Di Indonesia, diagnosis hasil tes dinyatakan positif apabila tes


skrining dua kali positif ditambah tes konfirmasi dengan Western
blot positif. Namun karena biaya tes Western blot mahal, maka
digunakan tes penyaring tiga kali positif (dengan reagen yang
berbeda).
Pemberian ARV pada Ibu
Hamil
Pedoman ARV 2007 Pedoman PPIA tahun Panel Ahli tahun
2012 2013
• Stadium klinis 1 dan 2 • mulai terapi ≥ 14 Mulai Terapi ARV
apabila CD4 < 200 minggu kehamilan sedini mungkin,
sel/mm3 pada ibu hamil HIV tanpa
• Stadium klinis 3 dengan stadium klinis memandang
apabila CD4 < 350 1 atau CD4 umur kehamilan,
sel/mm3 >350sel/mm3 stadium klinis dan
• Stadium klinis 4 • pada ibu hamil ≤ 14 jumlah CD4
berapapun nila CD4 minggu kehamilan
nya dengan stadium klinis
2,3,4 atau CD4 < 350
OBAT PILIHAN UTAMA KDT (Kombinasi Dosis
Tetap) =
- Tenofoir 300 mg
- Lamivudin 150 mg
- Efavirenz 600 mg
Meningkatkan Bumil HIV
mendapat terapi ARV
Persalinan pada ODHA
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai