Anda di halaman 1dari 45

IBU RINI KESPRO

Masalah gangguan Kesehatan reproduksi


MATERI
• Gangguan Haid
• Penyakit Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease/PID)
• Hormon Repkancement Therapy (HRT)
Gangguan Menstruasi
Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
Hipermenore
PAerdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal yaitu lebih dari 8 hari, ganti
pembalut 5-6 kali per hari
Hipomenore
Perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa dengan siklus haid yang teratur.
Kelainan Siklus
Polimenore
Keadaan dimana siklus haid lebih pendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari
Oligomenore
Keadaan dimana siklus haid lebih panjang lebih dari 35 hari
Amenorea
Keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
Perdarahan Diluar Haid
Metroragia : perdarahan dari vagina tanpa ada hubungannya dengan suatu suklus haid. Metroragia
adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid
Penyakit Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease/PID
• Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas
• Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.
• Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS)
ETIOLOGI
• Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang masuk atau menginfeksi daerah genital
bagian bawah (vagina dan serviks).
• Kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya IMS.
• Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut
TANDA DAN GEJALA
• Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul yg terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
• Mual
• Demam
• Nyeri saat berkemih
• Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
• Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
PENEGAKAN DIAGNOSA
• Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kenaikan dari sel darah putih yang menandakan
terjadinya infeksi
• Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk
mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.
• Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan)
kecil
di perut untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan
TINDAKAN PENGOBATAN/TERAPI
• Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
kronik.
• Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab
adalah pilihan utama.
• Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan
dari pengobatan
CONT’
• Pasangan seksual juga harus diobati apabila menderita PMS
KOMPLIKASI
• Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri
berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal.
• Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada
rahim dan saluran tuba
• Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga
menyebabkan infertilitas
• Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya
ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik
PENCEGAHAN
• Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit
menular seksual.
• Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena
dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas.
• Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan
untuk mencegah berulangnya infeksi

GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI


Eufrasia Prinata Padeng, SST.Keb.,M.Kes
MATERI AJAR
• Infertilitas
• Infeksi Menular Seksual
• Gangguan Haid
• Unwanted pregnancy dan aborsi
INFERTILITAS
Definisi
• ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual
sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B, 2005).
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur 2-3 kali
seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu tahun
(Mansjoer, 2004
• Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah satu tahun atau lebih dengan
catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa adanya pemakaian
kontrasepsi.
JENIS INFERTILITAS
• Infertilitas Primer
belum pernah hamil pada wanita yang telah berkeluarga meskipun hubungan seksual
dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu paling kurang 12
bulan
• Infertilitas Sekunder
Tidak terjadi kehamilan setelah berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang
wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan
kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah hamil.
Penyebab infertilitas
Penyebab infertilitas pada pria
• Jumlah sperma, kemampuan sperma bergerak atau kemampuan untuk membuahi sel telur
• Produksi sperma yang abnormal krna berbagai hal spt testis tdk turun, cacat genetik atau
infeksi berulang
• Faktor gaya hidup yg tidak sehat spt gizi buruk, obesitas, penggunaan alkohol, tembakau
dan obat-obatan
• Faktor lingkungan spt pestisida atau bahan kimia lain, sering terpapar panas dpt
meningkatkan suhu tubuh dan hal ini akan mengganggu produksi sperma dan menurunkan
jumlah sperma
• Kerusakan yang terkait dengan kanker dan pengobatannya. Semakin sering menjalani
pengobatan radiasi dan kemoterapi, dapat mengganggu produksi sperma.
• Usia. Semakin tua usia seseorang, maka kesuburan juga menjadi berkurang
Penyebab infertil pada wanita
• Kerusakan tuba falopii atau penyumbatan yang biasanya dihasilkan dari radang tuba falopii
(salpingitis)
• Chlamydia/IMS sering menjadi penyebab yang dijumpai
• Gangguan ovulasi
• Endometriosis
• Cedera, tumor, penggunaan obat-obatan tertentu yg menyebabkan gangguan ovulasi
• Sindrom ovarium polikistik (PCOS) yaitu kondisi dimana tubuh memproduksi terlalu banyak
hormon androgen sehingga menyebabkan mslh ovulasi
• Fibroid rahim, tumor jinak pada dinding rahim yang dapat menyebabkan infertilitas dgn
menghalangi saluran tuba dan mengganggu implantasi hasil pembuahan
• Adhesi pelvis, pita jaringan parut yang mengikat organ setelah infeksi panggul. Pembentukan
jaringan parut ini dapat menggangu kesuburan
• Kanker dan pengobatannya
Budaya dan Infertilitas
• Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-tengah masyarakat kita yang
menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu merupakan tanggung jawab wanita.
Ketidakmampuan wanita untuk mengandung dihubungkan dengan dosa-dosanya, roh setan atau
fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak adekuat ataupun sempurna
• INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Pengertian
• Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual
dengan pasangan yang sudah tertular.
Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin
• Bakteri (Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Gardnerella vaginalis, Hemophilus
ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis)
• Virus (HSV,HPV,HIV, Herpes B virus, Molluscum contagiosum virus )
• Protozoa (Trichomonas vaginalis )
• Jamur (candida albican)
Tanda dan gejala
• IMS yang ditandai dengan keluarnya cairan berwarna putih, kuning atau kehijauan seperti nanah
dari alat kelamin, yaitu : gonore, uretritis atau servitis non spesifik, kandidiasis, bacterial
vaginosis dan trikomoniasis.
• IMS yang ditandai dengan adanya luka/koreng di alat kelamin, yaitu sifilis, ulkus molie,
limpogranuloma venerium, granuloma inguinale dan herpes  genitalis.
• IMS yang ditandai dengan adanya tumbuh seperti kutil atau jengger ayam pada alat kelamin,
yaitu moluskus kontangiosum dan kondiloma akuminata.
• Selain tanda-tanda tersebut, IMS yang lebih lanjut sering disertai  dengan tanda-tanda benjolan
atau pembengkakan kelenjar pada lipat paha , pembengkakan buah zakar pada laki-laki, serta
nyeri perut bawah pada wanita
Jenis-Jenis IMS
• Gonore
• Infeksi genital non spesifik
• Sifilis
• Herpes genitalis
• Kondiloma akuminata
• HIV/AIDS
Pencegahan IMS
• Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang sehat, pentingnya
menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan monogami, dan mengurangi jumlah
pasangan seksual.
• Mencegah dan mengendalikan IMS pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka
dengan melakukan penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara penggunaan
kondom yang tepat dan konsisten.
• Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini terhadap
IMS.
UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI
Definisi
• Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu
kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan.
• Faktor Penyebab : hamil akibat perkosaan, hamil akibat seks di luar nikah, persoalan ekonomi,
alasan karir/sekolah, kegagalan kontrasepsi.
• Kejadian KTD pada remaja mengalami peningkatan
• Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan
meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun
• survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD
mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5
persen adalah pelajar.
• Ada dua alternatif pilihan yang dilakukan oleh individu yang mengalami KTD yaitu
Mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi)
• Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya
dilakukan oleh para remaja.
Kasus aborsi di NTT
• Bidan DSB ditetapkan sebagai tersangka karena terbukti lakukan aborsi di Kupang (2016)
• SF (19), siswa kelas III salah satu SMA swasta di Kota Kupang melakukan aborsi, ia ditahan
seusai mengikuti UN ,Kamis (2/4/2015) .
• Pembuangan orok bayi laki - laki di wilayah RT 20/RW 08 Kelurahan Maulafa, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang, pada Kamis (18/7/2013) malam, sekitar pukul 20.30 Wita. Yang
dilakukan oleh Ny. FN selaku dukun beranak  bersama ayah dan ibu korban yang saat itu
berstatus mahasiswa Universitas PGRI NTT atas nama AM serta DT

• Senin, 09 Desember 2013 Mahasiswa salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) di Kota
Kediri dibekuk polisi. Pasalnya, dia diduga menggugurkan kandungan kekasihnya, Pelaku aborsi
itu berinisial AM warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang indekost di Lingkungan Tirtoudan,
Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.

IBU YUNI KESPRO


KOMPLIKASI POST PARTUM
1. Infeksi Puerperium
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada traktus genetalia yang terjadi pada
masa setelah melahirkan, ciri khas terjadinya infeksi ini ditandai dengan kenaikan suhu hingga
mencapai 38◦C yang terjadi pada hari ke 2 sampai 10 hari pertama setelah persalinan
Faktor Risiko:
• Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu (perdarahan, anemia, nutrisi buruk,
status social ekonomi rendah, imunosupresi)
• Partus lama dengan kejadian ketuban pecah dini
• Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah
Etiologi
Infeksi peurperalis dapat disebabkan oleh mikroorganisme anaerob dan aerob pathogen yang
kebanyakan berasal dari flora normal serviks dan jalan lahir atau kemungkinan dari luar. Kuman
anaerob biasanya berupa kokus gram positif seperti streptokokus, bakteriode dan klostridium,
sedangkan kuman aerob bakteri gram positif seperti E. Coli, streptokokus hemolitikus aerobikus
dan stafilokokus aureus
Tipe-Tipe Infeksi Puerperalis
1. Infeksi terlokalisir dari genitalia eksternal
adalah infeksi yang dapat disebabkan dari luka episiotomy atau laserasi yang dibentuk sutura,
bisa juga dari area perineum, vulva, atau vagina.
Manifestasi Klinis:
Demam tingkat rendah (kurang dari 38,3◦C), nyeri terlokalisir, edema, kemerahan, rabas,
seropurulent, luka yang berbentuk seperti bisul, dan menggigil.
Tipe-Tipe Infeksi Puerperalis
2. Endometritis
Infeksi yang terjadi pada area endometrium dan sisi plasenta
Manifestasi Klinis:
Demam (39,4◦C), mengigil, frekuensi nadi cepat, sakit kepala, sakit punggung, malaise,
nyeri pada uterus, rabas berwarna coklat gelap, jumlah sedikit-banyak dan berbau busuk.
2. Endometritis
Infeksi yang terjadi pada area endometrium dan sisi plasenta
Manifestasi Klinis:
Demam (39,4◦C), mengigil, frekuensi nadi cepat, sakit kepala, sakit punggung, malaise,
nyeri pada uterus, rabas berwarna coklat gelap, jumlah sedikit-banyak dan berbau busuk.
3. Parametritis
Infeksi yang terjadi pada jaringan sekitar uterus melalui system limfatik (sering bersamaan
dengan endometritis)
Manifestasi Klinis:
demam tinggi yang khas (38,9 - 49◦C), menggigil, nyeri tekan pada abdomen pada satu sisi
atau keduanya. Abses pada vagina, rectum, dan abdomen.
Pencegahan:
• Selama kehamilan, bila ibu anemia perlu perbaikan sehingga anemia bisa teratasi, dengan
cara pemberian diet yang baik
• Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dihindari
• Disarankan agar proses persalinan tidak berlangsung lama, cegah perdarahan banyak, jaga
alat persalinan agar tetap steril dan lakukan pemeriksaan dalam hanya jika perlu dan atas
indikasi tepat.
• Selama nifas, rawat hygiene perlukaan jalan lahir.
Penatalaksanaan:
• Lakukan pengukuran suhu tiap 2 sampai 4 jam
• Berikan diet TKTP
• Berikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan hygiene
• Lakukan pemeriksaan laboratorium seperti nilai leukosit dapat bernilai normal atau
meningkat, nilai LED meningkat, nilai Hb/Ht menurun pada keadaan anemia, pemeriksaan
kultur atau drainase luka, pemeriksaan urine dan USG untuk melihat kecenderungan
tertinggalnya fragmen plasenta.
Kolaborasi untuk terapi antibiotic dan transfuse darah.

Diagnosa Keperawatan
• Nyeri/ketidaknyamanan b.d respon tubuh pada agen tidak efektif
• Risiko tinggi terjadinya komplikasi b.d terjadinya proses infeksi, kerusakan kulit dan/atau
jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedur invasive
dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, penyakit kronis
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d intake yang tidak adekuat
. Mastitis
Mastitis adalah peradangan yang terjadi pada kelenjar payudara atau mammae. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya mastitis meliputi penyumbatan saluran susu,
daya tahan tubuh ibu yang rendah, berkaitan dengan kelelahan atau stress, tangan yang
tidak bersih, dan keretakan atau keterbelahan putting. Mastitis dapat terjadi saat minggu
ke-2 atau ke-4 postpartum. Bila mastitis tidak teratasi, maka akan terjadi komplikasi abses
payudara.
Penyebab utama maitits adalah statis Asui dan infeksi.statis ASI biasa merupakan
penyebab primer yang dapat disretai atau menyebabkan infeksi.
 Stasi Asi terjadi jiak payudara terbendung setelah melahirkan,atau setiap saat jika
bayi tdk mengisap asi, kenyutan bayi yg buruk pada payu darah, pengisapan yang
tidak efektif, pembatasan atau durasi menyusui , sumbatan pada saluran ASI ,
suplai ASI yang sangta berlbhan dan menyusui untk kembar2/ lebh.
 Efeksi: Organisme yang paling sering ditemukan pada mastistis dan abses
payudara adalah: Organisme koagualase-positif staphylococcus Aureus dan
staphylococcus Albus. Escherichia coli dan strptococcus kadang2 tdk ada juga
ditemukan.mastistis jrg ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
Manifestasi Klinis:
Bila ibu postpartum mengalami mastitis, maka tanda gejala yang dapat terlihat adalah rasa nyeri
yang di rasakan dipayudara setempat, suhu sedikit meningkat, dan pemeriksaan darah yang
menunjukkan kearah peradangan. Jika terjadi abses, maka nyeri terasa hebat dipayudara kulit, di
atas abses mengkilat, dan peningkatan suhu yang signifikan (39-400C) dan bayi yang tidak mau
menyusui pada payudara yang sakit, seolah-olah bayi mengetahui bahwa susu sisi ini bercampur
darah
Penatalaksanaan
• Memberikan penyangga pada payudara dengan kain segitiga supaya tidak menggantung
dan nyeri.
• Pemberian antibiotic
• Melakukan biopsy dan insisi umumnya pada abses
• Pemberian ASI, dianjurkan pemberian asi kontinu
• Uji laboratorium, infeksi mastitis biasanya diindikasikan oleh peningkatan jumlah leukosit
dan jumlah bakteri
Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
• Periksa mammae terhadap area kemerahan, nyeri tekan dan pembengkakan yang
terlokalisir. Pada palpasi, daerah tersebut mungkin sangat keras dan teraba panas, dan
gumpalan mungkin terasa seperti sebuah batu yang keras.
• Inspeksi putting bila terdapat keretakan karena ini, merupakan jalan masuk terhadap
infeksi. Waspada terhadap putting yang meradang dan terasa sangat sakit. Abses pada
mammae tampak berupa inflamasi local yang nyeri, teraba keras di bawah permukaan
kulit.
• Kaji keadaan umum ibu: sakit kepala, nyeri otot, frekuensi nadi yang cepat, suhu
meningkat
• Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu
Asuhan Keperawatan:
Pengkajian:
• Kaji Riwayat untuk factor-factor presipitasi saat menyusui, seperti ketidakefektifan
pengosongan mamae, pembengkakan, kompresi mammae yang berasal dari pakaian atau
BH yang ketat, atau perubahan yang mendadak dalam pola menyusui seperti bayi tidur
sepanjang malam.
• Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh kemerahan pada
membrane mulut, yang berindikasi infeksi akibat candida albicans, atau infeksi sariawan
pada mulut.
Diagnosa Keperawatan:
• Nyeri/ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi pada payudara
• Menyusui tidak efektif berhubungan dengan bayi yang tidak mau menyusui
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan ibu untuk menyusui
• Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya
informasi
. Tromboemboli
Tromboflebitis adalah kondisi terbentuknya bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau
trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian (Doengoes, 2000), komplikasi ini tampak
pada hari ke-3 atau ke-4 postpartum.
Tromboflebitis digolongkan menjadi dua, yaitu:
• Tromboflebitis ringan/suprficial
• Tromboflebitis berat/tromboflebitis vena profunda (TVP)
Etiologi:
Umumnya etiologi thrombus disebabkan oleh tiga hal yang dikenal dengan trias viscow, yaitu:
1. Perubahan susunan darah (hiperkoagulasi)
2. Perubahan laju peredaran darah (statis vena)
3 .Perlakuan interna pembuluh darah (terjadi pada prosedur pembedahan
Manifestasi Klinis:
• Area local yang panas dan kemerahan
• Nyeri betis ringan
• Vena yang tampak dan dapat dipalpasi
• Suhu tubuh yang normal, atau tingkat demam rendah
• Trombosis Vena Profunda (TVP) dapat terlihat pada ibu dengan Riwayat thrombosis,
dengan keluhan nyeri kaki yang berat (nyeri bisa memburuk bila kaki berada pada posisi
bergantung dan jika diberikan penekanan di daerah betis), edema dan kepucatan pada
area kaki yang terkena, terjadi kenaikan suhu, peningkatan frekuensi nadi, menggigil
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan untuk tromoembolisme ringan adalah:
 Istirahat bertirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi
 Pemberian antibiotic
 Terapi panas-lembab dilakukan agar terjadi drainase dan mengurangi statis vena
 Gunakan stoking elastic setelah inflamasi akut berkurang
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti Hb/Ht, masa prothrombin, masa tromboplastin
dan AST (SGOT)
Penatalaksanaan untuk tromboembolisme berat adalah:
Pemberian terapi antikoagulan untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi
bahaya emboli. Terapi dimulai dengan heparin melalui infus IV yang berkelanjutan
Pengkajian:
• Kaji tanda-tanda vital, khususnya suhu setiap 4 jam
• Kaji peningkatan dalam ukuran, warna, kehangatan, nadi perifer pada area betis, paha,
dan lipatan paha
• Kaji Riwayat duduk lama, imobilitas dengan tirah baring, anestesi akibat pembatasan
aktivitas
• Keluhan nyeri: nyeri tekan pada daerah yang sakit
• Palpasi area betis, paha dan lipatan paha untuk thrombosis yang teraba, menonjol dan
berlekuk
Diagnosa Keperawatan:
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi jaringan vena
• Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi spasme vascular
• Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurannya informasi
.4.Depresi Post partum
Komplikasi depresi post partum yaitu keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan
sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan. Penyimpangan ini
diklasifikasikan menjadi:
a. Post partum blues
b. Severe Post partum depression
c. Women with borderline personalities
d. Post partum psychosis
Etiologi:
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan merupakan
kombinasi dari aspek biologis, psikososial dan stress situasional (Mitayani, 2009 (Beck 1999)).
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan resiko depresi postpartum adalah :
1. Fluktuasi hormone seiring dengan kelahiran
2. Latar belakang depresi, gangguan mental
3. Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat
4. Kemarahan terhadap kehamilan
5. Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga
6. Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial dan melahirkan bayi cacat
7. Kehamilan yang tidak diinginkan
Manifestasi Klinis:
1. Postpartum blues: depresi ringan, menangis, perasaan kehilangan, kelelahan konsentrasi
menurun
2. Severe post partum depression: ansietas, fobia, ketakutan akan membahayakan bayi,
insomnia, mudah tersinggung, perasaan bersalah dan apatis
3. Women with borderline depression personalities : bisa berfluktuasi dari depresi ke psikotik
4. Postpartum psychosis : delusi, halusinasi, disorientasi, serta rasa marah terhadap diri
sendiri dan bayi
Penatalaksanaan:
Terapi terbaik dalam keadaan penyimpangan psikologi pada ibu postpartum adalah menggunakan
kombinasi psikoterapi, dukungan social dan medikasi.
Pengkajian:
• Kaji adanya Riwayat gangguan afektif dan depresi dalam keluarga
• Kaji status social ekonomi yang rendah
• Kaji Riwayat hubungan pernikahan ibu dengan pasangannya
• Kaji adanya ambivalen atau pemikiran negative tentang peran sebagai orang tua
• Kaji Riwayat child abuse, kekecewaan pada diri sendiri, perasaan tidak mampu menjadi
seorang ibu
• Kaji perilaku dan perhatian ibu terhadap kehadiran bayi
• Kaji terhadap munculnya insomnia
• Observasi perilaku menangis, kesedihan, dan kecemasan
Diagnosa Keperawatan:
• Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, system pendukung
yang tidak adekuat
• Gangguan interaksi social berhubungan dengan depresi berat
• Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan depresi mental
• Risiko mencederai diri sendiri dan bayi berhubungan dengan perasaan yang tidak adekuat,
delusi, dan halusinasi
• Perubahan proses keluarga berhubungan dnegna depresi maternal
• Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, system pendukung
yang tidak adekuat
• Gangguan interaksi social berhubungan dengan depresi berat
• Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan depresi mental
• Risiko mencederai diri sendiri dan bayi berhubungan dengan perasaan yang tidak adekuat,
delusi, dan halusinasi
• Perubahan proses keluarga berhubungan dnegna depresi maternal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN AWAL
Outline
 Kehamilan ektopik
 Mola hidatidosa
 Hiperemesis Gravidarum
 Abortus
1. KEHAMILAN EKTOPIK
• Kehamilan Ektopik:
Keadaan dimana ovum telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
• Kehamilan Ektopik Terganggu:
Kehamilan ektopik yang telah menyebabkan gangguan  abortus, rupture
Ini ada gmbar……
Insidensi:
• Tuba Falopi (93-95%)
• Fimbrae (5%)
• Interstitial (2-3%)
• Abdominal (1-2%)
• Ovarium (1%)
• Servical (0.5%)
(Cuningham. FG,dkk.,2005)

Faktor Risiko
• Riwayat Kehamilan Ektopik
• Bedah Korektif tuba
• Sterilisasi tuba
• AKDR
• Patologi tuba
• Riwayat Infeksi genitalia (Klamidia, Salpingitis)
• Merokok
• Riwayat abortus
Riwayat bedah caecar

Manifestasi Klinis
Laboratorium
1. Hb dan ht
2. Hitung leukosit
3. Test kehamilan
Pemeriksaan penunjang
 Usg
 Pengukuran seru B-hcg
 Kuldosentesis
 Laparoskopi diagnostik
 Laparotomi diagnostik
Diagnosis diferensial
 Infeksi pelvis
 Abortus iminens /abortus inkomplit
 Tumor /kista ovarium
 Appendisitis
Penatalaksanaan:
 Penatalaksananaan kehamilan ektopik tergantung pada lokasi kehamilan dan tampilan klinis
 Penderitaan yang disangaka ket harus dirawat inap dirumah sakit bila keadaan syok perbaiki
keadaan umum.
A. Penatalaksanaan medis
Menggunakan zat yang merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi
o Methotrexate
o Larutan glukosa hiperosmolar
o Actinomycin

B. Penatalaksanaan bedah
 Salpingostomi
 Salpingotomi
 Salpingektomo
 Evakuasi fimbrae dan fimbraektomo

Diagnosa Keperawatan

• Nyeri bd adanya kontraksi uterus, sekunder terhadap pelepasan separasi plasenta


• Risiko deficit volume cairan bd kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal
(perdarahan)
• Ketakutan/ansietas bd krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan,
fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga
(hospitalisasi,pengobatan)
Risiko tinggi infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan sekunder akibat perdarahan ;
prosedur invasif

2. MOLA HIDATIDOSA
 Dikenal dengan Kehamilan Molar /Hamil anggur
 Adalah pertumbuhan proliferasi trofoblas plasenta jinak, dimana villi korionik
berkembang menjadi edematous, kistik, vesikel transparan avascular yang menggantung
secara berkelompok seperti anggur

Tanda & Gejala


• Mual muntah berlebih (tropoblast estrogen, progesterone, dan βhCG
• Ukuran Rahim lebih besar : isi gelembung 2x>>
• βhCG identik dengan TSH: sehingga berkaitan dengan reseptor TSHfungsi tiroksikosis
(hipertiroid) dan simpatis>> hipertensi
• peningkatan kadar βhCG bd penegakan molahidatidosa, dimana kadar hCG bisa mencapai
>100.000 mIU/mL
• Diagnosis tumor trofoblastik gestasional pascamola didasarkan menetapnya atau meningkatnya
kadar βhCG pasca evakuasi mola hidatidosa
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan βHCg
• USG : Menunjukan gambaran khas, badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb)

Diagnosa Keperawatan

• Nyeri akut b.d agen biologis


• Risiko deficit volume cairan bd kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal
(perdarahan)
• Ketakutan/ansietas bd krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan,
fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga
(hospitalisasi,pengobatan)
• Risiko tinggi infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan sekunder akibat perdarahan ; prosedur
invasif

3. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Mual muntah berlebih saat hamil  penurunan BB, dehidrasi, alkalosis, dan hypokalemia yang
biasanya terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu

Penyebab
Penyebab hyperemesis gravidarum tidak diketahui secara pasti, namun berkaitan dengan:

• Hormonal Psikologi Organik


• β HCg Anxietas Masuknya villi khoriasis
• Esterogen Gangguan tidur Perubahan metabolic
• Progesteron Gangguan mood Resistensi ibu
• Serotonin alergi

Faktor risiko
 Riwatat hamil dgn HG
 Kehamilan ganda
 BB berlebih
 BB berlebih
 BB berlebih

Gejala Umum H. G
 Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
 Muntah setelah makan atau minum
 Kehilangan BB >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, (rata2 kehilangan BB 10%)
 Dehidrasi
 Penurunan jumlah urin
 Sakit kepala
 Bingung
 Pingsan
 Jaundise
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Tingkat 1
• Muntah terus menerus
• Timbul intoleransi pada makanan dan minuman
• BB menurun
• Muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan kadang sedikit
mengeluarkan darah
• Nadi meningkat sampai 100x/mnt
• Mata cekung lidah kering
• Turgor menurun
• Urin sedikit tetpi masih normal
Tingkat 2
• Gejala lebih berat
• Segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan
• Haus hebat
• Sub febril, nadi cepat >100-140x/mnt
• TD sistolik <80 mmHg
• Apatis, kulit pucat, lidah kotor
• Bilirubin dalam urin
• BB cepat menurun
• Aseton ada
Tingkat 3
• Sangat jarang terjadi
• Gangguan kesadaran (delirium-koma)
• Muntah berkurang atau berhenti
• Dapat terjadi icterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin
Penatalaksanaan Medis
• Merehidrasi ibu memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
• Obat-obatan sedative : Phenobarbital
• Vitamin : Vit C, B1 dan B6 atau B kompleks
• Antihistamin : dramamin, avomin
• Anti emetic (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine
• Cairan parenteral: cairan cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2-3liter/hari), dapat ditambah kalium untuk metabolism dan vitamin, bila
kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara IV. Bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan KU membaik dapat diberukan minuman dan makanan tidak cair
Pemeriksaan Penunjang
• Dipstick urin : ketonuria
• Lab darah:
 Darah lengkap
 GDS
 Elektrolit
 AGD  Alkalosis
 Enzym hati (ALT dan AST)
 Serum creatinine dan serum ureum
• USG
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd mual dan muntah berlebih
• Defisit volume cairan bd kehilangan cairan berlebih
• Koping tidak efektif bd perubahan psikologi kehamilan
• Intoleransi aktifitas bd kelemahan
• Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
4. Abortus
Definisi :
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
sebelum pada usia kehamilan < 20-24 minggu dan atau Berat < 500gr
Patofisiologi :
• Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis + nekrosis jaringan sekitarnya 
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya (benda asing dalam uterus)  uterus
berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Manajemen
• Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dahulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah
• Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase
• Berikan obat-obatan uterotonika seperti metilmergometrin maleat 3x1 tablet perhari selama 5 hari
dan antibiotika. Harus selalu dilakukan observasi perdarahan setelah dilakukan kuretase
• Berikan antibiotic k/p

PERTEMUAN II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN LANJUT

• Preeklampsia & Eklampsia


• Plasenta Previa
• Solutio Plasenta
Preeklamsia & Eklamsia

Terminologi dan Diagnostik


 Hipertensi kronis  hipertensi yang terjadi pada kehamilan dibawah usia kehamilan 20
minggu
 Hipertensi gestasional hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan diatas usia
kehamilan 20 minggu
 preeklampsia hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan diatas usia kehamilan 20
minggu disertai adanya gangguan organ
 Preeklamsia berat  Preeklampsia + Seizure
 EklampsiaPreekmalpsia + Seizure Grand mal seazures (tanpa ada penyebab kejang
lainnya)

Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukan pemberatan preeklampsia atau


preeklampsia berat adalah salah satu dibawah ini:

 Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110mmHg diastolic pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit mengunakan lengan yang sama
 Trombositopenia: trombosit <100.000/microliter
 Gangguan ginjal: Kreatinin serum>1.1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum
pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
 Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di
daerah epigastric/regio kanan atas abdomen
 Edema paru
 Didapatkan gejala neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan visus
 Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta: oligohidramnion,
Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan Absent of reversed end Diastolic Velocity
(ARDV)
Management Ekspektatif Preeklamsia Tanpa Gejala Berat
Rekomendasi:
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklamsia tanpa gejala berat dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal dan janin lebih ketat
Level evidence II, Rekomendasi C
1. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklamsia tanpa gejala berat
2. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
 Evaluasi gejala maternal dan Gerakan janin setiap hari oleh pasien
 Evaluasi tekanan darah 2 kali seminggu secara poliklinis
 Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Level Evidence II Rekomendasi C
 Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu)
 Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler
velocimetry terhadap arteri umbilical direkomendasikan
2 SOLUTIO PLASENTA
Pengertian
• Solutio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan berusia diatas 28 minggu (Mansjoer,2001)
• Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
janin lahir, dengan masa kehamilan 22-28 minggu atau BB janin diatas 500 gram
• Solutio plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus/korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III
(Achadiat, 2003).
ETIOLOGI
Sebab primer solutio plasenta belum jelas, tetapi diduga dapat disebabkan oleh:
• Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi menahun, preeklamsia, eklamsia)
• Multiparitas, umur ibu yang tua
• Tali pusat pendek
• Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke 2)
• Tekanan pada vena cava inferior
• Defisiensi gizi, defisiensi asam folat
• Trauma
Patofisiologi

Terjadinya solutio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada myometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang meyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh darah arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan
plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah
tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervagina berwarna kehitaman
yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang
perdarahan pervagina yang banyak, syok, dan kematian janin intra uterin.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukan tanda syok
Manifestasi Klinis
3. Pemeriksaan Obstetri
• Nyeri tekan uterus dan tegang
• Bagian-bagian janin yang sukar dinilai
• DJJ sulit didengar/tidak ada
• Air ketuban berwarna merah karena bercampur darah
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan lab darah: Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu prothrombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma
• Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin
• USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin
Komplikasi
Penatalaksanaan
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas oprasi
2. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
3. Pasang infus cairan NaCl fisiologi. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral.
4. Pantau TD dan nadi tiap 15 menitdeteksi hipotensi/syok akibat perdarahan. Pantau DJJ dan
pergerakan janin
5. Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfuse darah, bila tidak teratasi,
upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan keadaan janin.
6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan
pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama, bila renjatan tidak dapat diatasi upayakan
tindakan penyelamatan optimal
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah :plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim  bisa mendekati
atau bahkan bisa menutupi Sebagian ataupun seluruh dari ostium uteri internum ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa factor yang meningkatkan risiko terjadinya
plasenta previa, antara lain:
• Multiparitas dan umur lanjut >35 tahun
• Defek vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atroik dan inflamatorik
• Cacat atau jaringan parut pada endometrium akibat bekas pembedahan (SC, curettage, dll)
• Chorion leave persisten
• Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium blm siap menerima hasil konsepsi
• Konsepsi dan nidasi lambat
• Placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan pervaginam tanpa disertai rasa
nyeri, warna darah merah segar, dan jumlahnya tidak banyak. Tanda lainnya:
• perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang
• Darah biasanya berwarna merah segar
• Terjadi saat tidur atau melakukan aktivitas
• Bagian terendah janin tinggi
• Perdarahan biasanya berulang
Komplikasi:
• Placenta abruptio
• Perdarahan
• Placenta akreta, placenta inkreta, dan placenta perkreta
• Prematur atau kelahiran bayi kurang bulan (<37 minggu)
• Kecacatan pada bayi
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut b.d agen cidera biologis/fisiologi
• Ansietas b.d krisis situasional
• Berduka b.d kehilangan/kematian janin
• Risiko hypovolemia b.d perdarahn pervaginam
• Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif/perdarahan
• Gangguan ibu dan janin b.d penurunan suplai oksigen uteroplasenta
Ibu yulti
Penyulit/Komplikasi Pada Persalinan
1. Kala I
 Cepalo pelvic Disproportion (CPD)  Rupture Uterus
 Persalinan lama/Macet
2. Kala II
 Distosia Bahu
 Asfiksia Neonatorum
3. Kala III
 Komplikasi kala III
4. Kala IV
 Syok hemoragik
Hal yg mempengaruhi persalinan
 Passage
 Passanger
 Power
. Cephalopelvic disproportion (CPD) Suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran
kepala janin dengan panggul ibu, sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.

Bentuk Panggul
• Ginekoid
• Android
• Antropoid
• Platipeloid

Penyebab
• Fetal macrosomia
• Fetal position
• Problems with the pelvis
• Problems with the genital tract
Tanda dan Gejala:
• Palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
• Pada primipara perut tampak menggantung
• Pada multipara persalinan yang sebelumnya sulit
• Ada kelainan letak pada hamil tua
• Terdapat kelainan bentuk badan ibu (sangat pendek, scoliosis, pincang, dll)
• Persalinan lebih lama dari biasa: dilatasi serviks lambat walaupun kontraksi uterus baik
Pemeriksaan Fisik:
• Pemeriksaan antenatal atau melalui pemeriksaan panggul saat inpartu.
• Gold standard CPD didapatkan pada saat fase aktif persalinan.
• Pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal : USG, MRI
• Pelvimetri X-ray: menentukan diameter pelvis dan diameter kepala janin  membantu
untuk memutuskan metode persalinan yang tepat
Hasil pemeriksaan mengarah ke CPD, evaluasi:
• Ukuran dan bentuk panggul
• Presentasi dan posisi janin
• Aktivitas janin
• Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
• Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
• Dilatasi dan pendataran serviks
• Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
• Ukuran dan bentuk panggul
• Presentasi dan posisi janin
• Aktivitas janin
• Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
• Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
• Dilatasi dan pendataran serviks
• Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
DISTOSIA BAHU:
• Adalah sulit lahirnya bahu bayi
• Pada umumnya disebabkan oleh deformitas panggul atau ukuran ekstrim tubuh bayi yang
menyebabkan kegagalan bahu untuk melipat mengikuti sumbu panggul

Penyulit/Komplikasi Persalinan 2

Asfiksia Neonatorum
1. Negara maju : 3-5 bayi/1000 kelahiran hidup
2. 1 dari 3 penyebab mortalitas neonatus di dunia
3 . 27% penyebab kematian neonatus di Indonesia
• WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir
. National Neonatology Forum of India
Asfiksia merupakan keadaan yang ditandai dengan megap-megap, dan pernapasan tidak
efektif atau kurangnya usaha napas pada menit pertama setelah kelahiran
• American college of obstetric and gynaecology (ACOG) dan American Academy of (AAP
Asfiksia merupakan kondisi terganggunya pertukaran gas darah yang menyebabkan
hipoksemia progresif dan hiperkapnia dengan asidosis metabolic signifikan
• Standar Pelayanan Medis Ilmu kesehatan Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,
2004)
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan
asidosis
ETIOLOGI:
A. Faktor Ibu
 Preeklampsi dan eklampsi
 Perdarahan abnormal
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan
 Infeksi berat
 Kehamilan lewat waktu (setelah 42 minggu)
B. Faktor Bayi
 Bayi premature (sebelum 37 minggu)
 Persalinan dengan tindakan
 Kelainan bawaan
 Air ketuban bercampur mekonium
C. Faktor Tali Pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolap tali pusat
Tugas Kelompok: Penyulit/Komplikasi Persalinan:
• Distosia
• Persalinan macet
• Perdarahan post partum
• Atonia Uteri
• Retensio Plasenta
• Emboli Air Ketuban
• Robekan Jalan Lahir
Gangguan dalam
kala.III dan kala IV:
. PERDARAHAN POST PARTUM
• Secara Normal :
- Lepasnya plasenta menimbulkan perdarahan (oleh karena robeknya sinus marginalis
di tempat insersi plasenta dengan dinding uterus).
- Biasanya perdarahan yang timbul tidak banyak oleh karena kontraksi dan retraksi
otot-otot uterus menekan pembuluh darah yang terbuka
Perdarahan Post partum:
• Definisi : perdarahan > 500 cc pd partus pervaginam, atau > 1000 cc pada partus
perabdominam
• Klassifikasi :
1. PPP dini ( PPP Primer) terjadi 24 jam pertama postpartum.
2.PPP lambat (PPP Sekunder)  terjadi stlh 24 jam post partum.
Gej.klinis/diagnosis :
• .Terjadi perdarahan akut/kronis
Perdarahan > 20 % volume darah : TD ↓, Nadi meningkat, Nafas sesak  syok
Perdarahan + plasenta belum lahir  retensi plasenta
Perdarahan + plasenta telah lahir  dibedakan atoni atau laserasi jalan lahir
* atoni : uterus lembek, fundus uteri naik, jika darah tidak keluar
* laserasi jalan lahir : uterus berkontraksi baik.
Untuk menentukan diagnosa dgn cepat  inspekulo jalan lahir, dan eksplorasi kavum
uteri.
Prognosis : wanita dgn PPP sebaiknya tidak meninggal,bila perlu dapat dilakukan
histerektomi
• Komplikasi :
• 1. Syndroma sheehan akibat insufisiensi hipofise  kegagalan laktasi, amenorea, atrofi
payudara, rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi, dan
insuffisiensi kortek adrenal.
• 2. Diabetes insipidus, tanpa diserta insuff hipofise anterior.
• 3. Kematian maternal,infeksi puerperal.
Penanganan
1. Pencegahan pada antepartum  pengobatan anaemia, periksa kadar
fibrinogen.,pembekuan darah.
Persalinan di RS utk profilaksis, pasien dgn faktor predisposisi Atonia uteri spt :
• - riw. Perdarahan post partum
• - grandemultigravida
• -partus lewat waktu.
• - bekas SC.
• - SC, EF, EV.
• - Over distensi  gemelli, hidramnion, anak besar, mioma.
• - Partus lama
• - setelah anaesthesi.
. Dalam Kala III:
• 1. Masase Uterus
• 2. Uterotonika (oksitosin 10 iu im, ergometrin 0,2 mg im)
• Jika plasenta belum lahir  segera lahirkan
• Jika plasenta telah lahir  atonia atau laserasi
* atoni  message uterus, ergometrin 0,2 mg iv
 kompresi bimanual uterus atau perasat “Dickinson”
 tamponade utero vaginal (diangkat 24 jam kemudian) ligasi
a.hipogastrika dekstra, sinistra  histerekatomi.
3. Laserasi jalan lahir  repair.
4. Hipofibrinogenemia  transfusi darah segar, pemberian fibrinogen .
5. Perdarahan karena sisa plasenta  kuretase hr ke V, setelah pemberian injeksi
methergin 3 hari.
K33 PAK ENGKI

Managemen resiko k3
• Pengertian managemen resiko K3
• Tujuan dan manfaat managemen resiko K3
• Proses managemen resiko K3
resiko
• Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di dalam suatu situasi.
• Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti atau kerugian finansial akibat bahaya yang
terjadi.
• Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar
yang diharapkan.
• risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Klasifikasi resiko
• Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome), yaitu kerugian.
• Risiko terhadap benda dan manusia  menimpa benda, seperti rumah terbakar, sedangkan risiko
terhadap manusia seperti, cidera kematian.
• Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk  tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh bencana alam,
peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya
dapat diasuransikan.
Penanganan resiko
SMART
Spesifik---------------- Sasaran yang harus jelas 5W+1H
Measurable ---------------- diukur , indicator,evaluasi capaian
Attainable------------------------ dicapai melalui usaha-usaha dan sesuai kemampuan
Realistic--------------------------- Target yang tidak terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat
Timebound--------------------------- menetapkan batas waktu dalam mencapai sasaran

Definisi managemen resiko


• Manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan digunakan untuk memberikan lingkungan yang
aman dan efektif bagi pasien, pengunjung, dan karyawan sehingga dapat mencegah dan
mengurangi kerugian institusi.
• manajemen risiko adalah aktivitas organisasi terkoordinir, mengarahkan, dan mengendalikan
yang berkaitan dengan pengelolaan risiko.
• Manajemen risiko menyangkut identifikasi atas kemungkinan risiko yang akan dihadapi, dan
berusaha melakukan proteksi agar pengaruh risiko tersebut dapat diminimalisasi bahkan
ditiadakan sama sekali.
syarat utama manajemen risiko
Kebijakan Manajemen Risiko ----- dapat dimengerti, dan dapat diimplementasikan disetiap
tingkatan organisasi
Perencanaan dan Pengelolaan Hasil--- Komitmen Manajemen
-------- Tanggung Jawab dan Kewenangan
-------------- Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia------ implementasi sistem manajemen risiko
Tinjauan Manajemen ------------ Target yang tidak terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat
Prinsip manajemen resiko
1. Menciptakan nilai tambah (creates value)
2. Bagian integral proses dalam organisasi (an integral part of organizational processes)
3. Bagian dari pengambilan keputusan (part of decision making)
4. Eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses uncertainty)
5. Bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic, structured and timely)
6. Berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best available information)
7. Sesuai kebutuhan (tailored)
8. Memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human and cultural factors into account)
9. Bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)
10. Bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan (dynamic, iterative and responsive
to change)
TUJUAN MANAJEMEN RESIKO
• Mencegah dan mengurangi risiko potensial.
• antisipasi/bersiap-siap sebagai respons dan perbaikan jika risiko menjadi kenyataan
• Melindungi dari risiko signifikan yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
• Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada pada proses
bisnis dan fungsi dalam perusahaan.
• Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian, menjadikan
pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan juga keunggulan kinerja
perusahaan.
• Mendorong setiap perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan,
sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
• Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan pentingnya
pengelolaan risiko.
• Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko yang digambarkan
dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen dalam pengembangan strategi dan
perbaikan proses manajemen risiko secara terus menerus dan berkesinambungan
MANFAAT MANAJEMEN RESIKO
• Pengendalian terhadap timbulnya adverse event.
• Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu masalah terjadi.
• Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas.
• Efisiensi.
• Mempererat hubungan stakeholders.
• Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan.
• Memperbaiki citra.
• Proteksi terhadap tuntutan.
• Akuntabilitas, jaminan, dan governance.
• Meningkatkan personal health and well being.
PROSES MANAGEMEN RESIKO
1. Internal environment (Lingkungan internal)
2. Objective setting (Penentuan tujuan)
3. Event identification (Identifikasi risiko)
4. Risk assessment (Penilaian risiko)
5. Risk response (Sikap atas risiko)
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)
8. Monitoring
PERTEMUAN II
PENYAKIT AKIBAT KERJA(PAK) DAN KECELAKANAAN AKIBAT KERJA (KAK)
Pengertian Kecelakaan
 suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda
 kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
(tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
 kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau
berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya
Pengertian Kecelakaan
 suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda
 kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
(tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
 kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau
berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat kerja.
Contoh KAK
 Jatuh dari atas ketinggian

 Jatuh dari ketinggian yang sama

 Menabrak objek dengan bagian tubuh

 Terpajan oleh getaran mekanik

 Tertabrak oleh objek yang bergerak

 Terpajan oleh suara keras tiba-tiba

 Terpajan suara yang lama

 Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)

 Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

 Otot tegang lainnya

 Kontak dengan listrik

 Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas

 Terpajan radiasi
Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
 Cidera fatal (fatality)

 Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

 Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

 Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
 Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)

 Cidera ringan (first aid injury)

 Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

Rate cedera
 Incident rate Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap seratus
orang karyawan yang dipekerjakan.
 Frekwensi rate Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta jam kerja

 Loss Time Injury Frekwensi Rate Jumlah cidera atau sakit akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta
jam kerja
 Severity Rate Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif yang hilang
dibagi satu juta jam kerja
 Total Recordable Injury Frekwensi Rate Jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI,
LTI & Cidera yang tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerjA
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
 Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

 Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja.

 Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja
yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan
bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan,
proses, sifat pekerjaan
 Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan sehingga
tidak bisa bekerja dengan sempurna
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
 Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
 Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease.

 Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang
ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Penyebab Penyakit Akibat Kerja
 Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan

 Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut

 Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll

 Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.


 Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan

Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


 Menentukan diagnosis klinis

 Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

 Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

 Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut
 Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruh

 Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

 Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


 Pencegahan Pimer – Healt Promotion

 Pencegahan Skunder – Specifict Protection

 Pencegahan Tersier

pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi:


Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan kesehatan berkala

PAK JOHAN
Adverse Event

(Kejadian Tidak Diharapkan)


Insiden Keselamatan Pasien
 Menurut PMK No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, Insiden keselamatan pasien
adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan,
kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial cedera.
 Adapun jenis-jenis insiden yang ditetapkan dalam PMK No. 11 Tahun 2017 adalah sebagai
berikut.
 Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.Contohnya obat-obatan LASA (look a like sound a like)
disimpan berdekatan
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu kejadian insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien. Contohnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan kepada pasien, tetapi
staf lain megetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan kepada pasien.
 Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan
(comission) atau tidak mengambil tindakan yang seluruhnya diambil (omission) cth: misalnya
pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah kejadian yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan (omission)
dan bukan karena penyakit dasarnya (underlying disease) atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis. Contoh KTD yaitu pasien yang
diberikan obat A dengan dosis lebih karena kesalahan saat membaca dosis obat pada resep
sehingga pasien mengeluhkan efek samping dari obat tersebut.
 Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian,cedera permanen, atau
cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk emperthankan kehidupan,
baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit ataukeadaan pasien.
Kejadian sentinel biasanya dipakai untuk kejadian tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.

Adverse Event
 Adverse even/Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) cedera yang disebabkan oleh manajemen
medis BUKAN karena penyakit atau kondisi pasien.
 Kesalahan medis terjadi dari rangkaian masalah terkait system yang kompleks dan bukan dari
satu individu.
 Institut of Medicine mendefenisikan kesalahan dalam dua cara:
1. an “error of execution” (kesalahan pelaksanaan) mengacu pada tindakan yang benar namun
tidak berjalan sebagaimana dimaksud.
2. an “error of planning”(kesalahan perencanaan) terjadi ketika tindakan yang dimaksudkan tidak
dilakukan dengan benar.
National Patient Safety Foundation (NPSF) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai
pencegahan dan eliminasi atau mitigasi cedera pasien akibat kesalahan.
Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) mendefinisikan kesalahan medis sebagai
tindakan
 commision (melakukan hal yang salah),
 Omission/kelalaian (tidak melakukan hal yang benar),
 execution (melakukan hal yang benar dengan cara yang tidak tepat).

Perhatikan beberapa jenis kesalahan berikut:


 Dokter gagal menggunakan tes diagnostik yang ditunjukkan atau salah menafsirkan tes
 Petugas ruang gawat darurat tidak dapat menggunakan defibrillator dengan baterai mati
 Pasien mengalami infeksi luka pasca operasi, sehingga lama rawat memanjang.
 Pasien menerima golongan darah yang salah selama transfusi.
Kesalahan aktif dan laten
 Karakteristik organisasi dengan keandalan tinggi meliputi
1) mengakui dan merencanakan variabilitas dan kesalahan manusia,
2) mengantisipasi yang terburuk dan merencanakannya, dan
3) merencanakan kegagalan untuk membantu menghindari bahaya ketika kegagalan terjadi.
 Pemimpin memahami faktor teknis, organisasi, lingkungan, dan manusia yang memengaruhi
kesalahan.
 Adanya saling percaya di dalam organisasi sehingga orang melaporkan masalah dan kesalahan
keselamatan karena mereka memahami apa yang merupakan praktik yang tidak aman.
 Pelaporan terbukti berharga bagi staf dan pemimpin yang menyadari pentingnya data yang
akurat.
 Organisasi harus menghargai pelaporan kesalahan dan nyaris celaka. Fleksibilitas memberikan
tanggung jawab personel garis depan untuk situasi langsung.
Faktor yang Merusak Kinerja Manusia
Beberapa bukti menunjukkan bahwa sejumlah faktor dapat mengganggu kinerja manusia.
Seperti;
 Terlambat atau sedang terburu-burudapat memengaruhi kinerja tugas.
 Beberapa orang merasa sangat sulit untuk melakukan banyak tugas. Yang lain kehilangan
konsentrasi karena gangguan pekerjaan
 Petugas kesehatan dan profesional sering menghadapi stres, kurang tidur, dan kelelahan saat
bekerja.
 Faktor lingkungan tempat kerja, gangguan pribadi atau rumah, dan
 penyalahgunaan zat juga dapat mengganggu kinerja.
 James Reason dalam studinya mengembangkan beberapa pertanyaan untuk mengatasi
kesalahan yang dilakukan di tempat kerja.
 Pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut saat menyelidiki kesalahan atau kejadian tidak
diharapkan:
 Apakah insiden tersebut melibatkan niat jahat?
 Apakah seseorang dengan sengaja mengalami gangguan kerja?
 Apakah seseorang dengan sengaja melakukan sesuatu yang salah atau tidak aman?
 Apakah orang dengan pelatihan khusus akan melakukan kesalahan yang sama?
 Apakah seseorang menunjukkan riwayat keterlibatan kejadian tidak diharapkan?
Pelaporan Kesalahan
 Kumpulkan data dengan cara proaktif tetapi tidak menghukum.
 Belajar dari kesalahan untuk mengidentifikasi tren yang mungkin mengungkapkan masalah
dengan hati-hati.
 Pelaporan kesalahan yang akurat dapat membantu mengidentifikasi kebijakan yang perlu
direvisi.
 Sistem pelaporan harus mengumpulkan informasi tentang penyedia layanan kesehatan.
 Pertimbangkan pelaporan sukarela sebagai bentuk pasif pengawasan untuk kejadian nyaris
celaka, dan kondisi tidak aman.
 Pengawasan aktif melibatkan pengamatan langsung terhadap penyedia atau tinjauan bagan
menggunakan alat pemicu.
 Sistem pelaporan dan evaluasi insiden yang efektif harus mendukung privasi dan menerima
informasi dari berbagai individu.
 Sistem pelaporan juga harus memberikan umpan balik yang tepat waktu dan berisi mekanisme
yang memastikan evaluasi dan pembuatan rencana tindakan korektif.
Menganalisis Kejadian dan Kesalahan
 Individu yang bertanggung jawab untuk menganalisis kejadian buruk harus mengenali komponen
kesalahan manusia.
 Melakukan analisis peristiwa yang tepat dapat membantu organisasi merencanakan perubahan
dan meningkatkan proses.
 solusi yang diimplementasikan memang berhasil dan membantu menentukan dampak pada
upaya pengurangan risiko.
 Gunakan proses atau fungsi independen untuk menganalisis efek samping.
Tempatkan penekanan pada penggunaan pendekatan multidisiplin untuk membantu
menghindari jebakan yang dikenal sebagai bias pandangan ke belakang
Budaya Keselamatan Pasien
 Budaya keselamatan pasien merupakan produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku
individu dan kelompok yang menentukan komitmen, gaya dan kemampuan suatu organisasi
pelayanan kesehatan terhadap program keselamatan pasien.
 Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) (2017), budaya keselamatan di
rumah sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif karena staf klinis memperlakukan satu
sama lain secara hormat dengan melibatkan serta memberdayakan pasien dan keluarga.
Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerjasama dalam tim yang efektif dan
mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
a. Dimensi Budaya Keterbukaan (open culture)
1.Persepsi staf mengenai keselamatan pasien
2. Keterbukaan komunikasi
3. Kerjasama tim dalam unit
4. Kerjasama tim antar unit
Budaya keterbukaan
Budaya keserbukaan ini dicirikan dengan adanya persepsi staf mengenai keselamatan pasien,
keterbukaan komunikasi, kerjasama tim dalam unit, serta kerjasama tim antar unit.
1) Persepsi staf mengenai keselamatan pasien
 Persepsi mengenai keseluruhan dalam keselamatan pasien berarti proses pengamatan
seseorang yang berasal dari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
proses belajar, wawasan dan pengetahuan dari komponenkomponen dalam keselamatan
pasien.
Komponen-komponen dalam keselamatan pasien diantaranya mencakup analisis risiko,
pelaporan insiden dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden serta umpan balik dari
insiden
Keterbukaan komunikasi Komunikasi merupakan mekanisme dasar yang membangun
kehidupan sebuah tim untuk berfungsi dengan baik. Peningkatan kualitas transformasi
informasi dapat menurunkan kesalahan yang terjadi akibat komunikasi
Komunikasi terbuka dapat diwujudkan dengan adanya komunikasi efektif yang menyeluruh
terkait keselamatan pasien pada saat serah terima maupun pada saat briefing.
Proses alih informasi ini bukan sekedar penyampaian informasi semata-mata, melainkan
mengandung unsur penyerahan tanggung jawab secara tim agar pasien terhindar dari
kesalahan atau cedera medis.
Keterbukaan komunikasi juga melibatkan pasien dan keluarga. Secara etis, pasien dan keluarga
mempunyai hak untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya, dokter, perawat,
dan rumah sakit baik secara moral maupun legal tidak berhak menutupi/tidak memberikan
informasi kepada pasien.
3) Kerjasama tim dalam unit
 Kerja sama tim adalah suatu kelompok kecil orang dengan keterampilan-keterampilan yang
saling melengkapi yang berkomitmen pada tujuan bersama serta saran-saran kinerja dan
pendekatan yang mereka jadikan sebagai tanggung jawab bersama.
 Kerja sama tim merupakan barier terhadap risiko terjadinya cedera medis. Sebuah teamwork
yang memang dipersiapkan menjadi tim yang efektif yang didalamnya setiap individu bukan
hanya sekedar memiliki keterampilan yang saling melengkapi, tetapi juga saling menghargai,
saling menghormati, saling berbagi, dan saling mendengar (Cahyono, 2008 )
 Menurut AHRQ (2016), kerjasama tim dalam unit dapat diukur dari sikap staf yang saling
mendukung satu sama lain, memperlakukan dengan hormat satu sama lain, dan saling
berkoordinasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
4) Kerjasama tim antar unit
 Kerja sama tim merupakan bagian dari faktor organisasi yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
 Setiap unit di rumah sakit bekerjasama dan melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik
satu sama lain untuk memberikan perawatan terbaik bagi pasien. Selain itu, kerja sama tim
antar unit rumah sakit juga dapat dilihat dari kenyamanan yang dirasakan pada saat bekerja
dengan staf dari unit lain
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien…..
b. Dimensi Budaya Pelaporan (reporting culture)
1. Pelaporan kejadian
2. Perpindahan dan transisi pasien (hand over
c. Dimensi Budaya Keadilan (just cultur)
1.Respon tidak menyalahkan terhadap kesalahan
2. Umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan
3. Staffing

Dimensi Budaya Keselamatan Pasien


d. Dimensi Budaya Belajar (Learning culture)
• 1. Pembelajaran organisasi
• 2. Harapan dan tindakan supervisor yang mendukung keselamatan.
• 3. Dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien.
SISTEM PEMANTAUAN KOREKSI RESIKO DAN BAHAYA
 Terapkan proses atau sistem untuk melaporkan dan melacak tindakan koreksi bahaya
 Tetapkan jadwal untuk menerapkan kontrol bahaya korektif
 Prioritaskan bahaya seperti yang teridentifikasi melalui inspeksi, pelaporan, dan investigasi
kecelakaan
 Mewajibkan karyawan untuk melaporkan bahaya dengan menggunakan proses yang telah
ditetapkan
 Berikan umpan balik cepat tentang status aktivitas koreksi bahaya
 Mendelegasikan tanggung jawab untuk mengoreksi bahaya dan mendokumentasikan
penyelesaian
 Izinkan supervisor dan karyawan berpengalaman untuk melakukan tindakan pengendalian
bahaya
Conclusion
 Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian
potensial cedera.
 pada dasarnya suatu organisasi pelayanan kesehatan akan memiliki budaya keselamatan yang
positif jiga memiliki dimensi budaya keselamatan pasien. Dimensi budaya keselamatan pasien
terdiri dari empat dimensi yaitu budaya keterbukaan (open culture), budaya pelaporan
(reporting culture), budaya keadilan (just culture), dan budaya belajar (learning culture)

IBU YULTI

KAPASITAS KERJA DAN BEBAN KERJA

BEBAN KERJA

• BEBAN FISIK -KEMAMPUAN

• BEBAN MENTAL (FISIK, KOGNITIF)

-KETERBATASAN

Kapasitas Kerja Fisik (KKF/PVC)

• Kemampuan fungsional untuk melakukan suatu tugas yang memerlukan kerja otot untuk suatu
periode waktu tertentu

• Kemampuan Kerja Fisik dipengaruhi oleh:

– Muscle strength – statis & dinamis

– Muscle endurance

– Cardiovascular Endurance

– Joint Flexibility

– Compressive strength of the lumbar spine

Aktifitas tubuh utama

• Menggerakan tubuh atau anggota tubuh: jalan, lari

• Memindahkan/membawa objek

• Mempertahankan sikap tubuh

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KKF

• Umur

• Gender
• Body Weight (ukuran tubuh)

• Status Gizi

• Tingkat kebugaran

• Faktor Lingkungan (suhu ekstrem)

– PWC maksimal pada umur 25 – 35 tahun

– Pada umur 60an turun hingga 50% maks

– PWC perempuan 2/3 laki2

– PWC pada Tingkat kebugaran optimal 2-3X

• Faktor-faktor yg mempengaruhi
KESEHATAN KERJA /PAK

Beban kerja Lingkungan kerja Kapasitas kerja

• Fisik Fisik Ketrampilan

• Kimia Kimia Kesegaran jasmani &


rohani

• Biologi Biologi Status kesehatan/gizi

• Ergonomi Ergonomi usia

• Psikologi Fisik Psikologi Jenis kelamin

• Ukuran tubuH

PENGUKURAN Physical work capacity (PWC)/KKF

• Maksimum Oxygen Consumption

• Kekuatan Otot

• Posisi Kerja

• Waktu istirahat

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEBAN KERJA

1. Faktor Eksternal berasal dari luar pekerja :

– tugas (task)

– organisasi stressor

– lingkungan kerja

2. Faktor Internal (strain)


-akibat stressorstrain

FAKTOR EKSTERNAL

Task

fisik : - stasiun kerja

- kondisi/medan kerja

- sikap kerja

- cara angkat-angkut

- bbn. yg diangkut/angkut

- alat bantu kerja

- sarana informasi (display,

control,alur kerja

FAKTOR EKSTERNAL

task (mental)

- kompleksitas /tingkat

kesulitan  tingkat emosi

- tanggung jawab

2. organisasi kerja

- lama waktu kerja-sitirahat

- shift

- kerja malam

- sistem pengupahan

- sistem kerja

- musik kerja

- model struktur organisasi

- pelimpahan tugas dan wewenang

FAKTOR EKSTERNAL

. lingkungan kerja

- fisik
- kimia

- biologis

- psikologis : seleksi-penempatan, hubungan antar pekerja-pekerja, pekerja-atasan, pekerja-


keluarga, pekerja dg lingkungan sosial

FAKTOR INTERNAL

• STRESSOR STRAIN

DAPAT DIUKUR

SECARA OBYEKTIF SUBYEKTIF

-Perub. Fisiologis -Perub.Psikologis & perilaku

(Harapan, keinginan
kepuasan,dll)

FAKTOR INTERNAL

1. FAKTOR SOMATIS

- sex, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi)

2. FAKTOR PSIKIS

- motivasi - keinginan

- persepsi - kepuasan

- kepercayaan

PENILAIAN BEBAN KERJA FISIK (ASTRAND & RODAHL,1977; RODAHL,1989)

• secara obyektif  langsung

tdk langsung

• secara langsung :

 Mengukur energi yg dileluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen


selama bekerja

 semakin berat beban kerja semakin banyak energi yg dikeluarkan atau dikonsumsi

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENGUKURAN SECARA LANGSUNG

• Kekurangan:

– Hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yg singkat

– Perlu peralatan yg cukup mahal


• Kelebihan :

– Lebih akurat

PENGUKURAN BEBAN KERJA SECARA TIDAK LANGSUNG

• Christensen (1991) & granjean (1993) mengukur:

- Denyut nadi kerja*

- Konsumsi oksigen**

- Kapasitas ventilasi paru*

- Suhu inti tubuh*

Pada batas tertentu :

* berhubungan linier dg **/pekerjaan yg dilakukan

PENGUKURAN BEBAN KERJA SECARA TIDAK LANGSUNG

• Konz (1996):

Denyut jantung merupakan estimator laju metabolisme yg baik kecuali dalam keadaan emosi
dan vasodilatasi

KATEGORI BEBAN KERJA MENURUT METABOLISME, RESPIRASI, SUHU TUBUH DAN DENYUT JANTUNG

CONTOH

Seorang laki-laki dengan berat badan 70 kg, bekerja menggergaji kayu (manual). Ia bekerja dibawah terik
matahari. Termasuk kategori beban kerja yg manakah beban kerja yg ia lakukan?

Jawab:

kebutuhan kalori per jam= 70 x 6,86 = 480,2 kkal/jam  beban kerja berat (>350-500 kkal/jam)

(hanya menggambarkan beban utama)

KEBUTUHAN KALORI SELAMA 24 JAM DITENTUKAN OLEH:

1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal

laki-2 dws = 100 kj (23,87kkal/24j/kg bb)

perempuan = 98 kj (23,39 kkal/24j/kgbb)

2. Kebutuhan kalori untuk kerja

tergantung aktifitas (lihat tabel)

3. Kebutuhan kalori untuk aktifitas lain diluar kerja

 laki-2 dws = 2400 kj (573 kkal/hari


 perempuan= 2000-2400 kj (477-425 kkal/hari)

FAKTOR LAIN YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

• Lingkungan kerja

• Sikap kerja

• Stasiun kerja

• Perlu metode yang lebih baik agar dpt ditentukan keseluruhan beban kerja yg diterima

PENILAIAN BEBAN KERJA BERDASAR DENYUT NADI

• Menentukan Cardiovscular Strain

• Dengan Ecg

• Dengan 10 Pulse Method

• Denyut Nadi = 10 Denyut/Waktu Penghitungan X 60

- Metode 15 Detik Atau 30 Detik

Keuntungan : Mudah, Cepat, Efektif, Tak Perlu Alat Mahal, Hasil Cukup Dapat Dipercaya, Tak
Teralu Mengganggu Proses Kerja, Tdk Invasive, Cukup Peka, Ada Hub Linier Dg Asupan O2 Waktu Kerja

BEBERAPA MACAM DENYUT NADI UNTUK ESTIMASI BEBAN FISIK

1. Denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

2. Denyut nadi kerja: rerata denyut nadi selama kerja

3. Nadi kerja : denyut nadi kerja – denyut nadi istirahat

4. % heart rate reserve (hr reserve) =

d.nadi kerja-d.nadi istirahat x 100

d.nadi maks – d.nadi istirahat

d.nadi maksimum :

laki-2laki = 220 – umur

Perempuan = 200 – umur

Beban cardiovascular = % cvl = % hr reserve

PENILAIAN KELELAHAN BERDASARKAN NILAI


% CVL

< 30 % = tidak terjadi kelelahan

30-< 60 % = diperlukan perbaikan


60-<80 % = kerja dalam waktu singkat

80-<100 % = diperlukan tindakan segera

> 100% = tidak diperbolehkan beraktifitas

FAKTOR-2 YG MEMPENGARUHI DENYUT NADI

1) Nilai absolut denyut nadi saat diperiksa

2) Tingkat kebugaran

3) Pemaparan panas lingkungan

PENILAIAN BEBAN KERJA MENTAL

• Sulit diukur melalui perubahan fungsi tubuh

• Menggunakan : penilaian ketepatan, ketelitian, kecepatan, konstansi kerja (misal : bourdon


wiersma)

• Pekerjaan yg perlu kesiagaan tinggi( vigilance)  ex; air traffic controllers”  waktu reaksi

WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT

• Kerja Dengan Energi > 5,2 Kkal/Menit  Akan Timbul Rasa Lelah

• Masih Ada Cadangan Energi 25 Kkal Sebelum Muncul Asam Laktat Sebagai Tanda Perlu Istirahat

• Cadangan Energi Akan Hilang Jika Kita Bekerja > 5 Kkal/Menit

• Saat Istirahat Cadangan Energi Terbentuk Kembali

DASAR-DASAR
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)
Filosofi
Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan :
- tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani,
- hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera;
* Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan
• Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
• Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan lancar
Masyarakat pekerja
* Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesejahteraan).
* K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
Pengusaha
* Menekankan penghematan beaya produksi dan meningkatkan efisiensi, untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang sebagai beban beaya
operasional tambahan.
Masyarakat pekerja
* Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesejahteraan).
* K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
Pengusaha
* Menekankan penghematan beaya produksi dan meningkatkan efisiensi, untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang sebagai beban beaya
operasional tambahan.
* . Pekerja memiliki kebiasaan mengira2 atau berasumsi
* "Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini sudah
aman kok, pasti tidak akan terjadi masalah“
* Stop nekat
* 2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan
* Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan
kerja yang telah terjadi di perusahaannya.
* “ jangan sok aman”

Masalah yg sering terjadi dalam pelaksanaan K3

* 3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya yang keliru
Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama atau
baru suka menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya
atau menggunakan peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru.
“ stop cari gampang”
5. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja.
“alasan yang melatarbelakangi pekerja enggan menggunakan APD, di antaranya:
1. APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
2. Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
* 3. Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya
menghabiskan waktu dan merepotkan
* 4. Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan celaka
* 5. Lupa kalau harus memakai APD

FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN

PROSES
BAHAN ALAT

LINGKUNGAN

PASAL 3 (1)
Memuat butir syarat K3
harus diimplementasikan disetiap tempat kerja
BERBAGAI BENTUK BAHAYA YANG ADA
HARUS DIKENDALIKAN
dengan merujuk pada
peraturan dan standar teknik yang berlaku

UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah Undang-Undang yang mengatur


tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia

Pertimbangan dalam UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah:


bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional;

PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja adalah aturan pelaksanaan UU 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap
orang yang berada di Tempat Kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019
tentang Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja.

Permenaker No. 5 Tahun 2018 memberikan pedoman baru mengenai nilai ambang batas
(NAB) faktor fisika dan kimia, standar faktor biologi, ergonomi, dan psikologi serta
persyaratan kebersihan dan sanitasi, termasuk kualitas udara dalam ruangan (indoor air
quality) untuk terwujudnya tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman .
Pengertian/difinisi
Kecelakaan kerja :Kejadian yang tidak diduga sebelumnya yang dapat mengakibatkan
gangguan terhadap suatu proses pekerjaan yang telah direncanakan
Kecelakaan kerja :Kejadian yang tidak diduga sebelumnya yang dapat mengakibatkan
gangguan terhadap suatu proses pekerjaan yang telah direncanakan

Klasifikasi kecelakaan
<> Insiden tanpa kerusakan tidak ada yang cidera
<> Insiden diikuti kerusakan tidak ada yang cidera
<> Kecelakaan berakibat luka ringan
<> Kecelakaan berakibat luka berat
<> Kecelakaan Berakibat Cacat tetap
<> Kecelakaan berakibat Kematian
SUMBER BAHAYA
HAZARD :BAHAYA POTENSIAL YANG TELAH ADA
DANGER :PELUANG BAHAYA SUDAH TAMPAK
RISK :PREDIKSI TINGKAT KEPARAHAN BILA TERJADI BAHAYA
INSIDENT :MUNCULNYA KEJADIAN YANG BAHAYA
ACCIDENT :KEJADIAN BAHAYA YANG DISERTAI ADANYA KORBAN DAN/ATAU
KERUGIAN

Kerugian - kerugian berupa :


People : (Luka, Cacat, Meninggal)
Properti : (Kerusakan bangunan & peralatan)
Profit : ( $, Rp)

Sumber kecelakaan
(Kode B)

Mesin produksi
2. Penggerak mula dan pompa
3. Lift
4. Pesawat angkat.
5. Converyor
6. Pesawat angkut
7 Alat transmisi mekanik (rantai,pulley, dll).
8 Perkakas kerja tangan
9. Pesawat uap dan bejana tekan
10. Peralatan listrik
11. Bahan kimia
12. Debu berbahaya
13. Radiasi dan bahan radioaktif
14. Faktor lingkungan
15. Bahan mudah terbakar dan benda panas
16. Binatang
17. Permukaan lantai kerja
18. Lain-lain.
Type Kecelakaan (Kode C)
1Terbentur
2. Terpukul
3. Tertangkap pada, dalam atau diantara benda
4 Jatuh dari ketinggian yang sama.
5. Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
9. Tersentuh aliran listrik.
10. Lain-lain.

Kondisi berbahaya (Kode D)


Pengamanan yang tidak sempurna
2 Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
6. Iklim kerja yang tidak aman
7. Tekanan udara yang tidak aman
8. Getaran yang berbahaya
9. Pakaian, kelengkapan yang tidak aman
10. Kejadian berbahaya lainnya

Tindakan berbahaya (Kode E)


Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono / berkelakar, mengagetkan dan
lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai