Pengertian
• Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual
dengan pasangan yang sudah tertular.
Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin
• Bakteri (Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Gardnerella vaginalis, Hemophilus
ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis)
• Virus (HSV,HPV,HIV, Herpes B virus, Molluscum contagiosum virus )
• Protozoa (Trichomonas vaginalis )
• Jamur (candida albican)
Tanda dan gejala
• IMS yang ditandai dengan keluarnya cairan berwarna putih, kuning atau kehijauan seperti nanah
dari alat kelamin, yaitu : gonore, uretritis atau servitis non spesifik, kandidiasis, bacterial
vaginosis dan trikomoniasis.
• IMS yang ditandai dengan adanya luka/koreng di alat kelamin, yaitu sifilis, ulkus molie,
limpogranuloma venerium, granuloma inguinale dan herpes genitalis.
• IMS yang ditandai dengan adanya tumbuh seperti kutil atau jengger ayam pada alat kelamin,
yaitu moluskus kontangiosum dan kondiloma akuminata.
• Selain tanda-tanda tersebut, IMS yang lebih lanjut sering disertai dengan tanda-tanda benjolan
atau pembengkakan kelenjar pada lipat paha , pembengkakan buah zakar pada laki-laki, serta
nyeri perut bawah pada wanita
Jenis-Jenis IMS
• Gonore
• Infeksi genital non spesifik
• Sifilis
• Herpes genitalis
• Kondiloma akuminata
• HIV/AIDS
Pencegahan IMS
• Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang sehat, pentingnya
menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan monogami, dan mengurangi jumlah
pasangan seksual.
• Mencegah dan mengendalikan IMS pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka
dengan melakukan penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara penggunaan
kondom yang tepat dan konsisten.
• Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini terhadap
IMS.
UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI
Definisi
• Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu
kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan.
• Faktor Penyebab : hamil akibat perkosaan, hamil akibat seks di luar nikah, persoalan ekonomi,
alasan karir/sekolah, kegagalan kontrasepsi.
• Kejadian KTD pada remaja mengalami peningkatan
• Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan
meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun
• survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD
mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5
persen adalah pelajar.
• Ada dua alternatif pilihan yang dilakukan oleh individu yang mengalami KTD yaitu
Mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi)
• Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya
dilakukan oleh para remaja.
Kasus aborsi di NTT
• Bidan DSB ditetapkan sebagai tersangka karena terbukti lakukan aborsi di Kupang (2016)
• SF (19), siswa kelas III salah satu SMA swasta di Kota Kupang melakukan aborsi, ia ditahan
seusai mengikuti UN ,Kamis (2/4/2015) .
• Pembuangan orok bayi laki - laki di wilayah RT 20/RW 08 Kelurahan Maulafa, Kecamatan
Maulafa, Kota Kupang, pada Kamis (18/7/2013) malam, sekitar pukul 20.30 Wita. Yang
dilakukan oleh Ny. FN selaku dukun beranak bersama ayah dan ibu korban yang saat itu
berstatus mahasiswa Universitas PGRI NTT atas nama AM serta DT
• Senin, 09 Desember 2013 Mahasiswa salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) di Kota
Kediri dibekuk polisi. Pasalnya, dia diduga menggugurkan kandungan kekasihnya, Pelaku aborsi
itu berinisial AM warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang indekost di Lingkungan Tirtoudan,
Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri/ketidaknyamanan b.d respon tubuh pada agen tidak efektif
• Risiko tinggi terjadinya komplikasi b.d terjadinya proses infeksi, kerusakan kulit dan/atau
jaringan yang trauma, vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedur invasive
dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, penyakit kronis
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d intake yang tidak adekuat
. Mastitis
Mastitis adalah peradangan yang terjadi pada kelenjar payudara atau mammae. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya mastitis meliputi penyumbatan saluran susu,
daya tahan tubuh ibu yang rendah, berkaitan dengan kelelahan atau stress, tangan yang
tidak bersih, dan keretakan atau keterbelahan putting. Mastitis dapat terjadi saat minggu
ke-2 atau ke-4 postpartum. Bila mastitis tidak teratasi, maka akan terjadi komplikasi abses
payudara.
Penyebab utama maitits adalah statis Asui dan infeksi.statis ASI biasa merupakan
penyebab primer yang dapat disretai atau menyebabkan infeksi.
Stasi Asi terjadi jiak payudara terbendung setelah melahirkan,atau setiap saat jika
bayi tdk mengisap asi, kenyutan bayi yg buruk pada payu darah, pengisapan yang
tidak efektif, pembatasan atau durasi menyusui , sumbatan pada saluran ASI ,
suplai ASI yang sangta berlbhan dan menyusui untk kembar2/ lebh.
Efeksi: Organisme yang paling sering ditemukan pada mastistis dan abses
payudara adalah: Organisme koagualase-positif staphylococcus Aureus dan
staphylococcus Albus. Escherichia coli dan strptococcus kadang2 tdk ada juga
ditemukan.mastistis jrg ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
Manifestasi Klinis:
Bila ibu postpartum mengalami mastitis, maka tanda gejala yang dapat terlihat adalah rasa nyeri
yang di rasakan dipayudara setempat, suhu sedikit meningkat, dan pemeriksaan darah yang
menunjukkan kearah peradangan. Jika terjadi abses, maka nyeri terasa hebat dipayudara kulit, di
atas abses mengkilat, dan peningkatan suhu yang signifikan (39-400C) dan bayi yang tidak mau
menyusui pada payudara yang sakit, seolah-olah bayi mengetahui bahwa susu sisi ini bercampur
darah
Penatalaksanaan
• Memberikan penyangga pada payudara dengan kain segitiga supaya tidak menggantung
dan nyeri.
• Pemberian antibiotic
• Melakukan biopsy dan insisi umumnya pada abses
• Pemberian ASI, dianjurkan pemberian asi kontinu
• Uji laboratorium, infeksi mastitis biasanya diindikasikan oleh peningkatan jumlah leukosit
dan jumlah bakteri
Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
• Periksa mammae terhadap area kemerahan, nyeri tekan dan pembengkakan yang
terlokalisir. Pada palpasi, daerah tersebut mungkin sangat keras dan teraba panas, dan
gumpalan mungkin terasa seperti sebuah batu yang keras.
• Inspeksi putting bila terdapat keretakan karena ini, merupakan jalan masuk terhadap
infeksi. Waspada terhadap putting yang meradang dan terasa sangat sakit. Abses pada
mammae tampak berupa inflamasi local yang nyeri, teraba keras di bawah permukaan
kulit.
• Kaji keadaan umum ibu: sakit kepala, nyeri otot, frekuensi nadi yang cepat, suhu
meningkat
• Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu
Asuhan Keperawatan:
Pengkajian:
• Kaji Riwayat untuk factor-factor presipitasi saat menyusui, seperti ketidakefektifan
pengosongan mamae, pembengkakan, kompresi mammae yang berasal dari pakaian atau
BH yang ketat, atau perubahan yang mendadak dalam pola menyusui seperti bayi tidur
sepanjang malam.
• Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh kemerahan pada
membrane mulut, yang berindikasi infeksi akibat candida albicans, atau infeksi sariawan
pada mulut.
Diagnosa Keperawatan:
• Nyeri/ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi pada payudara
• Menyusui tidak efektif berhubungan dengan bayi yang tidak mau menyusui
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan ibu untuk menyusui
• Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya
informasi
. Tromboemboli
Tromboflebitis adalah kondisi terbentuknya bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau
trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian (Doengoes, 2000), komplikasi ini tampak
pada hari ke-3 atau ke-4 postpartum.
Tromboflebitis digolongkan menjadi dua, yaitu:
• Tromboflebitis ringan/suprficial
• Tromboflebitis berat/tromboflebitis vena profunda (TVP)
Etiologi:
Umumnya etiologi thrombus disebabkan oleh tiga hal yang dikenal dengan trias viscow, yaitu:
1. Perubahan susunan darah (hiperkoagulasi)
2. Perubahan laju peredaran darah (statis vena)
3 .Perlakuan interna pembuluh darah (terjadi pada prosedur pembedahan
Manifestasi Klinis:
• Area local yang panas dan kemerahan
• Nyeri betis ringan
• Vena yang tampak dan dapat dipalpasi
• Suhu tubuh yang normal, atau tingkat demam rendah
• Trombosis Vena Profunda (TVP) dapat terlihat pada ibu dengan Riwayat thrombosis,
dengan keluhan nyeri kaki yang berat (nyeri bisa memburuk bila kaki berada pada posisi
bergantung dan jika diberikan penekanan di daerah betis), edema dan kepucatan pada
area kaki yang terkena, terjadi kenaikan suhu, peningkatan frekuensi nadi, menggigil
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan untuk tromoembolisme ringan adalah:
Istirahat bertirah baring dengan posisi kaki lebih tinggi
Pemberian antibiotic
Terapi panas-lembab dilakukan agar terjadi drainase dan mengurangi statis vena
Gunakan stoking elastic setelah inflamasi akut berkurang
Lakukan pemeriksaan penunjang seperti Hb/Ht, masa prothrombin, masa tromboplastin
dan AST (SGOT)
Penatalaksanaan untuk tromboembolisme berat adalah:
Pemberian terapi antikoagulan untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi
bahaya emboli. Terapi dimulai dengan heparin melalui infus IV yang berkelanjutan
Pengkajian:
• Kaji tanda-tanda vital, khususnya suhu setiap 4 jam
• Kaji peningkatan dalam ukuran, warna, kehangatan, nadi perifer pada area betis, paha,
dan lipatan paha
• Kaji Riwayat duduk lama, imobilitas dengan tirah baring, anestesi akibat pembatasan
aktivitas
• Keluhan nyeri: nyeri tekan pada daerah yang sakit
• Palpasi area betis, paha dan lipatan paha untuk thrombosis yang teraba, menonjol dan
berlekuk
Diagnosa Keperawatan:
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi jaringan vena
• Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi spasme vascular
• Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurannya informasi
.4.Depresi Post partum
Komplikasi depresi post partum yaitu keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan
sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah melahirkan. Penyimpangan ini
diklasifikasikan menjadi:
a. Post partum blues
b. Severe Post partum depression
c. Women with borderline personalities
d. Post partum psychosis
Etiologi:
Penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan merupakan
kombinasi dari aspek biologis, psikososial dan stress situasional (Mitayani, 2009 (Beck 1999)).
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan resiko depresi postpartum adalah :
1. Fluktuasi hormone seiring dengan kelahiran
2. Latar belakang depresi, gangguan mental
3. Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat
4. Kemarahan terhadap kehamilan
5. Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga
6. Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial dan melahirkan bayi cacat
7. Kehamilan yang tidak diinginkan
Manifestasi Klinis:
1. Postpartum blues: depresi ringan, menangis, perasaan kehilangan, kelelahan konsentrasi
menurun
2. Severe post partum depression: ansietas, fobia, ketakutan akan membahayakan bayi,
insomnia, mudah tersinggung, perasaan bersalah dan apatis
3. Women with borderline depression personalities : bisa berfluktuasi dari depresi ke psikotik
4. Postpartum psychosis : delusi, halusinasi, disorientasi, serta rasa marah terhadap diri
sendiri dan bayi
Penatalaksanaan:
Terapi terbaik dalam keadaan penyimpangan psikologi pada ibu postpartum adalah menggunakan
kombinasi psikoterapi, dukungan social dan medikasi.
Pengkajian:
• Kaji adanya Riwayat gangguan afektif dan depresi dalam keluarga
• Kaji status social ekonomi yang rendah
• Kaji Riwayat hubungan pernikahan ibu dengan pasangannya
• Kaji adanya ambivalen atau pemikiran negative tentang peran sebagai orang tua
• Kaji Riwayat child abuse, kekecewaan pada diri sendiri, perasaan tidak mampu menjadi
seorang ibu
• Kaji perilaku dan perhatian ibu terhadap kehadiran bayi
• Kaji terhadap munculnya insomnia
• Observasi perilaku menangis, kesedihan, dan kecemasan
Diagnosa Keperawatan:
• Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, system pendukung
yang tidak adekuat
• Gangguan interaksi social berhubungan dengan depresi berat
• Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan depresi mental
• Risiko mencederai diri sendiri dan bayi berhubungan dengan perasaan yang tidak adekuat,
delusi, dan halusinasi
• Perubahan proses keluarga berhubungan dnegna depresi maternal
• Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, system pendukung
yang tidak adekuat
• Gangguan interaksi social berhubungan dengan depresi berat
• Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan depresi mental
• Risiko mencederai diri sendiri dan bayi berhubungan dengan perasaan yang tidak adekuat,
delusi, dan halusinasi
• Perubahan proses keluarga berhubungan dnegna depresi maternal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN AWAL
Outline
Kehamilan ektopik
Mola hidatidosa
Hiperemesis Gravidarum
Abortus
1. KEHAMILAN EKTOPIK
• Kehamilan Ektopik:
Keadaan dimana ovum telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
• Kehamilan Ektopik Terganggu:
Kehamilan ektopik yang telah menyebabkan gangguan abortus, rupture
Ini ada gmbar……
Insidensi:
• Tuba Falopi (93-95%)
• Fimbrae (5%)
• Interstitial (2-3%)
• Abdominal (1-2%)
• Ovarium (1%)
• Servical (0.5%)
(Cuningham. FG,dkk.,2005)
Faktor Risiko
• Riwayat Kehamilan Ektopik
• Bedah Korektif tuba
• Sterilisasi tuba
• AKDR
• Patologi tuba
• Riwayat Infeksi genitalia (Klamidia, Salpingitis)
• Merokok
• Riwayat abortus
Riwayat bedah caecar
Manifestasi Klinis
Laboratorium
1. Hb dan ht
2. Hitung leukosit
3. Test kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Usg
Pengukuran seru B-hcg
Kuldosentesis
Laparoskopi diagnostik
Laparotomi diagnostik
Diagnosis diferensial
Infeksi pelvis
Abortus iminens /abortus inkomplit
Tumor /kista ovarium
Appendisitis
Penatalaksanaan:
Penatalaksananaan kehamilan ektopik tergantung pada lokasi kehamilan dan tampilan klinis
Penderitaan yang disangaka ket harus dirawat inap dirumah sakit bila keadaan syok perbaiki
keadaan umum.
A. Penatalaksanaan medis
Menggunakan zat yang merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi
o Methotrexate
o Larutan glukosa hiperosmolar
o Actinomycin
B. Penatalaksanaan bedah
Salpingostomi
Salpingotomi
Salpingektomo
Evakuasi fimbrae dan fimbraektomo
Diagnosa Keperawatan
2. MOLA HIDATIDOSA
Dikenal dengan Kehamilan Molar /Hamil anggur
Adalah pertumbuhan proliferasi trofoblas plasenta jinak, dimana villi korionik
berkembang menjadi edematous, kistik, vesikel transparan avascular yang menggantung
secara berkelompok seperti anggur
• Pemeriksaan βHCg
• USG : Menunjukan gambaran khas, badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb)
Diagnosa Keperawatan
3. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Mual muntah berlebih saat hamil penurunan BB, dehidrasi, alkalosis, dan hypokalemia yang
biasanya terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu
Penyebab
Penyebab hyperemesis gravidarum tidak diketahui secara pasti, namun berkaitan dengan:
Faktor risiko
Riwatat hamil dgn HG
Kehamilan ganda
BB berlebih
BB berlebih
BB berlebih
Gejala Umum H. G
Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
Muntah setelah makan atau minum
Kehilangan BB >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, (rata2 kehilangan BB 10%)
Dehidrasi
Penurunan jumlah urin
Sakit kepala
Bingung
Pingsan
Jaundise
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Tingkat 1
• Muntah terus menerus
• Timbul intoleransi pada makanan dan minuman
• BB menurun
• Muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan kadang sedikit
mengeluarkan darah
• Nadi meningkat sampai 100x/mnt
• Mata cekung lidah kering
• Turgor menurun
• Urin sedikit tetpi masih normal
Tingkat 2
• Gejala lebih berat
• Segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan
• Haus hebat
• Sub febril, nadi cepat >100-140x/mnt
• TD sistolik <80 mmHg
• Apatis, kulit pucat, lidah kotor
• Bilirubin dalam urin
• BB cepat menurun
• Aseton ada
Tingkat 3
• Sangat jarang terjadi
• Gangguan kesadaran (delirium-koma)
• Muntah berkurang atau berhenti
• Dapat terjadi icterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin
Penatalaksanaan Medis
• Merehidrasi ibu memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
• Obat-obatan sedative : Phenobarbital
• Vitamin : Vit C, B1 dan B6 atau B kompleks
• Antihistamin : dramamin, avomin
• Anti emetic (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine
• Cairan parenteral: cairan cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2-3liter/hari), dapat ditambah kalium untuk metabolism dan vitamin, bila
kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara IV. Bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan KU membaik dapat diberukan minuman dan makanan tidak cair
Pemeriksaan Penunjang
• Dipstick urin : ketonuria
• Lab darah:
Darah lengkap
GDS
Elektrolit
AGD Alkalosis
Enzym hati (ALT dan AST)
Serum creatinine dan serum ureum
• USG
Diagnosa Keperawatan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd mual dan muntah berlebih
• Defisit volume cairan bd kehilangan cairan berlebih
• Koping tidak efektif bd perubahan psikologi kehamilan
• Intoleransi aktifitas bd kelemahan
• Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
4. Abortus
Definisi :
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
sebelum pada usia kehamilan < 20-24 minggu dan atau Berat < 500gr
Patofisiologi :
• Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis + nekrosis jaringan sekitarnya
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya (benda asing dalam uterus) uterus
berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Manajemen
• Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dahulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah
• Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase
• Berikan obat-obatan uterotonika seperti metilmergometrin maleat 3x1 tablet perhari selama 5 hari
dan antibiotika. Harus selalu dilakukan observasi perdarahan setelah dilakukan kuretase
• Berikan antibiotic k/p
PERTEMUAN II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN LANJUT
Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110mmHg diastolic pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit mengunakan lengan yang sama
Trombositopenia: trombosit <100.000/microliter
Gangguan ginjal: Kreatinin serum>1.1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum
pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di
daerah epigastric/regio kanan atas abdomen
Edema paru
Didapatkan gejala neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta: oligohidramnion,
Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan Absent of reversed end Diastolic Velocity
(ARDV)
Management Ekspektatif Preeklamsia Tanpa Gejala Berat
Rekomendasi:
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklamsia tanpa gejala berat dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal dan janin lebih ketat
Level evidence II, Rekomendasi C
1. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklamsia tanpa gejala berat
2. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
Evaluasi gejala maternal dan Gerakan janin setiap hari oleh pasien
Evaluasi tekanan darah 2 kali seminggu secara poliklinis
Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Level Evidence II Rekomendasi C
Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam seminggu)
Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler
velocimetry terhadap arteri umbilical direkomendasikan
2 SOLUTIO PLASENTA
Pengertian
• Solutio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan berusia diatas 28 minggu (Mansjoer,2001)
• Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
janin lahir, dengan masa kehamilan 22-28 minggu atau BB janin diatas 500 gram
• Solutio plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus/korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III
(Achadiat, 2003).
ETIOLOGI
Sebab primer solutio plasenta belum jelas, tetapi diduga dapat disebabkan oleh:
• Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi menahun, preeklamsia, eklamsia)
• Multiparitas, umur ibu yang tua
• Tali pusat pendek
• Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke 2)
• Tekanan pada vena cava inferior
• Defisiensi gizi, defisiensi asam folat
• Trauma
Patofisiologi
Terjadinya solutio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada myometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang meyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh darah arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan
plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah
tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervagina berwarna kehitaman
yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang
perdarahan pervagina yang banyak, syok, dan kematian janin intra uterin.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukan tanda syok
Manifestasi Klinis
3. Pemeriksaan Obstetri
• Nyeri tekan uterus dan tegang
• Bagian-bagian janin yang sukar dinilai
• DJJ sulit didengar/tidak ada
• Air ketuban berwarna merah karena bercampur darah
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan lab darah: Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu prothrombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma
• Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin
• USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin
Komplikasi
Penatalaksanaan
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas oprasi
2. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
3. Pasang infus cairan NaCl fisiologi. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral.
4. Pantau TD dan nadi tiap 15 menitdeteksi hipotensi/syok akibat perdarahan. Pantau DJJ dan
pergerakan janin
5. Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfuse darah, bila tidak teratasi,
upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan keadaan janin.
6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan
pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama, bila renjatan tidak dapat diatasi upayakan
tindakan penyelamatan optimal
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah :plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim bisa mendekati
atau bahkan bisa menutupi Sebagian ataupun seluruh dari ostium uteri internum ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa factor yang meningkatkan risiko terjadinya
plasenta previa, antara lain:
• Multiparitas dan umur lanjut >35 tahun
• Defek vascularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atroik dan inflamatorik
• Cacat atau jaringan parut pada endometrium akibat bekas pembedahan (SC, curettage, dll)
• Chorion leave persisten
• Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium blm siap menerima hasil konsepsi
• Konsepsi dan nidasi lambat
• Placenta besar pada kehamilan ganda/gemelli
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang paling khas dari placenta previa adalah perdarahan pervaginam tanpa disertai rasa
nyeri, warna darah merah segar, dan jumlahnya tidak banyak. Tanda lainnya:
• perdarahan tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang
• Darah biasanya berwarna merah segar
• Terjadi saat tidur atau melakukan aktivitas
• Bagian terendah janin tinggi
• Perdarahan biasanya berulang
Komplikasi:
• Placenta abruptio
• Perdarahan
• Placenta akreta, placenta inkreta, dan placenta perkreta
• Prematur atau kelahiran bayi kurang bulan (<37 minggu)
• Kecacatan pada bayi
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut b.d agen cidera biologis/fisiologi
• Ansietas b.d krisis situasional
• Berduka b.d kehilangan/kematian janin
• Risiko hypovolemia b.d perdarahn pervaginam
• Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif/perdarahan
• Gangguan ibu dan janin b.d penurunan suplai oksigen uteroplasenta
Ibu yulti
Penyulit/Komplikasi Pada Persalinan
1. Kala I
Cepalo pelvic Disproportion (CPD) Rupture Uterus
Persalinan lama/Macet
2. Kala II
Distosia Bahu
Asfiksia Neonatorum
3. Kala III
Komplikasi kala III
4. Kala IV
Syok hemoragik
Hal yg mempengaruhi persalinan
Passage
Passanger
Power
. Cephalopelvic disproportion (CPD) Suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran
kepala janin dengan panggul ibu, sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.
Bentuk Panggul
• Ginekoid
• Android
• Antropoid
• Platipeloid
Penyebab
• Fetal macrosomia
• Fetal position
• Problems with the pelvis
• Problems with the genital tract
Tanda dan Gejala:
• Palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
• Pada primipara perut tampak menggantung
• Pada multipara persalinan yang sebelumnya sulit
• Ada kelainan letak pada hamil tua
• Terdapat kelainan bentuk badan ibu (sangat pendek, scoliosis, pincang, dll)
• Persalinan lebih lama dari biasa: dilatasi serviks lambat walaupun kontraksi uterus baik
Pemeriksaan Fisik:
• Pemeriksaan antenatal atau melalui pemeriksaan panggul saat inpartu.
• Gold standard CPD didapatkan pada saat fase aktif persalinan.
• Pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal : USG, MRI
• Pelvimetri X-ray: menentukan diameter pelvis dan diameter kepala janin membantu
untuk memutuskan metode persalinan yang tepat
Hasil pemeriksaan mengarah ke CPD, evaluasi:
• Ukuran dan bentuk panggul
• Presentasi dan posisi janin
• Aktivitas janin
• Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
• Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
• Dilatasi dan pendataran serviks
• Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
• Ukuran dan bentuk panggul
• Presentasi dan posisi janin
• Aktivitas janin
• Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
• Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
• Dilatasi dan pendataran serviks
• Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
DISTOSIA BAHU:
• Adalah sulit lahirnya bahu bayi
• Pada umumnya disebabkan oleh deformitas panggul atau ukuran ekstrim tubuh bayi yang
menyebabkan kegagalan bahu untuk melipat mengikuti sumbu panggul
Penyulit/Komplikasi Persalinan 2
Asfiksia Neonatorum
1. Negara maju : 3-5 bayi/1000 kelahiran hidup
2. 1 dari 3 penyebab mortalitas neonatus di dunia
3 . 27% penyebab kematian neonatus di Indonesia
• WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir
. National Neonatology Forum of India
Asfiksia merupakan keadaan yang ditandai dengan megap-megap, dan pernapasan tidak
efektif atau kurangnya usaha napas pada menit pertama setelah kelahiran
• American college of obstetric and gynaecology (ACOG) dan American Academy of (AAP
Asfiksia merupakan kondisi terganggunya pertukaran gas darah yang menyebabkan
hipoksemia progresif dan hiperkapnia dengan asidosis metabolic signifikan
• Standar Pelayanan Medis Ilmu kesehatan Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI,
2004)
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan
asidosis
ETIOLOGI:
A. Faktor Ibu
Preeklampsi dan eklampsi
Perdarahan abnormal
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat
Kehamilan lewat waktu (setelah 42 minggu)
B. Faktor Bayi
Bayi premature (sebelum 37 minggu)
Persalinan dengan tindakan
Kelainan bawaan
Air ketuban bercampur mekonium
C. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolap tali pusat
Tugas Kelompok: Penyulit/Komplikasi Persalinan:
• Distosia
• Persalinan macet
• Perdarahan post partum
• Atonia Uteri
• Retensio Plasenta
• Emboli Air Ketuban
• Robekan Jalan Lahir
Gangguan dalam
kala.III dan kala IV:
. PERDARAHAN POST PARTUM
• Secara Normal :
- Lepasnya plasenta menimbulkan perdarahan (oleh karena robeknya sinus marginalis
di tempat insersi plasenta dengan dinding uterus).
- Biasanya perdarahan yang timbul tidak banyak oleh karena kontraksi dan retraksi
otot-otot uterus menekan pembuluh darah yang terbuka
Perdarahan Post partum:
• Definisi : perdarahan > 500 cc pd partus pervaginam, atau > 1000 cc pada partus
perabdominam
• Klassifikasi :
1. PPP dini ( PPP Primer) terjadi 24 jam pertama postpartum.
2.PPP lambat (PPP Sekunder) terjadi stlh 24 jam post partum.
Gej.klinis/diagnosis :
• .Terjadi perdarahan akut/kronis
Perdarahan > 20 % volume darah : TD ↓, Nadi meningkat, Nafas sesak syok
Perdarahan + plasenta belum lahir retensi plasenta
Perdarahan + plasenta telah lahir dibedakan atoni atau laserasi jalan lahir
* atoni : uterus lembek, fundus uteri naik, jika darah tidak keluar
* laserasi jalan lahir : uterus berkontraksi baik.
Untuk menentukan diagnosa dgn cepat inspekulo jalan lahir, dan eksplorasi kavum
uteri.
Prognosis : wanita dgn PPP sebaiknya tidak meninggal,bila perlu dapat dilakukan
histerektomi
• Komplikasi :
• 1. Syndroma sheehan akibat insufisiensi hipofise kegagalan laktasi, amenorea, atrofi
payudara, rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi, dan
insuffisiensi kortek adrenal.
• 2. Diabetes insipidus, tanpa diserta insuff hipofise anterior.
• 3. Kematian maternal,infeksi puerperal.
Penanganan
1. Pencegahan pada antepartum pengobatan anaemia, periksa kadar
fibrinogen.,pembekuan darah.
Persalinan di RS utk profilaksis, pasien dgn faktor predisposisi Atonia uteri spt :
• - riw. Perdarahan post partum
• - grandemultigravida
• -partus lewat waktu.
• - bekas SC.
• - SC, EF, EV.
• - Over distensi gemelli, hidramnion, anak besar, mioma.
• - Partus lama
• - setelah anaesthesi.
. Dalam Kala III:
• 1. Masase Uterus
• 2. Uterotonika (oksitosin 10 iu im, ergometrin 0,2 mg im)
• Jika plasenta belum lahir segera lahirkan
• Jika plasenta telah lahir atonia atau laserasi
* atoni message uterus, ergometrin 0,2 mg iv
kompresi bimanual uterus atau perasat “Dickinson”
tamponade utero vaginal (diangkat 24 jam kemudian) ligasi
a.hipogastrika dekstra, sinistra histerekatomi.
3. Laserasi jalan lahir repair.
4. Hipofibrinogenemia transfusi darah segar, pemberian fibrinogen .
5. Perdarahan karena sisa plasenta kuretase hr ke V, setelah pemberian injeksi
methergin 3 hari.
K33 PAK ENGKI
Managemen resiko k3
• Pengertian managemen resiko K3
• Tujuan dan manfaat managemen resiko K3
• Proses managemen resiko K3
resiko
• Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di dalam suatu situasi.
• Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti atau kerugian finansial akibat bahaya yang
terjadi.
• Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar
yang diharapkan.
• risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Klasifikasi resiko
• Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome), yaitu kerugian.
• Risiko terhadap benda dan manusia menimpa benda, seperti rumah terbakar, sedangkan risiko
terhadap manusia seperti, cidera kematian.
• Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh bencana alam,
peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya
dapat diasuransikan.
Penanganan resiko
SMART
Spesifik---------------- Sasaran yang harus jelas 5W+1H
Measurable ---------------- diukur , indicator,evaluasi capaian
Attainable------------------------ dicapai melalui usaha-usaha dan sesuai kemampuan
Realistic--------------------------- Target yang tidak terlalu tinggi dalam waktu yang sangat singkat
Timebound--------------------------- menetapkan batas waktu dalam mencapai sasaran
Terpajan radiasi
Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Cidera fatal (fatality)
Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Rate cedera
Incident rate Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap seratus
orang karyawan yang dipekerjakan.
Frekwensi rate Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta jam kerja
Loss Time Injury Frekwensi Rate Jumlah cidera atau sakit akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta
jam kerja
Severity Rate Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif yang hilang
dibagi satu juta jam kerja
Total Recordable Injury Frekwensi Rate Jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI,
LTI & Cidera yang tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerjA
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja.
Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja
yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan
bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan,
proses, sifat pekerjaan
Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan sehingga
tidak bisa bekerja dengan sempurna
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang
ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut
Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut
Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruh
Pencegahan Tersier
PAK JOHAN
Adverse Event
Adverse Event
Adverse even/Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) cedera yang disebabkan oleh manajemen
medis BUKAN karena penyakit atau kondisi pasien.
Kesalahan medis terjadi dari rangkaian masalah terkait system yang kompleks dan bukan dari
satu individu.
Institut of Medicine mendefenisikan kesalahan dalam dua cara:
1. an “error of execution” (kesalahan pelaksanaan) mengacu pada tindakan yang benar namun
tidak berjalan sebagaimana dimaksud.
2. an “error of planning”(kesalahan perencanaan) terjadi ketika tindakan yang dimaksudkan tidak
dilakukan dengan benar.
National Patient Safety Foundation (NPSF) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai
pencegahan dan eliminasi atau mitigasi cedera pasien akibat kesalahan.
Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) mendefinisikan kesalahan medis sebagai
tindakan
commision (melakukan hal yang salah),
Omission/kelalaian (tidak melakukan hal yang benar),
execution (melakukan hal yang benar dengan cara yang tidak tepat).
IBU YULTI
BEBAN KERJA
-KETERBATASAN
• Kemampuan fungsional untuk melakukan suatu tugas yang memerlukan kerja otot untuk suatu
periode waktu tertentu
– Muscle endurance
– Cardiovascular Endurance
– Joint Flexibility
• Memindahkan/membawa objek
• Umur
• Gender
• Body Weight (ukuran tubuh)
• Status Gizi
• Tingkat kebugaran
• Faktor-faktor yg mempengaruhi
KESEHATAN KERJA /PAK
• Ukuran tubuH
• Kekuatan Otot
• Posisi Kerja
• Waktu istirahat
– tugas (task)
– organisasi stressor
– lingkungan kerja
FAKTOR EKSTERNAL
Task
- kondisi/medan kerja
- sikap kerja
- cara angkat-angkut
- bbn. yg diangkut/angkut
control,alur kerja
FAKTOR EKSTERNAL
task (mental)
- kompleksitas /tingkat
- tanggung jawab
2. organisasi kerja
- shift
- kerja malam
- sistem pengupahan
- sistem kerja
- musik kerja
FAKTOR EKSTERNAL
. lingkungan kerja
- fisik
- kimia
- biologis
FAKTOR INTERNAL
• STRESSOR STRAIN
DAPAT DIUKUR
(Harapan, keinginan
kepuasan,dll)
FAKTOR INTERNAL
1. FAKTOR SOMATIS
2. FAKTOR PSIKIS
- motivasi - keinginan
- persepsi - kepuasan
- kepercayaan
tdk langsung
• secara langsung :
semakin berat beban kerja semakin banyak energi yg dikeluarkan atau dikonsumsi
• Kekurangan:
– Lebih akurat
- Konsumsi oksigen**
• Konz (1996):
Denyut jantung merupakan estimator laju metabolisme yg baik kecuali dalam keadaan emosi
dan vasodilatasi
KATEGORI BEBAN KERJA MENURUT METABOLISME, RESPIRASI, SUHU TUBUH DAN DENYUT JANTUNG
CONTOH
Seorang laki-laki dengan berat badan 70 kg, bekerja menggergaji kayu (manual). Ia bekerja dibawah terik
matahari. Termasuk kategori beban kerja yg manakah beban kerja yg ia lakukan?
Jawab:
kebutuhan kalori per jam= 70 x 6,86 = 480,2 kkal/jam beban kerja berat (>350-500 kkal/jam)
• Lingkungan kerja
• Sikap kerja
• Stasiun kerja
• Perlu metode yang lebih baik agar dpt ditentukan keseluruhan beban kerja yg diterima
• Dengan Ecg
Keuntungan : Mudah, Cepat, Efektif, Tak Perlu Alat Mahal, Hasil Cukup Dapat Dipercaya, Tak
Teralu Mengganggu Proses Kerja, Tdk Invasive, Cukup Peka, Ada Hub Linier Dg Asupan O2 Waktu Kerja
d.nadi maksimum :
2) Tingkat kebugaran
• Pekerjaan yg perlu kesiagaan tinggi( vigilance) ex; air traffic controllers” waktu reaksi
• Kerja Dengan Energi > 5,2 Kkal/Menit Akan Timbul Rasa Lelah
• Masih Ada Cadangan Energi 25 Kkal Sebelum Muncul Asam Laktat Sebagai Tanda Perlu Istirahat
DASAR-DASAR
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3)
Filosofi
Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan :
- tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani,
- hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera;
* Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan
• Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
• Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan lancar
Masyarakat pekerja
* Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesejahteraan).
* K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
Pengusaha
* Menekankan penghematan beaya produksi dan meningkatkan efisiensi, untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang sebagai beban beaya
operasional tambahan.
Masyarakat pekerja
* Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesejahteraan).
* K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
Pengusaha
* Menekankan penghematan beaya produksi dan meningkatkan efisiensi, untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang sebagai beban beaya
operasional tambahan.
* . Pekerja memiliki kebiasaan mengira2 atau berasumsi
* "Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini sudah
aman kok, pasti tidak akan terjadi masalah“
* Stop nekat
* 2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan
* Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan
kerja yang telah terjadi di perusahaannya.
* “ jangan sok aman”
* 3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya yang keliru
Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama atau
baru suka menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya
atau menggunakan peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru.
“ stop cari gampang”
5. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja.
“alasan yang melatarbelakangi pekerja enggan menggunakan APD, di antaranya:
1. APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
2. Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
* 3. Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya
menghabiskan waktu dan merepotkan
* 4. Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan celaka
* 5. Lupa kalau harus memakai APD
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA
TENAGA
KERJA
KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES
BAHAN ALAT
LINGKUNGAN
PASAL 3 (1)
Memuat butir syarat K3
harus diimplementasikan disetiap tempat kerja
BERBAGAI BENTUK BAHAYA YANG ADA
HARUS DIKENDALIKAN
dengan merujuk pada
peraturan dan standar teknik yang berlaku
PP 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja adalah aturan pelaksanaan UU 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap
orang yang berada di Tempat Kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan
Permenaker No. 5 Tahun 2018 memberikan pedoman baru mengenai nilai ambang batas
(NAB) faktor fisika dan kimia, standar faktor biologi, ergonomi, dan psikologi serta
persyaratan kebersihan dan sanitasi, termasuk kualitas udara dalam ruangan (indoor air
quality) untuk terwujudnya tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman .
Pengertian/difinisi
Kecelakaan kerja :Kejadian yang tidak diduga sebelumnya yang dapat mengakibatkan
gangguan terhadap suatu proses pekerjaan yang telah direncanakan
Kecelakaan kerja :Kejadian yang tidak diduga sebelumnya yang dapat mengakibatkan
gangguan terhadap suatu proses pekerjaan yang telah direncanakan
Klasifikasi kecelakaan
<> Insiden tanpa kerusakan tidak ada yang cidera
<> Insiden diikuti kerusakan tidak ada yang cidera
<> Kecelakaan berakibat luka ringan
<> Kecelakaan berakibat luka berat
<> Kecelakaan Berakibat Cacat tetap
<> Kecelakaan berakibat Kematian
SUMBER BAHAYA
HAZARD :BAHAYA POTENSIAL YANG TELAH ADA
DANGER :PELUANG BAHAYA SUDAH TAMPAK
RISK :PREDIKSI TINGKAT KEPARAHAN BILA TERJADI BAHAYA
INSIDENT :MUNCULNYA KEJADIAN YANG BAHAYA
ACCIDENT :KEJADIAN BAHAYA YANG DISERTAI ADANYA KORBAN DAN/ATAU
KERUGIAN
Sumber kecelakaan
(Kode B)
Mesin produksi
2. Penggerak mula dan pompa
3. Lift
4. Pesawat angkat.
5. Converyor
6. Pesawat angkut
7 Alat transmisi mekanik (rantai,pulley, dll).
8 Perkakas kerja tangan
9. Pesawat uap dan bejana tekan
10. Peralatan listrik
11. Bahan kimia
12. Debu berbahaya
13. Radiasi dan bahan radioaktif
14. Faktor lingkungan
15. Bahan mudah terbakar dan benda panas
16. Binatang
17. Permukaan lantai kerja
18. Lain-lain.
Type Kecelakaan (Kode C)
1Terbentur
2. Terpukul
3. Tertangkap pada, dalam atau diantara benda
4 Jatuh dari ketinggian yang sama.
5. Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
9. Tersentuh aliran listrik.
10. Lain-lain.