Anda di halaman 1dari 108

PENGANTAR ILMU KELAUTAN

DAN PERIKANAN

Dewa Ayu Angga Pebriani, S. Pi., M.P.

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
DEFINISI PLANKTON
 Plankton adalah organisme (jasad)
perairan yang berukuran mikro (kecil)
yang memiliki kemampuan gerak yang
sangat lemah bahkan tidak dapat bergerak
sama sekali sehingga hidup melayang-
layang dalam kolom air dan terombang
ambing oleh gerakan gelombang dan arus
air.
KELOMPOK PLANKTON
Cara memperoleh Fitoplankton
makanan Zooplankton
Holoplankton
Siklus Hidup
Meroplankton
Tikoplankton
Plankton oseanik
Sebaran horizontal
PLANKTON Plankton neritik
Plankton epipelagik
Sebaran vertikal/ Plankton mesopelagik
Kedalaman air
Plankton hipopelagik
Megaplankton
Makroplankton
Mesoplankton
Ukuran
Mikroplankton
Nanoplankton
Pikoplankton
Femtoplankton
PLANKTON BERDASARKAN CARA
MEMPEROLEH MAKANAN
FITOPLANKTON ZOOPLANKTON

Kelompok plankton yang berasal


Kelompok plankton yang berasal dari golongan hewan, yaitu dari
dari golongan tumbuhan yaitu dari kelompok Crustacea, Molusca,
alga mikro. Cnidaria, Protozoa serta segala
larva nekton dan zoobenthos.

Ciri utama: Ciri utama:


Memiliki klorofil sehingga mampu Tidak memiliki klorofil sehingga
melakukan fotosintesis, mampu tidak mampu melakukan
membuat makanan sendiri. fotosintesis, memperoleh
(produsen utama) makanan dari fitoplankton.
(konsumen pertama/konsumen I)
PLANKTON BERDASARKAN
SIKLUS HIDUP
Holoplankton Meroplankton Tikoplankton

Kelompok plankton
“semu”
Kelompok plankton
(Plankton ini
Kelompok plankton “sementara”
sesungguhnya bukan
“sejati” (Sebagian kecil masa
plankton tetapi
(menghabiskan hidupnya dijalani
benthos yang
seluruh masa sebagai plankton)
kebetulan
hidupnya sebagai Larva: plankton
tersuspensi oleh
plankton) Juvenil/dewasa:
pergerakan air yang
nekton/benthos
kuat sehingga
terbawa arus air)
PLANKTON BERDASARKAN
SEBARAN HORIZONTAL
OSEANIK NERITIK

Kelompok plankton yang Kelompok plankton yang


menghuni perairan samudra menghuni perairan neritik
yang memiliki salinitas yang (pantai) dengan salinitas yang
relatif lebih tinggi. relatif rendah yaitu 5-10 ppt.

Komposisi plankton neritik beragam:


plankton air laut, plankton air payau,
plankton air tawar
(akibat adanya masukan air tawar dari
sungai dan adanya pasang surut air laut)
PLANKTON BERDASARKAN
SEBARAN VERTIKAL/KEDALAMAN

EPIPLANKTON MESOPLANKTON HIPOPLANKTON

Kelompok plankton yang


Kelompok plankton yang
hidup pada kedalaman Kelompok plankton yang
hidup di lapisan
100-400 meter, hidup pada kedalaman
permukaan hingga
didominasi oleh >400 meter
kedalaman 100 meter.
zooplankton

Batiplankton

>600 m

Abisoplankton
3.000-4.000 m
PLANKTON BERDASARKAN UKURAN

Megaplankton Plankton raksasa dengan ukuran >20 cm


(contoh: Cnidaria)

Makroplankton Plankton dengan ukuran 2-20 cm (contoh:


Crustacea, Molusca, larva)

Plankton dengan ukuran 0,2-20 milimeter


Mesoplankton (contoh: Crustacea, Copepoda,
Amphipoda, Chaetognatha)
Plankton dengan ukuran 20-200 mikron
Mikroplankton (contoh: Fitoplankton jenis Diatom dan
Dinoflagelata)

Nanoplankton Plankton dengan ukuran 2-20 mikron


(contoh: mikroflagelata)

Plankton dengan ukuran 0,2-2 mikron


Pikoplankton (contoh: kelompok bakteri
Cyanobacteria)

Femtoplankton Plankton dengan ukuran <0,2 mikron


(contoh: viroplankton)
PERANAN EKOLOGIS PLANKTON
DALAM EKOSISTEM LAUT
 PERANAN FITOPLANKTON
1. Sebagai produsen utama dalam ekosistem laut.
2. Sebagai tabir surya yang dapat menurunkan
intensitas cahaya sehingga dapat menstabilkan suhu
air laut dan menaungi biota laut di lapisan bawah.
3. Sebagai sumber penghasil gula dan oksigen dari hasil
fotosintesis.
Cahaya matahari
6CO2+6H2O C6H12O6+6O2

Bahan Organik

4. Fitoplankton yang telah mati dan tenggelam dapat


menjadi bahan konsumsi bagi bakteri pengurai dan
benthos di dasar lautan.
 PERANAN ZOOPLANKTON
1. Sebagai konsumen tingkat pertama
(herbivora) yang memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber energi utama.
2. Pengguna oksigen yang diproduksi oleh
fitoplankton.
3. Sebagai rantai penghubung antara
fitoplankton dengan ikan atau konsumen
lainnya.
4. Zooplankton yang telah mati dan
tenggelam dapat menjadi bahan konsumsi
bagi bakteri pengurai dan benthos di dasar
lautan.
ASPEK EKONOMI DARI PLANKTON

 Nilai ekonomi dari plankton terletak pada


3 hal yaitu:
1. Plankton sebagai pakan ikan dan
berbagai biota laut lainnya.
2. Plankton sebagai bahan makanan dan
obat bagi manusia.
3. Plankton sebagai bahan tambang minyak.
PLANKTON LAUTAN BERBAHAYA

 Ada beberapa jenis plankton yang


berbahaya.
 Cara plankton membahayakan organisme
hidup di lautan:
1. Melalui pelepasan bahan beracun ke
dalam air sehingga meracuni organisme
lainnya.
2. Menggunakan tentakel beracun untuk
membunuh organisme lainnya.
Pelepasan Bahan Beracun _ RED TIDE
 Jenis fitoplankton yang memiliki bahan
beracun dan berdampak buruk pada
ekosistem laut adalah:
1. Pyrodinium bahamense
2. Alexandrium tamarense
3. Gymnodinium mikimotoi
 Red tide adalah fenomena alam yang terjadi
akibat adanya ledakan populasi fitoplankton
yang menyebabkan perubahan warna
perairan menjadi merah, kuning, cokelat,
ataupun hijau.
Tentakel Beracun pada Ubur-ubur
 Ubur-ubur menggunakan tentakel beracun
untuk menangkap dan membunuh mangsanya
(ikan, cumi-cumi), dan udang.
 Ubur-ubur dapat dijadikan sumber pangan
bagi manusia, namun ada banyak jenis ubur-
ubur yang justru membahayakan karena
racun yang terdapat pada tentakelnya.
 Ubur-ubur yang membahayakan:
1. Physalia physalis atau “Portugeseman of
War”
2. Cyanea arctica merupakan ubur-ubur
raksasa yang membelit dan membunuh
manusia dengan menggunakan tentakelnya.
10  5

10 

Nannochloropsis sp. Tetraselmis sp. Dunaliella sp.


10  10 

Chaetoceros sp. Isochrysis sp.


10  10  10 

Extubocellulus sp. Thalassiosira sp. Pavlova sp.


DEFINISI NEKTON
 Nekton adalah organisme perairan yang memiliki
kemampuan untuk berenang bebas di dalam kolom
air dan mampu menentukan sendiri arah geraknya.
 Ciri utama dari morfologi tubuh nekton adalah adanya
alat gerak yang memipih menyerupai dayung yang
berfungsi sebagai alat untuk berenang
 Sebagian besar anggota nekton berasal dari
kelompok ikan.
 Selain berasal dari kelompok ikan juga berasal dari:
a. Mamalia laut seperti paus, lumba-lumba, duyung,
anjing laut, singa laut.
b. Reptil laut seperti penyu,ular laut, dan buaya.
c. Moluska Chepalopoda seperti cumi-cumi dan
sotong.
KELOMPOK NEKTON
Kelompok ikan bersifat
nektonik

Holoepipelagik Meroepipelagik

Ikan-ikan yang sebagian masa hidupnya


Ikan-ikan yang menghabiskan seluruh
di perairan epipelagik, dan sebagiannya
masa hidupnya untuk hidup di perairan
lagi di perairan dalam ataupun pantai
epipelagik
untuk memijah

Ikan hiu, ikan tuna, ikan terbang, ikan


Ikan haring, ikan salem, geger lintang.
lemuru.
REPRODUKSI DAN DAUR HIDUP NEKTON

Fertilisasi Eksternal Fertilisasi Internal

Pembuahan dan perkembangan embrio di Pembuahan dan perkembangan embrio di


luar tubuh dalam tubuh yaitu dalam rahim

Ikan pada umumnya Mamalia


EKOLOGI NEKTON BAHARI
Kondisi perairan Sumber makanan Organisme lain

1. Turbulensi Pola interaksi


1. Hewani
2. Tekanan 2. Nabati
3. Kerapatan/ Densitas 3. Partikel organik
4. Suhu Kompetisi
5. Kandungan Bahan Kooperasi/
Kimia Mutualisme
6. Sifat Optik Komensalisme
1. Karnivora Parasitisme
2. Herbivora
3. Omnivora

Jejaring makanan
DEFINISI

 Benthos bahari adalah organisme laut baik hewan


maupun tumbuhan yang hidup di dasar laut dengan
cara menempel, merayap di permukaan substrat,
ataupun menggali masuk ke dalam substrat.

KLASIFIKASI

FITOBENTOS ZOOBENTHOS

KONSUMEN
PRODUSEN
(siput, abalon (kerang),
(rumput laut, padang lamun,
bintang laut, teripang, landak
kelp)
laut, teritip)
Klasifikasi zoobenthos
Epifauna
Berdasarkan posisinya di Zoobenthos yang hidupnya melekat atau
dasar perairan merangkak di permukaan substrat

Infauna

Zoobenthos yang menggali atau menyelusup


masuk ke dalam substrat

<0,1 mm
Mikrobenthos

0,1-1
mm
Berdasarkan ukuran Meiobenthos

>1 mm
Makrobenthos
Komposisi benthos bahari
 Zoobenthos terdiri atas hampir seluruh jenis
avertebrata, seperti:
1. Protozoa
2. Sponge (Porifera)
3. Cnidaria
4. Moluska
5. Echinodermata
6. Cacing
7. Crustacea

 Fitobenthos terdiri atas berbagai produsen yang


hidup pada substrat, seperti:
1. Rumput laut
2. Padang lamun
Ekologi benthos

ASPEK FISIKA ASPEK KIMIA

Suhu air laut


Intensitas cahaya Kadar garam (salinitas)
Densitas air laut Derajat keasaman (pH)
Berat jenis Kadar Oksigen terlarut (DO
Tekanan hidrostatis Kadar bahan pencemar (polutan)
Tekanan hidrodinamika
(arus&gelombang)
Daya hantar listrik
TUGAS
1. Buat dan jelaskan jenis-jenis dan ciri plankton apa saja yang
ada pada air tawar?
2. Buat dan jelaskan jenis-jenis dan ciri plankton apa saja yang
ada pada air laut?
3. Sebutkan nekton yang hidup di air laut dan kriteria habitat
hidupnya?
4. Sebutkan nekton yang hidup di air tawar dan kriteria
habitat hidupnya?
5. Sebutkan siklus hidup,makanan,cara makan dari jenis
benthos!
6. Sebut dan jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi
kehidupan biologi dalam ekosistem di laut!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan red tide?
Penyebab,dampak,solusi?
DEFINISI

 Terumbu karang merupakan bioakumulasi


dari endapan-endapan masif yang
mengandung senyawa kalsium karbonat
(CaCO3) yang umumnya dihasilkan oleh
hewan karang.

 Ekosistem terumbu karang merupakan


ekosistem yang disusun oleh hewan-hewan
karang dan organisme lainnya yang terikat
dalam hubungan komunitas, serta
menggunakan terumbu karang sebagai basis
habitatnya.
Organisme dalam Ekosistem Terumbu Karang

 Hewan karang berasal dari:


a. Ordo Scleractinia (Madreporaria)
b. Kelas Anthozoa
c. Filum Cnidaria

 Organisme lain yang menjadikan terumbu


karang sebagai habitatnya:
a. Hewan (ikan, udang, kepiting, moluska,
echinodermata, sponge, anemon)
b. Tumbuhan (rumput laut, alga berkapur, alga
mikroskopik)
KEKHASAN/CIRI UMUM EKOSISTEM TERUMBU KARANG

1. Ekosistem terumbu karang hanya dijumpai di lautan tropis dan tidak


dijumpai di lautan dingin.

2. Ekosistem terumbu karang biasanya terdapat pada kedalaman relatif


dangkal yaitu 0-70 meter.

3. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat


keragaman dan produktivitas tinggi.

4. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang penuh dengan


biota laut berwarna warni serta bentuk pertumbuhan yang indah.
Klasifikasi Hewan Karang

Klasifikasi

Hermatifik Ahermatifik

Mampu membentuk
Tidak mampu
terumbu:
membentuk terumbu
Zooxanthellae

Hewan karang hermatifik hanya dijumpai di lautan tropis, sedangkan


hewan karang ahermatifik sebarannya lebih luas baik pada lautan
tropis, iklim sedang, maupun dingin.
Struktur Hewan Karang
1. mulut dikelilingi oleh tentakel yang
berfungsi untuk menangkap mangsa dari
perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. rongga tubuh (coelenteron) yang juga
merupakan saluran pencernaan
(gastrovascular)
3. dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan
endodermis yang lebih umum disebut
gastrodermis karena berbatasan dengan
saluran pencernaan. Dia antara kedua
lapisan terdapat jaringan pengikat tipis
yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri
dari sel-sel, serta kolagen dan
mukopolisakarida. Pada sebagian besar
karang, epidermis akan menghasilkan
material guna membentuk rangka luar
karang. Material tersebut berupa kalsium
karbonat (kapur).

Di dalam gastrodermis terdapat zooxanthellae, yaitu alga uniseluler dari kelompok Dinoflagelata, dengan
warna coklat atau coklat kekuning-kuningan. Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya.
Tentakel tersebut aktif dijulurkan pada malam hari saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari
tentakel ditarik masuk ke dalam rangka.
Bagaimana karang dapat menangkap mangsanya? Di bagian ektodermis tentakel terdapat sel penyengat
(knidoblas), yang merupakan ciri khas semua hewan Cnidaria. Knidoblas dilengkapi alat penyengat
(nematosita) beserta racun di dalamnya. Sel penyengat bila sedang tidak digunakan akan berada dalam
kondisi tidak aktif, dan alat sengat berada di dalam sel. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang akan
ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
Siklus Hidup dan Cara Reproduksi Hewan
Karang
1. Aseksual / Vegetatif
Dengan cara fragmentasi (pemisahan bagian polip) Patahan
terumbu yang kecil akan tumbuh dan membentuk sebuah
koloni baru.

2. Cara seksual
Cara seksual yaitu terjadi perkawinan yang diawali
pembuahan setiap tahunnya hewan karang serentak
mengeluarkan sel kelamin ke perairan dalam kondisi ber
selubung. Selubung akan terlepas di air kemudian sperma
membuahi ovum dan menghasilkan zigot. Zigot
berkembang menjadi planula (larva bersilia) Planula men
cari tempat yang cocok dan melekat menjadi polip perintis
Polip perintis membentuk koloni polik baru dan akhirnya
menjadi polip dewasa yang siap melepas sel-sel kelamin.
Hewan karang mendapatkan makanan dari perairan yang
mengan dung plankton dan serpi han bahan organik.
Tentakel yang dimilikinya akan menangkap plankton dan
memasukkannya ke dalam mulut. Selanjutnya makanan
akan dicerna dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh rongga
gastrovaskuler.
Terumbu karang terbentuk dari endapan masif kalsium
karbonat (CaCo3) yang dihasilkan oleh organisme karang
pembentuk terum bu ( Karang hermatifik) dan sedikit alga
berkapur serta organisme lain yang mengsekresikan
CaCO3.
Cara makan dan Makanan Hewan Karang

Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makanan, yaitu:


1. menangkap zooplankton yang melayang di air.
2. menerima hasil fotosintesis zooxanthellae.

Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis


zooxanthellae yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D'Elia
2001). Sebagian ahli lagi mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal
dari zooxanthellae (Tucket & Tucket, 2002).

Berikut ini adalah dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang
dapat mencapai mulut:
1. mangsa ditangkap lalu tentakel membawa mangsa ke mulut
2. mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang
tentakel
Komposisi Biota dalam Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem Terumbu Karang

Biodervisitas tinggi

Filum Echinodermata (bulu babi, teripang laut, bintang laut)

Filum Molusca (kimah, tiram mutiara)

Filum Arthropoda (kepiting rajungan, udang karang)

Berbagai jenis ikan karang (kerapu, kakap, baronang, kuweh)

Berbagai jenis tumbuhan yang berasosiasi (alga koralin, alga hijau, rumput laut,
lamun)
ASOSIASI DALAM TERUMBU
KARANG
 Organisme yang tinggal atau beraktivitas di terumbu karang memiliki interaksi baik
antara spesies satu dengan spesies lain, bahkan dalam satu spesies.
Asosiasi organisme berbeda spesies
Simbiosis adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis. Hubungan itu
terdapat dalam kategori:
1. Mutualisme, yaitu simbiosis dengan kedua simbion mendapat keuntungan, contoh:
Ikan dokter (Labridae) dan penyu. Ikan memakan parasit yang menempel pada
punggung penyu; Shrimp goby (Amblyeleotris gymnocephala) dengan udang (Alpheus
sp) yang obligat mutualisme.
2. Komensalisme, yaitu simbiosis yang apabila salah satu simbion mendapat
keuntungan sedangkan yang lainnya tidak untung dan tidak rugi, contoh: Krustasea,
moluska, cacing yang tinggal pada gorgonian dan crinoid. Ketiga kelompok hewan
disebut sebelumnya mendapat tempat tinggal dan perlindungan dari musuh,
sementara gorgonian tidak mendapatkan apapun, juga tidak kehilangan; Kuda laut
dengan lamun
3. Parasit, yaitu simbiosis dengan satu pihak mendapat untung, sementara pihak lain
mendapat kerugian, sebagai contoh: Hewan pembor karang dengan karang sebagai
inang; Copepoda (krustasea) parasit pada ikan gobi (Pleurosicya boldninghi)
TERUMBU KARANG

• Terumbu terbentuk dari endapan-


endapan
masif kalsium karbonat (CaCO3), yang
dihasilkan oleh organisme karang
pembentuk terumbu (karang
hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis
dengan zooxantellae, dan sedikit
tambahan dari algae berkapur serta
organisme lain yang menyekresi
kalsium karbonat.

• Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu
karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap
mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang
tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan
spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang
dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit
dalamnya yang disebut gastrodermis.
Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel
tunggal yang dinamakan zooxantellae yang hidup
bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat
menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis,
yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus
polip sebagai pangan.
TIPE TERUMBU KARANG
•Terumbu karang tepi (fringing reef)
Nybakken (1992)
•Terumbu mengelompokkan
karang terumbu
penghalang (barrier reef) karang
•Terumbu
menjadi tiga tipe umum
karang yaitu
cincin : atol.
atau
a) Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )
b) Terumbu karang penghalang (Barrier reef)
c) Terumbu karang cincin (atoll)
TERUMBU KARANG TEPI
 Terumbu karang tepi (fringing reef) ini
berkembang di sepanjang pantai dan
mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m.
Terumbu karang ini tumbuh keatas atau
kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya
terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan
diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang
batu cenderung mempunyai pertumbuhaan
yang kurang baik bahkan banyak mati karena
sering mengalami kekeringan dan banyak
endapan yang datang dari darat.
TERUMBU KARANG
PENGHALANG
 Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef
) terletak di berbagai jarak kejauhan dari
pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut
oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk
pertumbuhan karang batu (40-70 m).
Umumnya memanjang menyusuri pantai dan
biasanya berputar-putar seakan – akan
merupakan penghalang bagi pendatang yang
datang dari luar. Contohnya adalah The
Greaat Barier reef yang berderet disebelah
timur laut Australia dengan panjang 1.350
mil.
TERUMBU KARANG CINCIN
 Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari
suatu goba (laggon). Kedalaman goba didalam
atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti
terumbu karang penghalang. Contohnya adalah
atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.

 Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang


yang paling umum dijumpai di perairan
Indonesia adalah terumbu karang tepi
(Suharsono, 1998).
BENTUK PERTUMBUHAN TERUMBU KARANG

• Fringing reef (terumbu karang tepi) - suatu batu karang yang berbatasan
langsung ke pantai atau berbatasan dengan sebuah saluran atau laguna yang
dangkal.
• Barrier reef (terumbu karang penghalang) - karang yang terpisah dari pantai
daratan atau pulau yang terpisah oleh laguna yang dalam (contoh: Great
Barrier Reef).
• Patch reef (gosong terumbu) - terumbu karang yang terisolasi, seringkali
berbentuk melingkar, biasanya terdapat dalam sebuah laguna.
• Apron reef - terumbu pendek yang menyerupai sebuah fringing reef, tetapi
lebih landai; meluas keluar dari dan ke bawah suatu semenanjung pantai.
• Bank reef - terumbu linear atau berbentuk semi-lingkaran besar, lebih besar
dari patch reef.
• Ribbon reef - sebuah terumbu yang panjang, sempit, yang berliku-liku, biasanya
terkait dengan laguna sebuah atol.
• Atoll reef (terumbu karang cincin) - suatu kurang lbundar atau tebing karang
yang meluas ke seluruh laguna tanpa pulau di tengahnya.
• Table reef - karang yang terpencil, hampir menyerupai sebuah atol, tetapi tanpa
laguna.
SKEMA UMUM ZONASI KARANG TEPI
•Rataan Terumbu (Reef flat)
•Puncak Terumbu (Reef crest)
•Lereng Terumbu (Reef slope)
ZONASI VERTIKAL TERUMBU KARANG
EVOLUSI GEOLOGIS
TERUMBU KARANG

• diawali ketika gunung vulkanik muncul sebagai


suatu pulau di permukaan laut

• ketika aktivitas gunung vulkanik berakhir, pulau


mulai tererosi

• karang tepi mulai mengkolonisasi garis pantai

• karang penghalang berkembang seperti saluran


yang memisahkan dari pulau

• laguna yang luas membentuk bagian dalam karang

• pulau tenggelam dan terbentuk atol


Bagaimana Karang Hidup..??

◦ Pada waktu siang


 Polip mendapat
makanan hasil
masakan alga yang
hidup didalam
jaringan tubuhnya
◦ Pada waktu malam
 Polip menangkap makanan
menggunakan tentakel-
tentakelnya yang bersel
penyengat
FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS
PERKEMBANGAN KARANG

• Suhu air > 18oC, tapi bagi perkembangan optimal


diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara
23 - 25oC, dengan suhu maksimal yang masih
dapat ditolerir berkisar antara 36 - 40oC.
• Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman
bagi perkembangan optimal pada 25 m atau
kurang.
• Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 s/d
36 o/oo.
- Karang hermatipik mrp organisme lautan
sejati shg tdk dapat bertahan diluar salinitas
air laut normal (32 - 35 o/oo)
- hambatan : adanya aliran sungai
 Cahaya
- cahaya merupakan faktor terpenting
yang membatasi terumbu karang, krn
cahaya diperlukan oleh zooxanthellae
untuk fotosintesis
- titik kompensasi untuk terumbu karang
yaitu 15-20% dari intensitas di
permukaan air
 Gelombang
- TK lebih berkembang di daerah yang
mengalami gelombang besar
- gelombang dapat :
a. memberi sumber air yang segar
b. memberi oksigen dalam air laut
c. menghalangi pengendapan
d. memberikan plankton baru untuk
makanan koloni karang
 Udara
- TK akan mati bila terlalu lama berada di
udara terbuka, sehingga pertumbuhan
terumbu karang terbatas pada tingkat
surut terendah
- hambatan : pasang surut
BIOLOGI KARANG HERMATIPIK

1. Makanan
- Karang merupakan hewan karnivora
- Mempunyai tentakel yang dipenuhi kapsul berduri,
nematokis yang digunakan untuk menyengat dan
menangkap organisme plankton yang kecil
- Organisme makanan ditemukan dengan menggunakan
sejenis kemoreseptor
- Sumber makanan karang :
a. Dari terumbu itu sendiri, yaitu populasi plankton
asli terutama dari meroplankton, dimana berada
di dasar pada siang hari dan muncul di
permukaan pada waktu senja
b. Dari zooxanthellae yang terdapat di dalam
jaringan
2. Pertumbuhan dan kalsifikasi
- Kebutuhan utama untuk aktifnya pertumbuhan karang
adalah cahaya, untuk kepentingan zooxanthellae
dalam fotosintesis
- Peranan zooxanthellae adalah :
a. Meningkatkan laju proses mengeras menjadi kapur
(Kalsifikasi) yang dilakukan oleh karang
b. meningkatkan laju pertumbuhan koloni karang :
- koloni yang muda dan kecil cenderung tumbuh
lebih cepat daripada koloni yang lebih tua
- koloni yang besar dan bercabang atau karang
yang seperti daun cenderung tumbuh lebih cepat
dari pada yang masif (seperti otak)
Contoh :
- Acropora dari genus Foliaceous (seperti daun) dapat
tumbuh dengan diameter 5-10 cm dan tinggi 2-5 cm per
tahun
- Montastrea annularis (tipe masif) hanya tumbuh dengan
diameter 0,5-2 cm dan tinggi 0,35-0,75 cm per tahun
3. Reproduksi Hewan Karang

• Terumbu karang berbiak baik secara seksual maupun aseksual

• Pembiakan seksual; terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan betina untuk memb
larva bersilia yang disebut planula. Planula akan menyebar kemudian menempel pad
substrat yang keras dan tumbuh menjadi polip. Kemudian polip tersebut akan
melakukan pembiakan aseksual

• Pembiakan aseksual; dilakukan dengan cara fragmentasi sehingga terbentuk polip-po


baru yang saling menempel sampai terbentuk koloni yang besar dengan bentuk yan
beragam sesuai jenisnya

• Kebanyakan karang mencapai dewasa seksual pada usia antara 7 sampai 10 tahun
REPRODUKSI SEKSUAL KARANG
KOMPOSISI BIOTA
TERUMBU KARANG

• Beraneka ragam avertebrata (hewan tak


bertulang belakang) : terutama karang batu
(stony coral), juga berbagai krustasea, siput dan
kerang-kerangan, ekinodermata (bulu babi,
anemon laut, teripang, bintang laut dan leli laut).
• Beraneka ragam ikan : 50-70% ikan karnivora
oportunistik, 15% ikan herbivora dan sisanya
omnivora.
• Reptil : umumnya ular laut dan penyu laut.
• Ganggang dan rumput laut: algae koralin, algae
hijau berkapur dan lamun.
RANTAI MAKANAN DI TERUMBU KARANG

Keanekaragaman biota dan keseimbangan ekosistem tergantung pada rantai


makanan. Pengambilan spesies tertentu secara berlebihan dapat
menyebabkan peledakan populasi biota yang menjadi mangsanya, sehingga
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

plankton
Materi organik (detritus)

Predator besar

herbivora

Ikan
carnivora

omnivora
dekomposer
Peran terumbu karang
• pelindung pantai dari hempasan
ombak dan arus kuat yang berasal
dari laut.
• sebagai habitat, tempat mencari
makanan, tempat asuhan dan
pembesaran, tempat pemijahan
bagi berbagai biota yang hidup di
terumbu karang atau sekitarnya.

Pemanfaatan
• Sebagai tempat penangkapan
berbagai jenis biota laut
konsumsi, dan berbagai jenis
ikan hias.
• Bahan konstruksi bangunan dan
pembuatan kapur.
• Bahan perhiasan.
• Bahan baku farmasi.
PADANG LAMUN
C. Padang Lamun

Deskripsi
• Lamun (sea grass) merupakan satu-
satunya tumbuhan berbunga yang
hidup terendam di dalam laut. Ujung daun

• umumnya membentuk padang lamun


yang luas di dasar laut yang masih Lembaran
daun

dapat dijangkau oleh cahaya matahari


yang memadai bagi pertumbuhannya.
• hidup di perairan yang dangkal dan
jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Sarung daun

• Hampir semua tipe substrat dapat


ditumbuhi lamun, mulai dari substrat
Batang daun
Tunas
yang berduri

berlumpur sampai berbatu. Pelepah daun

Bstsng skar

• merupakan ekosistem yang tinggi


produktivitas organiknya, dimana hidup Akar tunggal Akar batang

beraneka ragam biota laut seperti ikan,


krustasea, moluska, dan cacing.
KARAKTERISTIK LAMUN
1. mampu hidup di media air asin
2. mampu berfungsi normal dalam keadaan
terbenam
3. mempunyai sistem perakaran jangkar
yang berkembangbaik
4. mampu melaksanakan penyerbukan dan
daur generatif dalam keadaan terbenam.
PADANG LAMUN
Lamun merupakan tumbuhan tingkat
tinggi yang masih berkerabat dengan
rumput. Lamun memiliki adaptasi untuk
lingkungan laut yang memiliki kadar
garam cukup tinggi. Seperti halnya
rumput di darat, lamun juga dapat
melakukan fotosintesis dan menjadi
produsen. Kumpulan dari tumbuhan
lamun, akan membentuk suatu
ekosistem padang lamun yang
didalamnya hidup berbagai macam
komunitas dari berbagai biota laut. Pada
ekosistem padang lamun, lamun menjadi
produsen primer. Lamun juga menjadi
tempat menempelnya larva ikan,
kepiting, udang, dan mikroalga lain.
Lamun juga menjadi makanan bagi biota
penghuni ekosistem padang lamun.
PERANAN PADANG LAMUN
 Lamun juga berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang.
Ekosistem padang lamun menyaring sedimen yang berasal dari daratan ke arah laut.
Sedimen bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa menutupi karang
dan menyebabkan karang stres. Sedimen di ekosistem padang lamun juga
dimanfaatkan menjadi materi organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu
karang. Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang dapat terurai
menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota terumbu karang.
 Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu
karang, seperti ikan baronang dan beberapa jenis bintang laut. Lamun juga
merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara
transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari
padang lamun juga bisa menjadi makanan bagi biota terumbu karang, karena
terkadang, biota dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem
terumbu karang.
 Kerusakan pada ekosistem lamun bisa mengakibatkan kerusakan atau berkurangnya
tutupan terumbu karang. Hal ini bisa berakibat kepada kesehatan ekosistem
terumbu karang. Apabila ekosistem padang lamun rusak, tidak ada penyaring
sedimen untuk ekosistem terumbu karang. Selain itu, transfer materi pun bisa
terganggu. Oleh karena itu, ekosistem lamun pun menjadi salah satu elemen penting
dalam kesehatan ekosistem terumbu karang
FAKTOR PERTUMBUHAN LAMUN

EKSTERNAL INTERNAL

1. zat hara ( nutrien) 1. kondisi fisiologi


2. tingkat kesuburan 2. metabolisme
perairan
FAKTOR PEMBATAS BAGI LAMUN

• Kecerahan

• Temperatur

• Salinitas

• Substrat

• Kecepatan arus perairan


1. Kecerahan
 Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk
melaksanakan proses fotosintesis
 Distribusi padang lamun hanya terbatas pada perairan yang
tidak terlalu dalam

 Hambatan :
- aktivitas yang dapat meningkatkan muatan
sedimen pada badan air akan berakibat tingginya
kekeruhan perairan, sehingga berpotensi
mengurangi penetrasi cahaya, sehingga menggangu
produktivitas primer ekosistem padang lamun
2. Temperatur
 Spesies lamun di daerah tropis mempunyai toleransi
yang rendah terhadap perubahan temperatur
 Kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun
adalah 28 oC sampai dengan 30 oC
 Kemampuan proses fotosintesis akan menurun
dengan tajam apabila temperatur perairan berada di
luar kisaran optimal tersebut
3. Salinitas
 Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang
berbeda-beda terhadap salinitas, tetapi sebagian
besar memiliki kisaran yang lebar, yaitu 20 – 40 o/oo
 Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah
35 o/oo
 Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan
ekosistem padang lamun adalah meningkatnya
salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai
air tawar dari sungai
4. Substrat
 Padang lamun hidup pada berbagai tipe substrat,
mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang
terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40 %
 Kedalaman substrat berperan dalam menjaga
stabilitas sedimen yang mencakup dua hal :
1. Pelindung tanaman dari arus air laut
2. Tempat pengolahan serta pemasok nutrien
 Kedalaman sedimen yang cukup merupakan
kebutuhan utama untuk pertumbuhan dan
perkembangan habitat lamun
5. Kecepatan arus perairan
 Produktivitas lamun juga dipengaruhi oleh
kecepatan arus perairan
 Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis
Turtle grass (Thalassia testudinum) mempunyai
kemampuan maksimal untuk tumbuh
SEBARAN LAMUN
 Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan
pantai Indonesia.
 Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai
padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang
relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti
Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga
ditemukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan
penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah
dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90
meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den Hartog
(1970).
 Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar
pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal,
kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang
cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar
perairan.
KEANEKARAGAMAN LAMUN DI
INDONESIA
 Lamun yang ditemukan di Indonesia terdiri atas tujuh marga
(genera). Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia
Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di Indonesia.
 Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup
hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya.
 Dari seluruh jenis, jenis Thalassia hemprichii merupakan yang paling
dominan di Indonesia.
 Keanekaragaman hayati lamun yang paling tinggi ada di perairan
Teluk Flores dan Lombok, masing-masing ada 11 spesies.
 Jika dibandingkan, maka keanekaragaman hayati lamun di perairan
Indonesia bagian timur ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian barat. Hal ini diduga karena posisi daerah bagian timur yang
lebih dekat dengan pusat penyebaran lamun di perairan Indo Pasifik,
yaitu Filipina (16 jenis) dan Australia Barat yang memiliki 17 jenis.
SPESIES LAMUN DI INDONESIA
ORGANISME YANG BERASOSIASI PADA
PADANG LAMUN
FUNGSI/PERANAN PADANG LAMUN

Fungsi padang lamun secara ekologis,


yaitu :
1. Produsen primer dan sumber makanan
bagi organisme lain. Jenis tumbuhan
lamun yang dikonsumsi penyu hijau
diantaranya adalah Cymodocea,
Thalassia, dan Halophila, sedangkan
yang dikonsumsi dugong adalah
Poisidonia dan Halophila. Dalam hal ini
lamun menduduki posisi mata rantai
pertama dalam menunjang rantai
makanan yang sangat rumit di habitat
padang lamun.
LANJUTAN
2.Mengikat sedimen dan menstabilkan
substrat yang lunak, dengan sistem
perakaran yang padat dan saling menyilang.
3.Sebagai tempat berlindung/daerah asuhan,
tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa
jenis biota laut, terutama yang melewati
masa dewasanya di lingkungan ini.
4.Sebagai tudung pelindung yang melindungi
penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.
5.Sebagai bahan baku pembuatan kertas,
kosmetik, dan kompos.
PEMANFAATAN PADANG LAMUN

Padang lamun dapat dimanfaatkan


sebagai berikut :
• Tempat kegiatan marikultur
berbagai jenis ikan, kerang-
kerangan dan tiram.
• Tempat rekreasi atau pariwisata.
• Sumber pupuk hijau.
DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM
PADANG LAMUN
DEFINISI MANGROVE
 Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue
dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata
mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di
daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies
tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam
bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu
spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas
tumbuhan tersebut.
 Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis
tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-
tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang
mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi
tanah an-aerob. Adapun menurut Aksornkoae (1993), hutan mangrove
adalah tumbuhan halofit2 yang hidup di sepanjang areal pantai yang
dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian
rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.
 Secara ringkas hutan mangrove dapat
didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang
tumbuh di daerah pasang surut (terutama di
pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)
yang tergenang pada saat pasang dan bebas
dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.
 Sedangkan ekosistem mangrove merupakan
suatu sistem yang terdiri atas organisme
(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi
dengan faktor lingkungan dan dengan
sesamanya di dalam suatu habitat mangrove.
 Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal
woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia).
 Hutan mangrove disebut juga mangal, hutan bakau, hutan
pasang surut, hutan pantai.
KOMPOSISI JENIS VEGETASI MANGROVE

MANGROVE PRIMER/ MANGROVE


MANGROVE UTAMA SEKUNDER

 Tumbuhan mangrove yang


 Tumbuhan mangrove yang
mutlak bergantung pada
tidak mutlak bergantung
lingkungan laut.
pada lingkungan laut.
 Hanya dijumpai pada
 Dapat dijumpai pada zona
zona pasang surut lautan.
pasang surut ataupun bukan
zona pasang surut.
Contohnya: Genus
Rhizophora, Bruguierra,
Contohnya: Excoecaria,
Ceriops, Avicennia,
Osbornia, Pemphis,
Sonneratia, Xylocarpus,
Heritiera, Callophylum,
Canocarpus, Aegialities,
Thespesia, Acanthus, Nypa,
Aegiceras, Snaeda,
Acrostichum.
Laguncularia, Lumnitzera
SIFAT MANGROVE
1. Sepenuhnya hidup di zona pasang surut yang
berlumpur.
2. Memiliki peran utama dalam menentukan
struktur komunitas dan mampu membentuk
tegakan murni.
3. Morfologi tubuhnya diadaptasikan untuk hidup
di zona pasang surut berlumpur.
4. Memiliki mekanisme kelebihan garam.
5. Memiliki sifat-sifat yang khas yang berbeda
dengan kerabatnya yang hidup di darat.
REPRODUKSI MANGROVE
 Karakteristik morfologi yang menarik dari species mangrove dapat dilihat dari sistem
perakarannya dan buah. Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara)
bila berada di bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus yang
disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.
 Ada beberapa tipe perakaran yaitu: akar tunjang, akar napas, akar lutut, dan akar papan
baner. Semua species mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui
air.
 Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk silinder, bulat dan berbentuk
kacang.
1. Benih Vivipari Umumnya terdapat pada family Rhizophoraceae, buahnya
berbentuk silinder.
2. Benih Cryplovivipari Umumnya terdapat pada family Avicennia (Seperti buah
kacang),Aegeceras (Sikunder) dan Nypa fruticans, yang buahnya
berbentuk Cryplovivipoarious dimana bibitnya berkecambah tetapi diliputi oleh
selaput buah sebelum dilepaskan atau ditinggalkan dari pohon induknya
3. Benih Normal Ditemukan pada species Sonneratia dan Xylocarpus. Buahnya
berbentuk bulat seperti bola dengan benih normal. Species lain kebanyakan
buahnya berbentuk kapsul. Sebagai benih normal, buah tersebut mengalami proses
dimana mereka memecahkan diri dan menyebarkan benihnya pada saat mencapai
air.
SEBARAN MANGROVE
 Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas lebih dari
17.508 buah pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai
sekitar 81.000 km Soegiarto (1984) dalam Onrizal dan Kusmana
(2008). Sebagian daerah tersebut ditumbuhi hutan mangrove
dengan lebar beberapa meter sampai beberapa kilometer.
 Dipandang dari segi luas areal, hutan mengrove di Indonesia
adalah yang terluas di dunia.
 Di Indonesia, mangrove tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke
Papua, dengan luas sangat bervariasi bergantung pada kondisi
fisik, komposisi substrat, kondisi hidrologi, dan iklim yang
terdapat di pulau-pulau tersebut.
 Pada tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas
4,25 juta ha sedangkan menurut Departemen Kehutanan (1997)
dalam Onrizal dan Kusmana (2008) pada tahun 1993 luas hutan
mangrove menjadi 3,7 juta ha, sehingga terjadi penurunan luas
0,55 juta ha dalam kurun waktu 11 tahun atau laju kerusakan
0,05 juta ha/tahun.
PERANAN EKOSISTEM MANGROVE
 Ekosistem mangrove merupakan ekosistem interface
antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan.
 Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai fungsi spesifik
yang keberkelangsungannya bergantung pada dinamika
yang terjadi di ekosistem daratan dan lautan.
 Dalam hal ini, mangrove sendiri merupakan sumberdaya
yang dapat dipulihkan (renewable resources) yang
menyediakan berbagai jenis produk (produk langsung
dan produk tidak langsung) dan pelayanan lindungan
lingkungan seperti proteksi terhadap abrasi, pengendali
intrusi air laut, mengurangi tiupan angin kencang,
mengurangi tinggi dan kecepatan arus gelombang,
rekreasi, dan pembersih air dari polutan.
 Mangrove menyediakan berbagai jenis produk dan jasa
yang berguna untuk menunjang keperluan hidup penduduk
pesisir dan berbagai kegiatan ekonomi, baik skala lokal,
regional, maupun nasional serta sebagai penyangga sistem
kehidupan masyarakat sekitar hutan.
 Ke semua fungsi mangrove tersebut akan tetap berlanjut
kalau keberadaan ekosistem mangrove dapat
dipertahankan dan pemanfaatan sumberdayanya
berdasarkan pada prinsip-prinsip kelestarian. Hal ini
berarti mangrove berperan sebagai sumberdaya renewable
dan penyangga sistem kehidupan jika semua proses
ekologi yang terjadi di dalam ekosistem mangrove dapat
berlangsung tanpa gangguan.
FUNGSI EKOLOGIS DAN FUNGSI EKONOMIS
HUTAN MANGROVE
 Sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir, hutan
mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
 Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan
ekonomis.

FUNGSI EKOLOGIS:

Pelindung garis pantai FUNGSI EKONOMIS:


Pencegah intrusi air laut
Tempat tinggal (habitat) Penghasil keperluan rumah
Tempat mencari makan (feeding tangga
ground) Penghasil keperluan
Tempat asuhan dan pembesaran industri
(nursery ground) Penghasil bibit
Tempat pemijahan (spawning
ground) bagi aneka biota perairan
Sebagai pengatur iklim mikro
(Rochana, 2006)
FUNGSI MANGROVE GARIS BESAR
Fungsi mangrove pada Fungsi mangrove pada
level ekosistem level sumberdaya

1. Lindungan lingkungan 1. Fauna


ekosistem pantai secara global 2. Flora
2. Pembangun lahan dan
pengendapan lumpur.
3. Habitat fauna, terutama fauna
laut Menurut Chapman (1977),
ekosistem mangrove
menyediakan 5 (lima) tipe
habitat bagi fauna.
4. Lahan pertanian, dan kolam
garam
5. Keindahan bentang darat
6. Pendidikan dan penelitian
Lindungan lingkungan
ekosistem pantai secara global
 Proteksi garis pantai dari hempasan gelombang
 Proteksi dari tiupan angin kencang
 Mengatur sedimentasi
 Retensi nutrien
 Memperbaiki kualitas air
 Mengendalikan intrusi air laut
 Pengaturan air bawah tanah (groundwater)
 Stabilitas iklim mikro
Pembangun lahan dan
pengendapan lumpur
 Davis (1940) berpendapat bahwa perakaran mangrove
berfungsi sebagai penahan lumpur. Kekontinyuan
penimbunan bahan organik menguntungkan bagi
pertumbuhan semai dan kelangsungan hidupnya
tumbuhan mangrove. Semai tumbuh dan menyebar ke
arah laut seirama dengan proses penimbunan lumpur.
Habitat fauna
 Ekosistem mangrove menyediakan 5 (lima) tipe habitat bagi fauna, yakni:
(1) Tajuk pohon yang dihuni oleh berbagai jenis burung, mamalia dan serangga.
(2) Lobang yang terdapat di cabang dan genangan air di "cagak" antara batang
dan cabang pohon yang merupakan habitat yang cukup baik untuk serangga
(terutama nyamuk).
(3) Permukaan tanah sebagai habitat keong/kerang.
(4) Lobang permanen dan semi permanen di dalam tanah sebagai habitat
kepiting dan katak.
(5) Saluran-saluran air sebagai habitat buaya dan ikan/udang.

Habitat utama dari ekosistem mangrove yang penting dan langsung


menunjang kehidupan biota laut adalah saluran-saluran air (shallow bay,
inlet dan channel) yang merupakan bagian integral dari ekosistem
mangrove tersebut. Dalam hal ini nampaknya vegetasi mangrove lebih
berperan sebagai penyedia nutrisi melalui serasahnya bagi produktivitas
primer saluran-saluran air tersebut.
Lahan pertanian, dan kolam
garam
 Daerah rawa-rawa mangrove yang mendapat pengaruh pasang surut
sudah mulai digarap potensinya untuk lahan padi. Di Asia Tenggara
terutama di Indonesia, Filipina dan Malaysia, kawasan hutan mangrove
juga dikonversi sebagai penghasil garam pada daerah-daerah yang
curah hujannya kurang dari 1.000 mm/tahun. Salah satu persoalan yang
pada umumnya dihadapi dalam usaha pemanfaatan tanah-tanah
mangrove bagi pertanian ialah kandungan yang tinggi akan garam-
garam terlarutkan.

Dipertahankannya hutan mangrove dalam pola agrosilvofishery akan


berpengaruh positif terhadap tanaman pertanian dan perikanan/tambak, yakni:
a) Sebagai nursery ground dan feeding ground bagi ikan yang dipelihara di
dalam tambak serta jenis biota akuatik lainnya (kepiting, udang, kerang) yang
datang sendiri ke hutan tambak bersama dengan air pasang.
b) Mengurangi penyusupan/intrusi air laut ke lahan pertanian dan berfungsi
sebagai pelindung lahan pertanian dari hempasan angin dan gempuran ombak.
c) Pengendali pH tanah habitat tersebut dan pengendali logam berat
(pencemaran).
d) Mencegah terjadinya kehanyutan tanah subur ke laut serta menstabilkan
tanah pada habitat tersebut.
Keindahan bentang darat
 Adanya keindahan bentang darat mangrove di
daerah pesisir memungkinkan pemanfaatan hutan
mangrove untuk tujuan rekreasi (khususnya
ekoturisme). Hutan rekreasi mangrove merupakan
teknik yang relatif baru dalam pengelolaan hutan
mangrove. Bentuk pengelolaan hutan ini akan
memberikan keuntungan ganda, karena kita dapat
memperoleh manfaat ekonomis tanpa langsung
mengeksploitasi mangrove itu sendiri. Dari segi
kelestarian sumberdaya, pemanfaatan hutan
mangrove untuk tujuan rekreasi (khususnya
ekoturisme) di hutan mangrove sangat bergantung
pada kualitas dan eksiscensi ekosistem mangrove
tersebut.
Menurut Kusmana dan Istomo (1993), beberapa potensi ekosistem
mangrove yang merupakan modal penting bagi tujuan rekreasi adalah:
a) Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa
jenis vegetasi mangrove, seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar
lutut (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp. dan Avicennia spp. ),
akar papan (Heritiera spp.), dll.
b) Buahnya yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih
menempel pada pohon) yang diperlihatkan oleh beberapa jenis
vegetasi mangrove, seperti jenis-jenis yang tergolong pada suku
Rhhizophoraceae.
c) Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai
pedalaman (transisi dengan hutan rawa).
d) Berbagai jenis fauna dan flora yang berasosiasi dengan ekosistem
mangrove, dimana jenis fauna dan flora tersebut kadang-kadang jenis
endemik bagi daerah yang bersangkutan.
e) Atraksi adat-istiadat tradisional penduduk setempat yang berkaitan
dengan sumberdaya mangrove.
f) Saat ini, nampaknya hutan-hutan mangrove yang dikelola secara
rasional untuk pertambakan/tambak tumpang-sari, penebangan,
pembuatan garam, dan lain-lain bisa menarik para wisatawan.
Pendidikan dan penelitian
 Ekosistem mangrove merupakan ekosistem unik, karena
mencakup ekosistem darat dan laut. Oleh karena itu, suatu
ekosistem mangrove dihuni berbagai biota daratan dan akuatik.
Keadaan yang khas adalah merupakan daya tarik tersendiri
untuk sarana pendidikan dan penelitian baik yang menyangkut
faktor biofisik maupun faktor sosial ekonomis dalam rangka
menunjang pengelolaan sumberdaya hayati yang rasional di
daerah pesisir.
Fauna
Fauna yang berada di ekosistem mangrove terdiri
atas fauna daratan dan fauna laut (Macnae, 1968).
Flora
Menurut Umali et al. (1987) dalam Kusmana (2009), sampai
saat ini dilaporkan sekitar 130 jenis tumbuhan di 11 negara
Asia-Pasifik, diantaranya di Indonesia terdapat 101 jenis
(Kusmana, 1993a).
Dalam skala komersial, berbagai jenis kayu mangrove dapat
digunakan sebagai: (a) "chips" untuk bahan baku kertas,
terutama jenis Rhizophcra spp. dan Bruguiera spp., (b) penghasil
industri papan dan plywood, terutama jenis Bruguiera spp. dan
Heritiera littoralis; (c) tongkat dan tiang pancang ("scalfold"),
terutama jenis Bruguiera spp., Ceriops spp., Oncosperma sp. dan
Rhizophora apiculata; (d) kayu bakar dan arang yang berkualitas
sangat baik.
JENIS MANGROVE
TUGAS
Jangan pernah takut untuk bertanya, karena sesungguhnya semua orang berada pada
tahapan belajar seumur hidupnya.
LET’S SHARING NOT JUDGING OR BULLYING

Anda mungkin juga menyukai