Anda di halaman 1dari 9

“KELOMPOK 4”

HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

A.Ahmad Qeis Tenridapi


(H051191065)
Amalia Mentari Djalumang
(H051191021)
Alya Safira Irtiqa Miolo
(H051191011)
Melda Fitriyani Azis
(H051191039)
Nur Syahfika
(H051191051)
Pandangan Tentang Hakikat Manusia
1. Pandangan Psikoanalitik 2. Pandangan Humanistik
Manusia digerakkan oleh Manusia merupakan
dorongan yang datang dari eksistensi atau keberadaan
dirinya sendiri yang bersifat yang punya potensi tapi
instingtif dibatasi oleh kesemestaan
alam

3. Pandangan Martin Buber 4. Pandangan Behavioristik


Manusia memiliki dorongan Manusia sebagai makhluk
dari dirinya sendiri untuk yang reaktif dan tingkah
mengarahkan dirinya dalam lakunya dikendalikan oleh
mencapai tujuan yang positif faktor lingkungan
“KONSEP MANUSIA DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF”

Menurut Ibn al-’Arabi, pada ciri manusia terdapat perpaduan sifat


yang berlawanan, sesuai dengan nama dan sifat Tuhan yang
berlawanan. Manusia adalah hadits ditinjau dari segi badaniyahnya
danazalidari segi roh ilahinya.Dengan kata lain, jasad manusia
adalah baru sedangkan rohnya adalah azali. Oleh karena itu, pada
diri manusia terdapat perpaduan sifat ketuhanan dan sifat
kemakhluqkan.
Konsep manusia dalam al-Qur’an dipahami dengan memperhatikan
kata-kata yang sering menunjuk pada makna manusia yaitu kata
basyar, insan, dan, al-nas.

Basyar adalah makhluk Insan adalah makhluk


yang sekedar berada yang menjadi dan terus Kata al-nas disebut
yang statis seperti bergerak maju ke arah sebanyak 240 kali, salah
hewan. Allah memakai kesempurnaan. Kata satunya dalam
konsep basyar dalam insan disebutkan dalam al-Zumar: 27. Konsep al-
al-Qur’an sebanyak 37
al-Qur’an sebanyak 65 nas menunjukkan pada
kali. Salah satunya
kali, diantaranya semua manusia sebagai
dalam al-Kahfi: 110.
al-Alaq: 5. Konsep insan makhluk sosial atau
Konsep basyar selalu
dihubungkan pada sifat- selalu dihubungkan pada secara kolektif. Dengan
sifat biologis manusia sifat psikologis atau demikian, al-Qur’an
seperti asalnya dari spiritual manusia memandang manusia
tanah liat atau lempung sebagai makhluk yang sebagai makhluk biologis,
kering, manusia makan berfikir, diberi ilmu, dan psikologis, dan sosial.
dan minum. memikul amanah.
“TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN
KHALIFAH ALLAH SWT”

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang


kekuasaan Manusia menjadi khalifah memegang
mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi. Sebagai khalifah, manusia diberi
wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang
dinamis. Adanya kebebasan manusia di muka bumi
adalah disebabkan karena kedudukannya untuk
memimpin, sehingga pemimpintidak tunduk kepada
siapapun, kecuali kepada yang di atas yang memberi
kepemimpinan. Oleh karena itu, kebebasan manusia
sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah
sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan
manusia bertindak sewenang-wenang.
“MANUSIA SEBAGAI HAMBA
ALLAH (‘ABDULLAH)”

Seorang hamba Allah harus taat dan patuh pada perintah


Allah SWT. Makna yang esensial dari kata ‘Abdullah (Hamba)
adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan,
kedudukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan
kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan,
dan ketundukkan pada kebenaran dan keadilan. Dalam
hubungan dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai
ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki
konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri
kepada Allah SWT, akan mengakibatkan ia dilarang
menghamba pada dirinya, serta menghamba pada hawa
nafsunya.
Dua peran yang dipegang manusia di
muka bumi yaitu sebagai khalifah dan
‘abdullah merupakan satu paduan tugas
dan tanggung jawab yang melahirkan
dinamika hidup yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliah yang selalu
berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh
karena itu, hidup seorang muslim akan
dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras
yang tiada henti, sebab bekerja bagi
seorang seorang muslim adalah
membentuk satu amal shaleh.
Dengan demikian manusia sebagai khalifah dan
‘abdullah (hamba Allah) merupakan kesatuan yang
menyempurnakan nilai kemanusiaan sebagai makhluk
yang memiliki kebebasan, berkreasi, dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntunan kodrat yang
menempatkan posisinya pada keterbatasan. Perwujudan
kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks
sosial budaya, atau dengan kata lain kekhalifahan
manusia pada dasarnya diterapkan pada kontek individu
dan sosial yang berporos pada Allah SWT, seperti yang
dijelaskan pada firman Allah surat Ali Imran: 112.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai