0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas pandangan Islam tentang hakikat manusia sebagai khalifah dan hamba Allah. Manusia memiliki peran ganda sebagai wakil Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di bumi namun juga harus taat kepada-Nya. Kedua peran ini melengkapi nilai kemanusiaan sebagai makhluk berkebebasan tetapi juga berketerbatasan.
Dokumen tersebut membahas pandangan Islam tentang hakikat manusia sebagai khalifah dan hamba Allah. Manusia memiliki peran ganda sebagai wakil Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di bumi namun juga harus taat kepada-Nya. Kedua peran ini melengkapi nilai kemanusiaan sebagai makhluk berkebebasan tetapi juga berketerbatasan.
Dokumen tersebut membahas pandangan Islam tentang hakikat manusia sebagai khalifah dan hamba Allah. Manusia memiliki peran ganda sebagai wakil Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di bumi namun juga harus taat kepada-Nya. Kedua peran ini melengkapi nilai kemanusiaan sebagai makhluk berkebebasan tetapi juga berketerbatasan.
(H051191065) Amalia Mentari Djalumang (H051191021) Alya Safira Irtiqa Miolo (H051191011) Melda Fitriyani Azis (H051191039) Nur Syahfika (H051191051) Pandangan Tentang Hakikat Manusia 1. Pandangan Psikoanalitik 2. Pandangan Humanistik Manusia digerakkan oleh Manusia merupakan dorongan yang datang dari eksistensi atau keberadaan dirinya sendiri yang bersifat yang punya potensi tapi instingtif dibatasi oleh kesemestaan alam
3. Pandangan Martin Buber 4. Pandangan Behavioristik
Manusia memiliki dorongan Manusia sebagai makhluk dari dirinya sendiri untuk yang reaktif dan tingkah mengarahkan dirinya dalam lakunya dikendalikan oleh mencapai tujuan yang positif faktor lingkungan “KONSEP MANUSIA DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF”
Menurut Ibn al-’Arabi, pada ciri manusia terdapat perpaduan sifat
yang berlawanan, sesuai dengan nama dan sifat Tuhan yang berlawanan. Manusia adalah hadits ditinjau dari segi badaniyahnya danazalidari segi roh ilahinya.Dengan kata lain, jasad manusia adalah baru sedangkan rohnya adalah azali. Oleh karena itu, pada diri manusia terdapat perpaduan sifat ketuhanan dan sifat kemakhluqkan. Konsep manusia dalam al-Qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang sering menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan, al-nas.
Basyar adalah makhluk Insan adalah makhluk
yang sekedar berada yang menjadi dan terus Kata al-nas disebut yang statis seperti bergerak maju ke arah sebanyak 240 kali, salah hewan. Allah memakai kesempurnaan. Kata satunya dalam konsep basyar dalam insan disebutkan dalam al-Zumar: 27. Konsep al- al-Qur’an sebanyak 37 al-Qur’an sebanyak 65 nas menunjukkan pada kali. Salah satunya kali, diantaranya semua manusia sebagai dalam al-Kahfi: 110. al-Alaq: 5. Konsep insan makhluk sosial atau Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat- selalu dihubungkan pada secara kolektif. Dengan sifat biologis manusia sifat psikologis atau demikian, al-Qur’an seperti asalnya dari spiritual manusia memandang manusia tanah liat atau lempung sebagai makhluk yang sebagai makhluk biologis, kering, manusia makan berfikir, diberi ilmu, dan psikologis, dan sosial. dan minum. memikul amanah. “TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH SWT”
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
kekuasaan Manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Adanya kebebasan manusia di muka bumi adalah disebabkan karena kedudukannya untuk memimpin, sehingga pemimpintidak tunduk kepada siapapun, kecuali kepada yang di atas yang memberi kepemimpinan. Oleh karena itu, kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. “MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH (‘ABDULLAH)”
Seorang hamba Allah harus taat dan patuh pada perintah
Allah SWT. Makna yang esensial dari kata ‘Abdullah (Hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, kedudukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukkan pada kebenaran dan keadilan. Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri kepada Allah SWT, akan mengakibatkan ia dilarang menghamba pada dirinya, serta menghamba pada hawa nafsunya. Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi yaitu sebagai khalifah dan ‘abdullah merupakan satu paduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi seorang seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Dengan demikian manusia sebagai khalifah dan ‘abdullah (hamba Allah) merupakan kesatuan yang menyempurnakan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang memiliki kebebasan, berkreasi, dan sekaligus menghadapkannya pada tuntunan kodrat yang menempatkan posisinya pada keterbatasan. Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya, atau dengan kata lain kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada kontek individu dan sosial yang berporos pada Allah SWT, seperti yang dijelaskan pada firman Allah surat Ali Imran: 112. TERIMA KASIH