Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM INTRAVENA


PADA FIMOSIS

Pembimbing : dr. DIAH WIDYANTI, Sp.An, (KIC)

Oleh : Brina S Rihulay, S.ked (0100840053)

1 SABTU, 3 FEBRUARI 2018


PENDAHULUAN
Anestesi  Yunani. An-“tidak, tanpa” dan aesthesos, “persepsi,
kemampuan untuk merasa”. Secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan.

Ada tiga kategori utama anestesi yaitu anestesi umum,


anestesi regional dan anestesi lokal.
.

Seorang ahli anestesi akan menentukan jenis anestesi keuntungan


dan kerugian dari masing-masing tindakannya tersebut. Contohnya
pada tindakan pembedahan sirkumsisi pada kasus fimosis
digunakan anestesi umum.
2 3/2/2018
PENDAHULUAN

Insiden fimosis fisiologis sekitar 10% dan 1% pada umur 4 dan 14


tahun. Insidensi fimosis secara patologis 0,4% per 100 anak laki-
laki setiap tahun, 0,6% diketahui mengalami fimosis pada usia
15 tahun.

Salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan pada pasien


fimosis adalah sirkumsisi.

3 10/15/2019
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM
Anestesi umum suatu keadaan dimana terjadi kehilangan
kesadaran secara reversible yang disebabkan oleh obat
anestesi, disertai oleh hilangnya sensasi nyeri diseluruh
tubuh.

Trias anestesi :
1. sedasi,
2. analgesi,
3. relaksasi

4 10/15/2019
TUJUAN ANESTESI UMUM

Upaya untuk menciptakan kondisi sedasi, analgesi,


relaksasi, dan penekanan refleks yang optimal serta
adekuat.

5 10/15/2019
TAHAPAN ANESTESI UMUM
Persiapan praanestesi
 Informed consent (izin dari pasien)
 Pemeriksaan Fisik Peralatan anestesi umum
 Pemeriksaan penunjang  Peralatan monitor
TD, nadi, saturasi O2 & EKG.
 Peralatan resusitasi/anestesi umum

6 10/15/2019
TAHAPAN ANESTESI UMUM

Induksi
 Secara intravena (tiopental, ketamin,
diazepam, midazolam, dan propofol)

 Jalan napas dikontrol dengan sungkup


muka atau pipa napas orofaring/nasofaring

 Setelah kedalaman anestesi tercapai, posisi


pasien disesuaikan dengan posisi operasi

7 10/15/2019
Rumatan anestesi
 Selama operasi berlangsung dilakukan pemantauan
anestesi.
 fungsi vital (TTV)
 kedalaman anestesi

8 10/15/2019
PEMULIHAN PASCA ANESTESI

• Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan


(recovery room) .

• Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien


dalam anestesi ringan atau sadar.

• Pemeriksaan TTV setiap 5 menit dalam 15 menit pertama


atau hingga stabil.

9 10/15/2019
FIMOSIS

10 10/15/2019
DEFINISI
 Fimosis adalah penyempitan orifisium preputium sehingga
preputium tidak dapat ditarik ke belakang dari ujung
glans penis.

 Rektum terletak di anterior sak Gambar 1. Physiologic phimosis vs pathologic phimosis


ira kira 15 cm.

Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum.

11 10/15/2019
VASKULARISASI PENIS
Penis diperdarahi terutama oleh cabang arteri pudenda interna :

Arteri dorsalis penis : berjalan pada setiap sisi vena dorsalis profunda
dalam sulcus dorsalis di antara corpora cavernosa, corpus spongiosum
dan pars spongiosa uretra dan kulit.

Arteri profunda penis : menembus crura di proksimal dan berjalan


disebelah distal dekat pusat corpora cavernosa, yang memperdarahi
jaringan erektil pada struktur-struktur tersebut.

Arteri-arteri pada bulbus penis : memperdarahi bagian posterior


(bulbosa) corpus spongiosum dan uretra di dalamnya serta glandula
bulbouretralis.

12 10/15/2019
KLASIFIKASI FIMOSIS

Fimosis kongenital
Faktor perlengketan antara kulit pada penis
(fimosis fisiologis,
bagian depan dengan glans penis sehingga muara
fimosis palsu, pseudo
pada ujung kulit penis seakan-akan terlihat sempit.
fimosis)

Fimosis ini disebabkan oleh sempitnya muara di ujung


Fimosis didapat kulit penis secara anatomis. Hal ini berkaitan dengan
(fimosis patologik, kebersihan (higiene) yang buruk, peradangan kronik

fimosis yang glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik),


atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
sebenarnya, true
retraction) pada fimosis kongenital yang akan
fimosis)
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis)
dekat bagian kulit preputium yang membuka.

13 10/15/2019
GEJALA KLINIS

 Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan


urin (ballooning)
 Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung penis
menggembung saat mulai buang air kecil yang
kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu
tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada
ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang
sempit.

14 10/15/2019
 Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air
kecil karena timbul rasa sakit.
 Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika
akan dibersihkan
 Urin keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan
kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak
dapat diduga
 Bisa juga disertai demam
 Iritasi pada penis.

15 10/15/2019
DIAGNOSA
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
anamnesis didapatkan  Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis,
keluhan berupa ujung dapat ditemukan kulit yang tidak
kemaluan menggembung saat dapat diretraksi melewati gland
mulai buang air kecil yang penis.
kemudian menghilang setelah  Pada fimosis fisiologis, bagian
berkemih dan biasanya bayi
menangis dan mengejan saat preputial orifice tidak ada luka dan
buang air kecil karena timbul terlihat sehat, sedangkan pada
rasa sakit fimosis patologis terdapat jaringan
fibrus berwana putih yang
melingkar.
Balonoposthitis (Inflamasi pada glans dan preputium).
komplikasi Hidronefrosis (Terjadi kerusakan pada ginjal akibat dari penumpukan
urin).
Parafimosis (Penarikan Preputium yang berlebih dan menyebabkan
gangren).
Kanker Penis (Akibat penumpukan dari smegma).
16 10/15/2019
TATALAKSANA

Tindakan yang dilakukan pada pasien fimosis yang


menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
preputium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan
infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.

17 10/15/2019
PROGNOSIS

Fimosis tidak kambuh setelah sirkumsisi yang tepat. Jika


terlalu banyak kulit penis yang tersisa, sirkumsisi
berulang mungkin diperlukan untuk alasan medis atau
hasil yang lebih baik.

18 10/15/2019
ANESTESI PADA ANAK
JALAN NAPAS SIGNIFIKANSI

Pernapasan hidung yang obligat, nares Bernapas hanya melalui hidung yang
sempit mudah tersumbat oleh sekresi

Lidah yang besar Dapat menyumbat jalan napas dan


membuat laringoskopi dan intubasi lebih
sulit
Laring dan trakea berbentuk corong Bagian tersempit trakea adalah krikoid;
pasien sebaiknya dipasangkan ETT
berukuran <30 cm H2O untuk mencegah
tekanan yang berlebihan pada mukosa
trakea

19 10/15/2019
ANESTESI PADA ANAK
SISTEM PULMONAL ANAK SIGNIFIKANSI
Alveoli yang sedikit dan lebih kecil Jumlah alveoli pada usia ≥ 6 tahun 13
kali lebih banyak
Kemampuan pengembangan lebih kecil, Kecenderungan collaps jalan napas
Kurang elastis lebih besar

Resistensi jalan napas lebih besar Tenaga untuk bernapas lebih besar
dikarenakan jalan napas lebih kecil dan rentan terkena penyakit pada
saluran napas yang kecil

Iga-iga lebih horizontal, lebih lunak dan Mekanisme dinding dada tidak efisien
mengandung lebih banyak kartilago

Kapasitas total paru (TLC) kurang, Desaturasi terjadi lebih cepat


respiration rate dan metabolik lebih cepat

20 10/15/2019
ANESTESI PADA ANAK
Paru dan sistem pernafasan Sistem kardiovaskular:
Laju metabolisme yang tinggi Tonus vagus tinggi cenderung terjadi
menyebabkan cadangan oksigen yang bradikardia
jauh lebih kecil, sehingga kurangnya
kadar oksigen yang tersedia pada udara
inspirasi, dapat menyebabkan terjadinya
bahaya hipoksia yang lebih cepat
Pengaturan
dibandingkan pada orang dewasa.
termoregulatorbuh
Pusat pengaturan suhu di hipotalamus belum
berkembang, walaupun sudah aktif.

Kelenjar keringat belum berfungsi, mudah


kehilangan panas tubuh Hipotermia

21 10/15/2019
Manajemen Anestesi dan Perioperatif pada pasien
bedah fimosis

Persiapan Pra Operasi Intraoperatif


1. Antibiotik profilaksis 1. Agen anestesi Umum
2. Preoperative nutrisi dan 2. Penggunaan analgesia dan anestesi
karbohidrat loading regional
3. Stres dan respon imun 3. Optimalisasi Hemodinamika
4. Modifikasi respon Stres

Pasca operasi
1. Pemulihan - konvensional
2. Terapi cairan dan nutrisi

22 3/2/2018
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : An. A. H
No. DM : 32 44 63
Umur : 10 tahun
Alamat : Komp. RSUD
BB : 34 Kg
TB : 140 cm
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pelajar
Suku bangsa : Papua
Ruangan : RBW
Tanggal operasi : 10 Juli 2017

23 10/15/2019
ANAMNESA

Keluhan
utama BAK sedikit

Pasien diantar oleh orang tuanya ke poliklinik bedah


urologi dengan keluhan buang air kecil sedikit. Keluhan
Riw. Penyakit diketahui orang tua pasien sejak 1 tahun SMRS.
sekarang Keluhan disertai dengan durasi buang air kecil yang
lama, kulit penis tidak dapat ditarik ke pangkal penis,
dan ujung penis menggembung setiap buang air kecil.
Pasien tidak mengeluhkan sakit saat buang air kecil.
Warna urin jernih, tidak ada darah, BAB baik,
konsistensi padat.

24 10/15/2019
Riw. Penyakit dahulu
Riw. Hipertensi : disangkal
Riw. Diabetes melitus : disangkal
Riw. Penyakit kardiovaskular : disangkal
Riw. Penyakit pernapasan : disangkal
Riw. Operasi sebelumnya : disangkal
Riw. Obat yang diminum : tidak ada
Riw. Anestesi : disangkal
Riw. Alergi

Riw. Penyakit keluarga Riw. alergi makanan : disangkal


Riw. alergi minuman : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riw. alergi obat : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwyata hipertensi : disangkal

25 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK

a. Vital Sign

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis


 GCS : E4V5M6
 TTV
Tekanan Darah = 110/70mmHg,
Nadi = 80x/menit reguler, kuat angkat, terisi penuh
RR = 22 x/menit,
suhu = 36,6oC
SpO2 = 100%

26 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

 Kepala : Norrmocephali, jejas (-), edema (-)

 Mata : Conjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-).

 Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-)

 Telinga : Deformitas (-), darah (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal,


trakea di tengah, mallampati score I.

27 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax

 Paru-paru

 Inspeksi : simetris, dalam keadaan statis & dinamis,

 retraksi dinding dada (-), jejas (-)

 Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri simetris

 Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri

 Auskultasi : suara nafas dasar : vesikuler (+/+) suara tambahan :


wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

28 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi : Pekak
Batas jantung kanan di SIC 4 linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri di SIC 5 linea midclavicula sinistra
Pinggang jantung di SIC 2 linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I=II reguler, murmur (-), S3 gallop (-)


29 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen

 Inspeksi : tampak supel, datar, jejas (-)

 Auskultasi : peristaltic (+) 2-3x / menit

 Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor kulit normal, massa (-)

hepar : tidak teraba membesar

Lien : tidak teraba membesar

 Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

30 10/15/2019
PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas
Superior : akral teraba hangat(+), sianosis (-/-), edema (-/-)

Inferior : akral hangat (+), sianosis (-/-), edema (-/-)

Status Lokalis :
Regio Penis
Inspeksi :
Tampak kulit penis menutupi bagian kepala penis, udem (-), hiperemis (-), ulkus (-)
Palpasi :
Teraba gland penis, nyeri tekan (-), kulit penis tidak dapat diretraksi ke pangkal penis,
terlihat perlengketan preputium dan gland penis, suhu kulit normal

31 10/15/2019
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL UJI HEMATOLOGI RUTIN


9 JULI 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

1 Eritrosit 3,00 juta/ul 3,69-5,46 juta/uL

2 Leukosit 7,49 ribu/uL 3,8 – 10,6 ribu/uL

3 Hemoglobin 13,6 g/dl 12,2 – 14,3 g/dl

6 Hematokrit 37,7% 40 – 52%

7 Trombosit 279 ribu/uL 150 – 400 ribu/uL

8 Bleeding Time 2’30” Ivy:1-6; Duke 1-3

9 Clotting Time 10’00” Ivy:1-7; Lee&White 5-11

32 10/15/2019
KONSULTASI TERKAIT

Jawaban Konsul dr. DS, SpAn KIC (9 Juli 2017) :


Informed consent
Puasa mulai dari jam 24.00 WIT
Jam 06.00 :
-Pasang infus D5 1/2 NS 16 tpm makro
-Pemberian Antibiotik Cefotaxime 850 mg (IV)

33 10/15/2019
PENENTUAN PS ASA

Phisican Status American Society of Anesthesiology 2 yaitu pasien


dengan penyakit ringan sampai sedang atau dalam kondisi
spesial pada pediatri.

34 10/15/2019
Persiapan Anestesi
PS ASA II
Hari/Tanggal Senin, 10 Juli 2017
Ahli Anestesiologi dr. D S, Sp.An KIC
Ahli Bedah dr. B P, Sp.U
Diagnosa Pra Bedah Fimosis
Diagnosa Pasca Bedah Fimosis
Keadaan Pra Bedah
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Makan terakhir 9 jam lalu
BB
34 kg
TTV
TD :110/70mmHg,
N: 80x/m reguler, kuat angkat, terisi penuh
RR: 22x/m,
SB: 36,6’C,
SpO2 100 %

35 10/15/2019
B1 Airway bebas, malampati score: I. Thoraks simetris, RR: 22 x/m, palpasi: Vocal
fremitus D=S, perkusi: sonor, suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- .

B2 Perfusi: hangat, kering, merah. Capilary Refill Time <2 detik, konjungtiva
anemis -/-.

B3 Kesadaran compos mentis, GCS: 15 (E4V5M6), riwayat pingsan (-), riwayat


kejang (-).

B4 Tidak terpasang DC, produksi urin pre op 200 cc

Status Lokalis :
Regio Penis
Inspeksi : Tampak kulit penis menutupi bagian kepala penis, udem (-),
hiperemis (-), ulkus (-)
Palpasi : Teraba gland penis, nyeri tekan (-), kulit penis tidak dapat diretraksi
ke pangkal penis, terlihat perlengketan preputium dan gland penis, suhu kulit
normal
B5 Perut tampak datar, supel; palpasi: supel, nyeri tekan (-), perkusi: timpani,
BU (+) 2-3x/menit

B6 Akral hangat (+), edema (-), Fraktur (-),

36 10/15/2019
Laporan Anestesi
Jenis Pembedahan Sirkumsisi

Lama Operasi 30 menit (08.45-09.15)

Jenis Anestesi General anestesi - TIVA

Lama Anestesi 35 menit (08.50-09.20)

Teknik Anestesi Pasien tidur terlentang, premedikasi, preoksigenasi, dan induksi


intravena dengan ketamin 30 mg dan propofol 30mg, maintenance
dengan O2 masker 6 lpm
Teknik Khusus (-)

Pernafasan Pernafasan spontan


Premedikasi Sulfas Atropin 0,25 mg
Posisi Terlentang
Midazolam 2 mg
Infus Tangan kiri, IV line abocath 22 G, cairan : RL 500 cc

Penyulit (-)
Petidin 30mg
pembedahan
Akhir TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, RR: 22 x/m, SpO2: 100%
pembedahan
Medikasi Ketamin 30 mg
Terapi Khusus (-)
Pasca Bedah
Propofol 30 mg
Penyulit Pasca (-) Ventanil 25 mg
Bedah Propofol 20 mg
Hipersensitivitas (-)
37 10/15/2019 Ketamin 20 mg
Laporan Pembedahan
Nama Pasien : An. A. H
Umur : 10 tahun
Nomor DM : 32 44 63
Nama Ahli Bedah : dr. B.P, Sp.U
Nama Asisten : br. Yan Marthen
Nama Ahli Anastesi : dr. D. S, Sp.An KIC
Nama Perawat Anastesi : zr. Ranu Mengendong
Jenis Anastesi : General Anestesi TIVA (Total Intra Vena Anesthesia)

Diagnosis Pre Operatif : Fimosis


Diagnosis Post Operatif : Fimosis
Jaringan yang di Eksisi/Insisi : Sirkumsisi
Tanggal Operasi / Jam mulai : Senin, 10 Juli 2017/30 menit (08.45-09.15)

Laporan Operasi:
1. Pasien berbaring supine, dalam stadium anestesi dilakukan prosedur aseptik antiseptik
2. Persempit medan operasi dengan duk steril
3. Dilakukan eksisi sirkular pada preputium
4. Jahit preputium
5. Operasi selesai

38 10/15/2019
OBSERVASI DURANTE OPERATION
Diagram Observasi Vital Sign An. A.H (10 thn)
350

98
300 87 84
104

70 79 77
250

129 138
129
200 118
118 Sistole
104 103
Diastole
150 Nadi

100
84 82 80 79 80 80
72
50

0
8:50 8:55 9:00 9:05 9:10 9:15 9:20

39 10/15/2019
BALANCE CAIRAN
Cairan yang dibutuhkan Aktual
PRE OPERASI PRE OPERASI
1. Maintenance = Holiday segar Input : D5 ½ NS 500 cc, RL 500
BB: 34 kg  10 x 100 = 1000 cc
10 x 50 = 500 Output : Urine : 200 cc
14 x 20 = 280 +
1.780
1.780 cc / 24 jam = 74 cc / jam
2. Replacement
Pengganti puasa 9 jam :
9 jam x kebutuhan cairan/jam=
9 x 74 cc = 666 cc
3. Perdarahan = -

40 10/15/2019
BALANCE CAIRAN
DURANTE OPERASI DURANTE OPERASI
Kebutuhan cairan selama operasi 35 menit
Input :
Maintenance RL 500 cc
34 kg x 1-2 cc/kgbb/jam = 34 – 68 cc/jam Output :
Tidak terpasang DC,
Untuk 30 menit = 1Τ2 x 34 – 68 cc/jam = 17 – 34 cc
Suction : -

Replacement Total Perdarahan = 10 cc


Perdarahan ± 10 cc Kasa = 2 x 5cc
= 10 cc
EBV = 10 cc x BB = 10 cc x 34 kg = 340 cc
*catatan : ABL = 10% EBV = 34 cc ;

EBL = 10 cc, dapat diganti dengan cairan kristaloid


= 2 - 4 x EBL = 20 - 40 cc

Total kebutuhan cairan durante operasi :


= (17 – 34 cc) + (20 – 40 cc)
= 37 – 74 cc
41 10/15/2019
POST OPERASI POST OPERASI
1. Maintenance = holiday segar
BB: 34 kg  10 x 100 = 1000 Input :
10 x 50 = 500 RR  RL 24 tpm makro
14 x 20 = 280 +
1.780 cc
1775 cc/24 jam = 72 cc/jam  24 tpm makro

42 10/15/2019
INSTRUKSI POST OP
 Photo Rontgen Thorax PA
 IVFD NaCL 500 cc 20 tpm
 Cefotaxime 2x1 gr (IV)
 Ketorolac 3x1 amp (IV)
 Bila sadar mulai latihan minum  makan

43 10/15/2019
PEMBAHASAN
 Klasifikasi status penderita  PS. ASA 2 (yaitu
seorang pasien dengan penyakit ringan sampai
sedang atau dalam kondisi spesial pada pediatri).

 Umur pasien 10 tahun, termasuk kategori PEDIATRI

44 10/15/2019
PEMBAHASAN
MENGAPA GENERAL ANESTESI ??
• Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien intraoperatif.
• Memungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk waktu yang lama.
• Memfasilitasi kontrol lengkap jalan nafas, pernapasan, dan sirkulasi.
• Dapat digunakan dalam kasus kepekaan terhadap agen anestesi
lokal.
• Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi telentang.
• Dapat disesuaikan dengan mudah dengan prosedur durasi atau
jangkauan yang tidak dapat diprediksi.
• Dapat dikelola dengan cepat dan reversible.
Pada pasien dilakukan
anestesi umum.

45 10/15/2019
Penentuan obat anestesi INTRAVENA
TEORI KASUS

• PROPOFOL Pada pasien diberikan :


• KETAMIN Ketamin 30 mg
• THIOPENTAL Propofol 30 mg
• OPIOID) Ventanil 25 mg
Propofol 20 mg
Ketamin 20 mg

46 10/15/2019
CRITICAL POINT
 Penatalaksanaan anastesi pada pediatri sedikit
berbeda bila dibandingkan dengan dewasa. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan mendasar
meliputi perbedaan anatomi, fisiologi, respon
farmakologi dan psikologi disamping prosedur
pembedahan yang berbeda pada anak.

47 10/15/2019
 Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
critical point dalam tatalaksana anestesi pada kasus ini.
pada pasien ini critical point pada masing-masing sistem
organ dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Problem Actual Potensial Antisipasi
List
B1 Airway bebas, malampati Sumbatan jalan napas Pengguanaan tampon, ETT,
score : I, gigi palsu (-), akibat aspirasi darah, O2 masker sesuai saturasi O2,
thoraks simetris, ikut gerak dan ‘jatuhnya’ pangkal chin lift, jaw trust, suction bila
napas, RR: 20 x/m, perkusi: lidah. perlu
sonor, suara napas vesikuler
+/+, ronkhi-/-, wheezing -/-
B2 Perfusi: hangat, kering, Hipovolemik, kelebihan Resusitasi cairan, monitoring
merah. Capilarry Refill Time cairan atau overload, vital sign
< 2 detik, BJ: I-II murni Bradikardia, hipotensi,
regular, konjungtiva anemis perdarahan
-/-
48 10/15/2019
B3 Kesadaran Compos Penurunan Observasi kesadaran
Mentis, GCS: 15 kesadaran, (GCS), support ABCD
(E4V5M6), riwayat peningkatan TIK atau B1-B3
kejang (-), riwayat akibat obat anestesi.
pingsan (-)
B4 Tidak terpasang DC, Oliguria Rehidrasi, Monitoring
produksi urin pre op produksi urin
200 cc, warna kuning
jernih
B5 Perut tampak datar, Risiko refluks Pemberian Ranitidin dan
nyeri tekan (-), BU (+) gastroesofageal saat Ondansentron
normal, hepar dan lien operasi.
tidak teraba
membesar
B6 Akral hangat (+), Posisikan pasien dengan
edema extremitas (-) tepat

49 10/15/2019
Kebutuhan Cairan Preoperatif
 Kebutuhan cairan pasien dihitung menggunakan rumus
Holiday segar, didapatkan 74 cc/jam. Pasien puasa
selama 9 jam sehingga kebutuhan rumatan pasien
harus dipenuhi sebelum operasi ialah :

 Kebutuhan cairan per jam x waktu puasa selama 9 jam


adalah 666 cc. Selama pre operatif tidak terdapat
perdarahan. Kebutuhan cairan sudah terpenuhi: D5 ½
NS 500 cc ditambah dengan RL 500 cc sejak pasien
mulai berpuasa dan habis sesaat setelah pasien tiba di
kamar operasi.

50 10/15/2019
DURANTE OPERATIF
 Selama operasi, kebutuhan cairan maintenance pada
durante operasi selama 30 menit adalah 37-74 cc.
Didapatkan perdarahan pada 3 buah kassa, sehingga
perdarahan total ± 10 cc. Jadi, total kebutuhan cairan
durante operasi ialah kebutuhan cairan replacement
dijumlahkan dengan kebutuhan cairan maintenance
adalah 37-74 cc.

51 10/15/2019
 Pada saat operasi cairan yang masuk ialah Ringer
Laktat 500 cc, sehingga kebutuhan cairan sudah
terpenuhi selama operasi berlangsung.

 Setelah operasi selesai dan pasien diobservasi di RR,


kebutuhan cairan post operatif pada pasien dihitung
dengan rumus holiday segar, didapatkan kebutuhan
cairan pasien adalah 74 cc/jam, sehingga pasien diberi
cairan Ringer laktat dengan kecepatan 24 tpm makro.

52 10/15/2019
POST OPERATIF

 Pasca operasi pasien di evaluasi di RR, untuk di nilai


kesadaran pasien.

 Bila keadaan pasien mulai membaik pasien dapat


dikembalikan ke ruang perawatan.

 Bila keadaan umum pasien mulai stabil, tidak ada


keluhan mual ataupun muntah, pasien dapat di
anjurkan untuk minum sedikit sedikit dan pada malam
hari pasien dapat disarankan untuk makan.

53 10/15/2019
 Untuk penilaian kesadaran pasien post operasi dengan anestesi
umum dapat dinilai menggunakan STEWARD SCORE:

Yang dinilai Nilai


Pergerakan
 Gerak bertujuan 2
 Gerak tak bertujuan 1
 Diam 0

Pernapasan
 Teratur, batuk, menangis 2
 Pertahankan jalan napas 1
 Perlu dibantu 0

Kesadaran
 Menangis 2
 Bereaksi terhadap rangsangan 1
 Tidak bereaksi 0

54 10/15/2019
 Pada pasien An. A.H 10 th didapatkan :

 Pasien dapat mengangkat keempat ekstremitas (skor


2),
 Dapat bernapas dalam dan batuk (skor 2),
 Kesadaran Compos Mentis (skor 2 )

STEWARD SCORE 6, pasien dapat dipindahkan ke ruang


perawatan.

55 10/15/2019
PENUTUP
Kesimpulan

 Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


pasien didiagnosis FIMOSIS

 Klasifikasi status penderita digolongkan dalam PS. ASA 2

 Pada kasus ini dilakukan tindakan SIRKUMSISI

 Umur pasien 10 tahun → PEDIATRI

 Jenis anestesi berupa General Anestesi.

 Resusitasi dan terapi cairan perioperatif kurang lebih telah memenuhi


kebutuhan cairan perioperatif pada pasien ini, terbukti dengan stabilnya
hemodinamik durante dan post operatif.
56 10/15/2019
SARAN
Penatalaksanaan anestesi perlu dilakukan dengan baik mulai dari
persiapan pre anestesi, tindakan anestesi hingga observasi post operasi,
terutama menyangkut resusitasi cairan yang akan sangat mempengaruhi
kestabilan hemodinamik perioperatif pasien.

57 10/15/2019
58 10/15/2019

Anda mungkin juga menyukai