Step 1
Sirkumsisi : sebuah tindakan utk memisahkan/ membuang preputium dari glands penis secara
sirkuler/ memutar tetapi di hindari frenulum preputium agar tidak terpotong
Step 2
Step 3
2. Apakah Keluhan yg dirasakan sejak lahir itu berhubungan dgn kelainan tertentu?
Ya, jika masih 1 Tahun masih normal tetapi bila umur 3-4 TAHUN sudah abnormal
Jika OUE tertutupi preputium menggelembung si ibu harus mengangngkat
preputium ke proksimal jika tidak bisa abnormal
Preputium lengket atau kurang elastic???
Usia 3-4 thn terjadi ereksi alamiah dan smegma membantu pemisahan glands
penis dan preputium
Kapan di produksi smegma?? Saat 1 thn belum di produksi
3. Kenapa timbul rasa nyeri saat miksi?
Smegma tertimbun Preputium iritasi d glans (luka) bila terkena urin akan nyari
Menggelembung menekan saraf sekitar (nervus sensorik) nyeri saat miksi
Tidak ada panas ( tidak ada tanda inflamasi)
Proses ballooning penggelembungan preputium saat miksi Karena ketidakseimbangan
antara pancaran urin dengan urin yg keluar. Urin mengandung glukosa pertumbuhan
bakteri infeksi ( serta menekan saraf sekitar)
Bakteri anaerob, balanitis (glans penis). Postitis (preputium), balanopostitis( glans penis
dan preputium)
4. Mengapa dokter menyarankan utk dilakukan sirkumsisi dan apa keuntungan serta
kerugiannya ? apa indikasi dan kontraindikasi di lakukan sirkumsisi?
Preputium melekat d glans penis memisahkan keduannya
Keuntungan : mengurangi rasa nyeri
Kerugian: jika fimosis dilakukan sirkumsisi akan terasa nyeri sekali
Jika perdarahan (arteri frenuralis terkena)
Indikasi: jika ada keluhan nyeri, parafimosis, fimosis
Contra indikasi: epispadia dan hypopasdia,
5. Apakah kemungkinan obat yg di berikan dokter dan Bagaimana kerja obat itu terhadap
keluhan ini?
Nyeri kematian sel menghasilkan prostaglandin--> merangsang nyeri
Nyeri anti nyeri
Inflamasi anti inflamasi
Salep topikal dexametason 0,1 % anti radang
6. Mengapa dirasakan makin lama makin sakit dan di rasakan melembung makin besar?
Karena adanya urin yg menumpuk
7. Apa saja kelainan bawaan Sal.Kemih?
Ginjal:
ginjal ektopik
agenesis ginjal dan disgenesis ginjal
polikistik ginjal
horse shoe kidney
ureter:
ureter ektopik
ureterococele
mega ureter
VU:
Ekstrococele
Penis dan urethra:
Epispadia
Hypospadia
Fimosis
Parafimosis
Scrotum dan testis
Hydrokel
Varikokel
Testis maldesensus
Torsio testis
spermatokel
DD:
FIMOSIS
1. Definisi
Suatu keadaan dimana preputium tidak bisa di tarik ke proximal disebabkan karena
kongenital atau luka (jaringan parut)
2. Eti0logi
Balanopostitis, stenosis prepusium
3. Patogenesis
4. Patofisiologi
Normalnya preputium melingkupi glans penis dari glans penis sampai OUE
Kulit elastic tetpi pd kelainan congenital terjadi stenosis (kekakuan) jadi tdk bisa di
tarik ke proximal dan lengket menyebabkan penyempitan OUE menggelembung
dan nyeri saat miksi
5. Manifestasi klinis
Sulit miksi
Nyeri
Pancaran saat miksi mengecil
Balooning
Retensi urin
Jika sampai komplikasi balanopostitis bisa ada ulser
6. Penatalaksanaan
Diberi anti nyeri
sirkumsisi
7. Pencegahan
Saat lahir di priksa
Dari awal d latih
8. Komplikasi
Step 7
Ujung penis melembung dapat dikarenakan adanya penyempitan pada ujung preputium
karena terjadi perlengketan dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke proksimal)
sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran urin dimana urin mengumpul di ruang
antara preputium dan glans penis (tampak menggelembung).
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah
antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi
penis yang terjadi berkala membantu prepusium terdilatasi sehingga retraktil dan dapat
ditarik ke proksimal.
Fimosis gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil
balooning preputium penis saat miksi retensio urine
DASAR-DASAR UROLOGI. EDISI KE-2. Basuki B Purnomo
2. Apakah Keluhan yg dirasakan sejak lahir itu berhubungan dgn kelainan tertentu?
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah
antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi
penis yang terjadi berkala membantu prepusium terdilatasi sehingga retraktil dan dapat
ditarik ke proksimal.
Fimosis gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil
balooning preputium penis saat miksi retensio urine
DASAR-DASAR UROLOGI. EDISI KE-2. Basuki B Purnomo
4. Mengapa dokter menyarankan utk dilakukan sirkumsisi dan apa keuntungan serta
kerugiannya ? apa indikasi dan kontraindikasi di lakukan sirkumsisi?
Pada femosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya prepusium pada
saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi merupakan indikasi untukdilakukan
sirkumsi.
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat
berupasirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus
dengankomplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium
saat miksi,sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan
sirkumsisiplastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit denganmempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama,
perlengketandibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve.
Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak
dianjurkan.Kontraindikasi operasi adalah infeksi lokal akut dan anomali kongenital dari
penis.
3. METODE LONCENG
Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung
penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng,
akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang
mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai
darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan nantinya terlepas
sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama,
sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara
Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord
Device.
4. METODE KLAMP
Metode Klamp ini memilik banyak variasi alat dan nama
walaupun perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit
dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian
dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan
penjahitan. Diantaranya adalah : Gomco, Ismail Clamp, Q-
Tan, Sunathrone Clamp, Alis Clamp, Tara Clamp dan Smart
Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang
adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.
Metode Cincin (Tara Clamp)
Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada
tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari plastik dan untuk
sekali pakai. Di Indonesia Metode Cincin dicetuskan oleh
oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
6. METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan dari metode
elektrokautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat
dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter
langsung dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah
terdapat energi dari rechargeable battery buatan Matshusita
Jepang.
Flashcutter pertama kali diluncurkan di Indonesaia tahun
2006 oleh Uniceff Corporation. Cara pemotongan pada
khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah (digesek,
diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan
sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan luka bakar
sangat minimal).
5. Apakah kemungkinan obat yg di berikan dokter dan Bagaimana kerja obat itu terhadap
keluhan ini?
Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral.
Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan
mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa
prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral
dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga
terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf
6. Mengapa dirasakan makin lama makin sakit dan di rasakan melembung makin besar?
Pada kondisi normal, di ujung alat kelamin anak terdapat bagian kulup yang
mengandung smegma, zat berlemak yang diproduksi kepala penis dan kulup. Bagian
tersebut harus dibersihkan secara teratur, karena zat tersebut akan diproduksi terus.
Bila tidak dibersihkan, kotorannya akan menumpuk dan bisa menimbulkan infeksi.
Caranya, dengan menarik sedikit bagian kulup hingga kepala penis keluar. Kemudian
bersihkan bagian dalamnya secara perlahan dengan air dan kapas
anak dewasa (pada pria ) peningkatan perkembangan alat reproduksi (perubahan
eksternal yang terlihat dari alat kelamin, karakteristik seks sekunder, seperti
pertumbuhan rambut, Volume testis)
The body of the penis is cylindrical in shape and consists of three internal chambers. These
chambers are made up of special, sponge-like erectile tissue. This tissue contains thousands of
large caverns that fill with blood when the man is sexually aroused. As the penis fills with blood,
it becomes rigid and erect, which allows for penetration during sexual intercourse. The skin of
the penis is loose and elastic to accommodate changes in penis size during an erection.
Semen, which contains sperm (the male reproductive cells), is expelled through the end of the
penis when the man reaches sexual climax (orgasm). Disorders of the penis can affect a mans
sexual functioning and fertility.
Anesthesia
Treatment for priapism is important, because a prolonged erection can scar the penis if not
treated. The goal of treatment is to relieve the erection and preserve penile function. In most
cases, treatment involves draining the blood using a needle placed in the side of the penis.
Medications that help shrink blood vessels, which decreases blood flow to the penis, also may be
used. In rare cases, surgery may be required to avoid permanent damage to the penis. If the
condition is due to sickle cell disease, a blood transfusion may be necessary. Treating any
underlying medical condition or substance abuse problem is important to preventing priapism.
Peyronies disease
Peyronie's disease is a condition in which a plaque, or hard lump, forms on the penis. The plaque
may develop on the upper (more common) or lower side of the penis, in the layers that contain
erectile tissue. The plaque often begins as a localized area of irritation and swelling
(inflammation), and can develop into a hardened scar. The scarring reduces the elasticity of the
penis in the area affected.
Peyronie's disease often occurs in a mild form that heals without treatment in six to 15 months.
In these cases, the problem does not progress past the inflammation phase. In severe cases, the
disease can last for years. The hardened plaque reduces flexibility, causing pain and forcing the
penis to bend or arc during erection.
In addition to the bending of the penis, Peyronies disease can cause general pain as well as
painful erections. It also can cause emotional distress, and affect a mans desire and ability to
function during sex.
The exact cause of Peyronie's disease is unknown. Cases that develop quickly, last a short time
and go away without treatment most often are due to a trauma (hitting or bending) that causes
bleeding inside the penis. Some cases of Peyronies disease, however, develop slowly and are
severe enough to require surgical treatment. Other possible causes of Peyronies disease include:
Heredity Some studies suggest that a man who has a relative with Peyronies disease
is at greater risk for developing the disease himself.
Because the plaque of Peyronie's disease often shrinks or disappears without treatment, most
doctors suggest waiting one to two years or longer before attempting to correct it with surgery. In
many cases, surgery produces positive results. But because complications can occur, and because
many of the problems associated with Peyronie's disease (for example, shortening of the penis)
are not corrected by surgery, most doctors prefer to perform surgery only on men with curvatures
so severe that sexual intercourse is impossible.
There are two surgical techniques used to treat Peyronies disease. One method involves the
removal of the plaque followed by placement of a patch of skin or artificial material (skin graft).
With the second technique, the surgeon removes or pinches the tissue from the side of the penis
opposite the plaque, which cancels out the bending effect. The first method can involve partial
loss of erectile function, especially rigidity. The second method, known as the Nesbit procedure,
causes a shortening of the erect penis.
A non-surgical treatment for Peyronies disease involves injecting medication directly into the
plaque in an attempt to soften the affected tissue, decrease the pain and correct the curvature of
the penis. Penile implants can be used in cases where Peyronies disease has affected the mans
ability to achieve or maintain an erection.
Balanitis
Balanitis is an inflammation of the skin covering the head of the penis. A similar condition,
balanoposthitis, refers to inflammation of the head and the foreskin. Symptoms of balanitis
include redness or swelling, itching, rash, pain and a foul-smelling discharge.
Balanitis most often occurs in men and boys who have not been circumcised (had their foreskin
surgically removed), and who have poor hygiene. Inflammation can occur if the sensitive skin
under the foreskin is not washed regularly, allowing sweat, debris, dead skin and bacteria to
collect under the foreskin and cause irritation. The presence of tight foreskin may make it
difficult to keep this area clean and can lead to irritation by a foul-smelling substance (smegma)
that can accumulate under the foreskin.
Other causes may include:
Infection Infection with the yeast candida albicans (thrush) can result in an itchy,
spotty rash. Certain sexually transmitted diseasesincluding gonorrhea, herpes and
syphiliscan produce symptoms of balanitis.
In addition, men with diabetes are at greater risk for balanitis. Glucose (sugar) in the urine that is
trapped under the foreskin serves as a breeding ground for bacteria.
Persistent inflammation of the penis head and foreskin can result in scarring, which can cause a
tightening of the foreskin (phimosis) and a narrowing of the urethra (tube that drains urine from
the bladder). Inflammation also can lead to swelling of the foreskin, which can cause injury to
the penis.
Treatment for balanitis depends on the underlying cause. If there is an infection, treatment will
include an appropriate antibiotic or antifungal medication. In cases of severe or persistent
inflammation, a circumcision may be recommended.
Taking appropriate hygiene measures can help prevent future bouts of balanitis. In addition, it is
important to avoid strong soaps or chemicals, especially those known to cause a skin reaction.
Phimosis, which is seen most often in children, may be present at birth. It also can be caused by
an infection, or by scar tissue that formed as a result of injury or chronic inflammation. Another
cause of phimosis is balanitis, which leads to scarring and tightness of the foreskin. Immediate
medical attention is necessary if the condition makes urination difficult or impossible.
Paraphimosis is a medical emergency that can cause serious complications if not treated.
Paraphimosis may occur after an erection or sexual activity, or as the result of injury to the head
of the penis. With paraphimosis, the foreskin becomes stuck behind the ridge of the head of the
penis. If this condition is prolonged, it can cause pain and swelling, and impair blood flow to the
penis. In extreme cases, the lack of blood flow can result in the death of tissue (gangrene), and
amputation of the penis may be necessary.
Treatment of phimosis may include gentle, manual stretching of the foreskin over a period of
time. Sometimes, the foreskin can be loosened with medication applied to the penis.
Circumcision, the surgical removal of the foreskin, often is used to treat phimosis. Another
surgical procedure, called preputioplasty, involves separating the foreskin from the glans. This
procedure preserves the foreskin and is less traumatic than circumcision.
Treatment of paraphimosis focuses on reducing the swelling of the glans and foreskin. Applying
ice may help reduce swelling, as may applying pressure to the glans to force out blood and fluid.
If these measures fail to reduce swelling and allow the foreskin to return to its normal position,
an injection of medication to help drain the penis may be necessary. In severe cases, a surgeon
may make small cuts in the foreskin to release it. Circumcision also may be used as a treatment
for paraphimosis.
Penile cancer
A rare form of cancer, penile cancer occurs when abnormal cells in the penis divide and grow
uncontrolled. Certain benign (non-cancerous) tumors may progress and become cancer.
The exact cause of penile cancer is not known, but there are certain risk factors for the disease. A
risk factor is anything that increases a persons chance of getting a disease. The risk factors for
cancer of the penis may include the following:
CircumcisionMen who are not circumcised at birth have a higher risk for getting
cancer of the penis.
SmegmaOily secretions from the skin can accumulate under the foreskin of the penis.
The result is a thick, bad-smelling substance called smegma. If the penis is not cleaned
thoroughly, the presence of smegma can cause irritation and inflammation.
Symptoms of penile cancer include growths or sores on the penis, abnormal discharge from the
penis and bleeding. Surgery to remove the cancer is the most common treatment for penile
cancer. A doctor may take out the cancer using one of the following operations:
Wide local excision takes out only the cancer and some normal tissue on either side.
Microsurgery is an operation that removes the cancer and as little normal tissue as
possible. During this surgery, the doctor uses a microscope to look at the cancerous area
to make sure all the cancer cells are removed.
Amputation of the penis (penectomy) is an operation that removes the penis. It is the
most common and most effective treatment of cancer of the penis. In a partial penectomy,
part of the penis is removed. In a total penectomy, the whole penis is removed. Lymph
nodes in the groin may be taken out during surgery.
Radiation, which uses high-energy rays to attack cancer, and chemotherapy, which uses
drugs to kill cancer, are other treatment options.
5. BURRIED PENIS
Burried penis adalah suatu kelainan sejak lahir di mana suatu jaringan atau lipatan scrotal kulit
mengaburkan sudut penoscrotal. Jika dokter yang melakukan khitanan tidak mengenali kondisi
ini, penis menjadi terkubur di dalam suatu lipatan kulit. Khitanan ulang untuk memindahkan kulit
kelebihan membuat situasi menjadi lebih buruk dengan kulit scrotal ke penis itu.
Pada penis tersembunyi, penile batang terkuburkan di bawah permukaan dari kulit prepubic. Ini
terjadi pada anak-anak dengan kegendutan sebab lemak prepubic yang sangat banyak dan
menyembunyikan penis itu. Kondisi juga bisa terjadi manakala batang dari penis adalah
terperangkap di dalam kulit prepubic akibat khitanan ekstrim atau trauma lain.
6. MIKROPENIS
Mikropenis jarang terjadi. Penis memiliki ukuran yang jauh di bawah ukuran rata-rata. Hampir
semua individu ini mempunyai ukuran penis normal ( 5-7 cm). Kenyataan adalah sebab penis
terkubur di lemak prepubic yang besar karena kebiasan makan yang tidak terkontrol.
Bagaimanapun, jika penis diukur dan kurang dari 4 cm, maka evaluasi lebih lanjut mungkin
perlukan. Mikropenis seringkali ditemukan pada anak yang menderita hipospadia ini mungkin
disebabkan karena mikropenis merupakan kelainan yang menyertai hipospadia.
DD:
FIMOSIS
1. Definisi
Suatu keadaan dimana preputium tidak bisa di tarik ke proximal disebabkan karena
kongenital atau luka (jaringan parut)
When the prepuce cant be drawn back so as to uncover the glans penis.
LONDON MEDICAL AND SURGICAL JOURNAL. VOLUME 7. Michael Ryan
Prepusium penis yang tidak dapat diretraksi ke proksimal sampai ke corona glans penis.
DASAR-DASAR UROLOGI. EDISI KE-2. Basuki B Purnomo
2. Eti0logi
The disease may be congenital or accidental, and the latter demands most attention on
the present occasion.
The causes of accidental phymosis are gonorrhea, excoriation from this disease, from
coition or want of cleanliness, and lastly from chanres or veneral sores on the glans
penis, or on the under surface of the prepuce.
LONDON MEDICAL AND SURGICAL JOURNAL. VOLUME 7. Michael Ryan
3. Patogenesis
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah
antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma)
mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari
glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi. Tapi pada sebagian anak,
prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami
penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi / berkemih. Smegma
terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi
oleh bakteri yang ada didalamnya.
Dasar-dasar Urologi ed.2, Basuki B Purnomo
4. Patofisiologi
Ujung penis melembung dapat dikarenakan adanya penyempitan pada ujung preputium
karena terjadi perlengketan dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke proksimal)
sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran urin dimana urin mengumpul di ruang
antara preputium dan glans penis (tampak menggelembung).
5. Manifestasi klinis
a. Gangguan aliran urine sulit kencing, pancaran urine mengecil,
menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan
menimbulkan retensi urine.
b. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada
prepusium (postitis), infeksi pada glands penis (balanitis) atau infeksi pada
glans penis dan prepusium penis (balanopostitis).
c. Benjolan lunak di ujung penis yang tidak lain adalah korpus smegma
timbunan smegma di dalam sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel-
sel mukosa prepusium dan glands penis yang mengalami deskuamasi oleh
bakteri yang ada di dalamnya.
Dasar-dasar Urologi ed.2, Basuki B Purnomo.
6. Penatalaksanaan
Fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembung ujung prepusium pada
saat miksi/ fimosis dengan postitis indikasi dilakukan sirkumsisi.
Fimosis dengan balanitis xerotika obliterans salep topikal dexametasone 0,1% 3-
4kali
DASAR-DASAR UROLOGI. EDISI KE-2. Basuki B Purnomo
7. Komplikasi
Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada kepala penis (glans
penis) dan kulitnya.
Peradangan biasanya terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri di bawah
kulit pada penis yang tidak disunat.
Penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak, serta bisa
menyebabkan terjadinya penyempitan uretra.
Striktur Urethra
a. Definisi
Berkurangnya diameter atau elstisitas urethra yang disebabkan oleh jaringan urethra diganti
jaringan ikat yang kemudian mengkerut menyebabkan lumen urethra mengecil.
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang
lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.
b. Etiologi
a. Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra,
dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan striktura uretra
adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa
tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang jarang dijumpai karena banyak
pemakaian antibiotika untuk memberantas uretritis.
c. Patogenesis
Pada striktura urethra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, sesuai dengan Hukum
Starling. Maka otot kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat
kemudian akan melemah. Jadi pada striktura urethra otot buli-buli mula-mula akan menebal
terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi
dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada
sakulasi masih di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel
buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.
Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu. Pada
fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah kencing
masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui urethra.
Pada striktura urethra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan terjadi
refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter bahkan sampai
ginjal.
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh mempertahankan
buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat mengosongkan buli-buli waktu
buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka VU
mudah terkena infeksi
Proses radang akibat tramua atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan
sikatrilk pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine
hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah
proksimal striktura) dan akhimya mengumpul di rongga periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan
abses periuretra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu
dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu
derajat:
a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
b. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan 1/2diameter lumen uretra
c. Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari 1/2diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum, yang
dikenal dengan spongiofibrosis.
d. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
a. Untuk mengetahui pola pancaran urine secara obyektif, dapat diukur dengan
cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri. Derasnya pancaran
dapat diukur dengan membagi volume urine yang dikeluarkan pada saat
miksi dibagi dengan lama proses miksi. Kecepatan pancaran pria normal
adalah 20 ml/detik. Jika kecepatan pancaran kurang dari 10 ml/detik
menandakan ada obstruksi.
b. Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra dibuat
foto uretrografi. Lebih lengkap lagi mengenai panjang striktura adalah dengan
membuat foto bipolar sistourtrografi dengan cara memasukkan bahan
kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra.
e. Penatalaksanaan
o Jika pasien data karena retensi urine, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik
untuk mengeluarkan urine. Jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan
pemberian antibiotika.
PRIAPISMUS
a. Definisi
b. Etiologi
d. Penyakit keganasan,
e. Pemakaian obat- obat tertentu (alkohol, psikotropik, dan
antihipertensi)
c. Klasifikasi
Darah kavernosa
pH <7,25 >7,5
d. Diagnosis
e. Penatalaksanaan