DEMOGRAFI (BHS YUNANI) :

DEMOS : PENDUDUK
GRAPHEIN : TULISAN/KARANGAN

JADI DEMOGRAFI, ARTINYA TULISAN-TULISAN

ATAU KARANGAN-KARANGAN TTG PENDUDUK
SUATU NEGARA.
KONSEP/DEFINISI DEMOGRAFI MENURUT PHILIP
M HAUSER DAN DUDLEY DUNCAN SEBAGAI
BERIKUT: DEMOGRAFI MEMPELAJARI JUMLAH,
PERSEBARAN TERRITORIAL, DAN KOMPOSISI
PENDUDUK SERTA PERUBAHAN-PERUBAHANNYA
DAN SEBAB-SEBAB PERUBAHAN ITU YANG BIASA
TIMBUL KARENA NATALITAS (KELAHIRAN),
MORTALITAS (KEMATIAN, GERAK TERRITORIAL
(MIGRASI) DAN MOBILITAS SOSIAL (PERUBAHAN
STATUS)
• BERDASARKAN KONSEP/DIFINISI DEMOGRAFI
TSB DPT DITARIK KESIMPULAN SBB:
(1) STRUKTUR PENDUDUK DAN
(2) PROSES PENDUDUK DI SUATU WILAYAH.
• OLEH KRN ITU, ILMU SOSIAL MENEKANKAN
STUDINYA PADA STRUKTUR PENDUDUK,
SEDANGKAN DEMOGRAFI LEBIH MENEKANKAN
STUDINYA PADA PROSES PENDUDUK
• STUDI KEPENDUDUKAN (POPULATION
STUDIES) MRPKAN ISTILAH TERSENDIRI
DIGUNAKAN BAGI ILMU KEPENDUDUKAN
YANG PERTAMA KALI ISTILAH INI DIGUNAKAN
OLEH GUILLARD LEBIH DARI SEABAD YANG
LALU SINONIM DENGAN POPULATION
STUDIES.
• STUDI KEPENDUDUKAN MELIPUTI ANALISA-
ANALISA YANG BERTUJUAN, SBB:
1. MEMPEROLEH INFORMASI DASAR TTG
DISTRIBUSI PENDUDUK, KARAKTERISTIK
PENDUDUK, DAN
PERUBAHANPERUBAHANNYA.
2. MENERANGKAN SEBAB-SEBAB PERUBAHAN
DARI FAKTOR DASAR TSB.
3. MENGANALISA SGL KONSEKUENSI YG
MUNGKIN SEKALI TERJADI DI MASA DEPAN
SEBAGAI HASIL PERUBAHAN-PERUBAHAN
ITU.
 ISTILAH STUDI DEMOGRAFI DAN STUDI
KEPENDUDUKAN SERTA LEMBAGA ILMIAHNYA
DI INDONESIA
• DISIPLIN STUDI DEMOGRAFI DISEBUT DGN
DEMOGRAFI FORMAL (FORMAL DEMOGRAPHY).
NAMA LEMBAGA ILMIAHNYA ADALAH LEMBAGA
DEMOGRAFI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
INDONESIA (LD-FE UI) JAKARTA.
• DISIPLIN STUDI KEPENDUDUKAN DISEBUT
DEMOGRAFI SOSIAL (SOCIAL DEMOGRAPHY).
NAMA LEMBAGA ILMIAHNYA ADALAH PUSAT
STUDI KEPENDUDUKAN UNIVERSITAS GADJAH
MADA (PSK-UGM) YOGYAKARTA.
TIPE STUDI VARIABEL PENGARUH VARIABEL TERPENGARUH

DEMOGRAFI VARIABEL DEMOGRAFIS VARIABEL DEMOGRAFIS

(DEMOGRAFI FORMAL  KOMPOSISI UMUR  TINGKAT KELAHIRAN
 TINGKAT KELAHIRAN  KOMPOSISI UMUR
 KOMPOSISI UMUR MIGRAN  TINGKAT KELAHIRAN
MASUK SELURUH PENDUDUK

KEPENDUDUKAN VARIABEL NON DEMOGRAFIS VARIABEL DEMOGRAFIS

(TIPE I)  FAKTOR SOSIOLOGIS (MIS:  TINGKAT KELAHIRAN
KELAS SOSIAL  MIGRASI KELUAR
 FAKTOR-FAKTOR EKONOMI
(KESEMPATAN UTK USAHA)

KEPENDUDUKAN VARIABEL DEMOGRAFIS VARIABEL NON DEMOGRAFIS

(TIPE II)  TINGKAT KELAHIRAN  KEBUTUHAN PANGAN
 MIGRASI MASUK  KEMISKINAN
 TK PERTAMBAHAN PENDD  PERTUMBUHAN EKONOMI
1. SENSUS PENDUDUK.
2. REGISTRASI PENDUDUK
3. SURVEI PENDUDUK
4. SUMBER-SUMBER LAIN.
5. KUALITAS DATA
1. KOMPOSISI PENDUDUK
2. PIRAMIDA PENDUDUK

a. DIFINISI KOMPOSISI PENDUDUK

b. MACAM-MACAM KOMPOSISI PENDUDUK
c. KOMPOSISI PENDD MENURUT UMUR DAN JENIS
KELAMIN
d. KRETERIA MENENTUKAN STRUKTUR UMUR
PENDUDUK
 AD 1. KOMPOSISI PENDUDUK
a. DIFINISI KOMPOSISI PENDUDUK ADALAH
MENGGAMBARKAN SUSUNAN PENDUDUK YANG
DIBUAT BERDASARKAN PENGELOMPOKAN
PENDUDUK MENURUT KARAKTERISTIK-
KARAKTERISTIK YANG SAMA (MANTRA, 1985: 43)
b. MACAM-MACAM KOMPOSISI PENDUDUK:
1. BIOLOGIS.
2. SOSIAL.
3. EKONOMI.
4. GEOGRAFIS
c. KOMPOSISI PENDD MENURUT UMUR DAN JENIS
KELAMIN
KRETERIA YG DIPERGUNAKAN UNTUK
MENENTUKAN STRUKTUR PENDUDUK SUATU
NEGARA MENURUT MANTRA (2000) SBB:
1. STRUKTUR UMUR PENDUDUK MUDA, DI
MANA PDDK BERUMUR DI BAWAH 15 THN
JUMLAHNYA BESAR (>35%), DAN BESAR
KELOMPOK PDDK USIA 65 THN ( 3%),
CONTOH: BURMA, INDIA, INDONESIA.
2. STRUKTUR UMUR PENDUDUK TUA,
BILAMANA KELOMPOK PDDK BERUMUR DI
BAWAH 15 THN JUMLAH NYA BESAR (>35%),
SEDANGKAN BESAR KELOMPOK PDDK USIA
65 THN KE ATAS (15%). CONTOH: NEGARA-
NEGARA MAJU, SEPERTI JEPANG, JERMAN,
DLL.
d. KRETERIA YANG DIPERGUNAKAN
UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR
PENDUDUK NEGARA MAJU
TERGOLONG PENDUDUK TUA (OLD
POPULATION) DAN PENDUDUK
NEGARA BERKEMBANG TERGOLONG
PENDUDUK MUDA (YOUNG
POPULATION) SEBAGAI BERIKUT:
1. KOMPOSISI UMUR PDDK USIA
DIBAWAH 15 TH & DI ATAS 65 TH

UMUR PENDUDUK TUA PENDUDUK MUDA

0—14 <30% >40%

15—64 >60% <55%

65+ >10 <5%

2. BERDASARKAN UMUR MEDIAN
UMUR MEDIAN KATEGORI
< 20 TAHUN PENDUDUK MUDA

10—30 TAHUN PENDUDUK

INTERMEDEATE
> 30 TAHUN PENDUDUK TUA
a. DIFINISI PIRAMIDA PENDUDUK. MENURUT
MANTRA (2000), PIRAMIDA PENDUDUK ADALAH
KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN
JENIS KELAMIN DAPAT DIGAMBARKAN PADA
SEBUAH GRAFIK.
b. CARA MENGGAMBAR PIRAMIDA PENDUDUK
1. SUMBU VERTIKAL UNTUK DISTRIBUSI UMUR
2.SUMBU HORISONTAL UNTUK JUMLAH
PENDUDUK DAPAT ABSOLUT MAUPUN
PRESENTASE.
3.DASAR PIRAMIDA DIMUALAI UMUR MUDA (0—4)
TAHUN SEMAKIN KE ATAS UNTUK UMUR YANG
LEBIH TUA.
4.PUNCAK PIRAMIDA UNTUK UMUR TUA SERING
DIBUAT DGN SISTEM “OPEN END INTERVAL”
ARTINYA UNTUK UMUR 75, 76, 77, 78 DST CUKUP
DITULISKAN 75+
5.BAGIAN SEBELAH KIRI UNTUK PENDUDUK LAKI-
LAKI DAN SEBELAH KANAN UNTUK PENDUDUK
PEREMPUAN.
6.BESARNYA BALOK DIAGRAM UNTUK MASING-
MASING KELOMPOK HARUS SAMA.
c. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI STRUKTUR
UMUR PENDUDUK, ANTARA LAIN:
1. MENURUT HARTO NURDIN (1981) MELIPUTI:
FERTILITAS, KEMATIAN BAYI (INFANT
MORTALITY), DAN MIGRASI
2. MENURUT MANTRA (2000), SAID RUSLI
(1985), DAN KASTO (1988) MELIPUTI 3
FAKTOR, YAITU KELAHIRAN, KEMATIAN, DAN
MIGRASI.
d. CIRI-CIRI PIRAMIDA PENDUDUK MELIPUTI 3
ASPEK
1. EXPANSIVE: SEBAGIAN BESAR PENDUDUK
BERADA DALAM KELOMPOK UMUR MUDA,
CONTOH: NEGARA INDONESIA.
2. CONSTRUCTIVE: SEBAGIAN KECIL PENDUDUK
DALAM KELOMPOK UMUR MUDA,
CONTOHNYA NEGARA AMERIKA SERIKAT
3. STATIONARY: BANYAKNYA PENDUDUK DALAM
TIAP KELOMPOK UMUR HAMPIR SAMA
BANYAKNYA DAN MENGECIL PADA USIA TUA,
KECUALI PADA KELOMPOK UMUR TERTENTU,
CONTOH : NEGARA SWEDIA
e. BENTUK ATAU TIPE PIRAMIDA PENDUDUK.
AD I.

1. THOMAS ROBERT MALTHUS

2. MICHAEL THOMAS SADLER
3. DOUBLEDAY
4. ARSENE DUMONT
5. CARR SAUNDERS
6. PENGANUT ALIRAN PESIMIS DAN OPTIMIS
 1. THOMAS ROBERT MALTHUS
• SEORANG PENDETA INGGRIS (1766—1834)
• AWAL THN 1798, LEWAT KARYANYA BERJUDUL
“AN ESSAY ON THE PRINCIPLE OF POPULATION”
MENJELASKAN BAHWA PERTUMBUHAN
PENDUDUK MENGIKUTI DERET UKUR,
SEDANGKAN JUMLAH PERSEDIAAN MAKANAN
MENGIKUTI DERET HITUNG.
• ADA 3 (TIGA) CARA UTK DAPAT MENGURANGI
JUMLAH PENDUDUK: (1) KEMELARATAN
(MISERY), (2) KEJAHATAN (VICE), DAN (3)
PENGEKANGAN DIRI (MORAL RESTRAINTS)
 KRITIK THD TEORI MALTHUS
• MALTHUS TIDAK MEMPERHITUNGAN KEMAJUAN
TRANSPORTASI YANG MENGHUBUNGAN ANTAR
DAERAH
• MALTHUS TIDAK MEMPERHITUNGKAN
KEMAJUAN DI BIDANG TEKNOLOGI.
• MALTHUS TIDAK MEMPERHITUNGKAN USAHA
PEMBATASAN KELAHIRAN PUS.
• MALTHUS TIDAK MEMPERHITUNGKAN BAHWA
FERTILITAS MENURUN APABILA TINGKAT
EKONOMI DAN STANDAR HIDUP PENDUDUK
DINAIKAN.
 2. MICHAEL THOMAS SADLER
• SADLER MENGATAKAN BAHWA DAYA
REPRODUKSI DIBATASI OLEH JUMLAH
PENDUDUK YANG ADA DI SUATU WILAYAH/
NEGARA. JIKA KEPADATAN PENDUDUK TINGGI
DAYA REPRODUKSI MANUSIA AKAN
MENURUN, SEBALIKNYA JIKA KEPADATAN
PENDUDUK RENDAH DAYA REPRODUKSI
MANUSIA AKAN MENINGKAT.
 3. DOUBLEDAY
• PANDANGAN DOUBLEDAY HAMPIR SAMA DENGAN
PANDANGAN SADLER HANYA TITIK TOLAKNYA AGAK
BERBEDA.
• MENURUT PERNYATAAN SADLER BAHWA DAYA
REPRODUKSI PENDUDUK BERBANDING TERBALIK
DENGAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK.
• MENURUT PERNYATAAN DOUBLEDAY BAHWA DAYA
REPRODUKSI PENDUDUK BERBANDING TERBALIK
DENGAN BAHAN MAKANAN YANG TERSEDIA
 4. ARSENE DUMONT
• TEORI PERKEMBANGAN PENDUDUK BERTITIK
TOLAK DARI KEADAAN SOSIAL EKONOMI
• KARYANYA BERJUDUL “DEPOPULATION ET
CIVILIZATION” MENCIPTAKAN TEORI
PENDUDUK BARU YANG DISEBUT “TEORI
KAPILARITAS SOSIAL (THEORY OF SOCIAL
CAPILARITY) DIKATAKAN BAHWA SESEORANG
CENDERUNG UNTUK MENCAPAI KEDUDUKAN
TINGGI DALAM MASYARAKAT
 5. CARR SAUNDERS
• TERMASUK PENGANUT TEORI KEADAAN SOSIAL-EKONOMI
• PANDANGANNYA BAHWA JUMLAH PENDUDUK DI SUATU
NEGARA MENCAPAI KEADAAN OPTIMUN. APABILA TERJADI
KESEIMBANGAN ANTARA JUMLAH PENDUDUK DENGAN
PRODUKSI BAHAN PANGAN.
• MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN JUMLAH
PENDUDUK OPTIMUN, ANTARA LAIN:
1. TINGKAT DENSITAS OPTIMUN PADA SUATUN NEGARA
SELALU BERUBAH-UBAH SESUAI DENGAN PERUBAHAN
JAMAN (TEKNOLOGI, SOSIAL-BUDAYA)
2. SULIT MENENTUKAN KESEIMBANGAN ANTARA BESARNYA
TINGKAT KELAHIRAN DAN TINGKAT KEMATIAN AGAR
DENSITAS OPTIMUN DAPAT DIPERTAHANKAN
 6. PENGANUT ALIRAN PESIMIS DAN OPTIMIS
• PENGANUT ALIRAN PESIMIS
1. IT HAS COME TRUE: IT IS HAPPENING
2. THE POPULATION BOMB OLEH EHRLICH (1971)
3. THE HUNGRY FUTURE OLEH DUMONT DAN ROSIER (1969)
4. BOM TO HUNGER OLEH ARTHUR HOPCRAFT (1968)
5. THE LIMITS TO GROWTH
6. ALHI-AHLI ILMU SOSIAL MEMBERIKAN KRITIK THD KARYA
MEADOW, KARENA TIDAK MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR-
FAKTOR SOSIAL-BUDAYA DALAM MODEL ANALISANYA

• PENGANUT ALIRAN OPTIMIS

1. HERMAN KAHN (1976) SEORANG AHLI FUTUROLOGI
2. ERA SUBTITUSI
3. MENGKRITIK TENTANG THE LIMITS TO GROWTH
AD II. .
AWAL ABAD KE-20 TERJADI PENURUNAN TINGKAT
KELAHIRAN DAN TINGKAT KEMATIAN DI BEBERAPA
NEGARA BARAT. HAL INI, KEMUDIAN MELAHIRKAN
“TEORI POKOK” DALAM DEMOGRAFI, DISEBUT
“TRANSISI DEMOGRAFI”. JADI, TRANSISI
DEMOGRAFI ADALAH PERUBAHAN-PERUBAHAN
TINGKAT KELAHIRAN DAN TINGKAT KEMATIAN
DIMULAI DARI TINGKAT KELAHIRAN DAN TINGKAT
KEMATIAN TINGGI BERANGSUR-ANGSUR BERUBAH
MENJADI TINGKAT KALAHIRAN DAN TINGKAT
KEMATIAN RENDAH.
 Model Transisi Demografi

Tingkat Kelahiran

Tingkat Kematian

A B C D E F
 TEORI KEPENDUDUKAN DAN TRANSISI
DEMOGRAFIS (Lanjutan)
ADA 3 (TIGA) TAHAPAN DALAM TRANSISI
DEMOGRAFI
1. PRA-TRANSISI (pre-transitional) A—B
2. TRANSISI (transitional) B—E
a. Permulaan transisi (Early- transition) B—C
b. Pertengahan transisi (Mid-transition) C—D
c. Akhir transisi (Late-transition) D—E
3. PASCA-TRANSISI (Post-transitional) E—F
 MORTALITAS/KEMATIAN ADALAH PERISTIWA
MENGHILANGNYA SEMUA TANDA-TANDA
KEHIDUPAN SECARA PERMANEN YANG BISA
TERJADI SETIAP SAAT SETELAH KELAHIRAN HIDUP.
OLEH KARENA ITU, KEMATIAN SELALU DIDAHULUI
OLEH KEADAAN HIDUP/DENGAN KATA LAIN, MATI
TIDAK PERNAH ADA, KALAU TIDAK ADA
KEHIDUPAN, SEDANGKAN HIDUP SELALU DIMULAI
DENGAN LAHIR HIDUP (MANTRA, 1985; 2000).
LAHIR HIDUP, MENURUT WHO ADALAH PERISTIWA
KELUARNYA/TERPISAHNYA SUATU HASIL KONSEPSI
DARI RAHIM IBUNYA, TANPA MEMPERDULIKAN
LAMA KEHAMILAN DAN SETELAH ITU BAYI
BERNAFAS ATAU MENUNJUKKAN TANDA-TANDA
KEHIDUPAN YG LAIN, SPERTI: DETAK JANTUNG,
DENYUT NADI TALI PUSAT, DAN GERAKAN YG NYATA
DISENGAJA, BAIK TALI PUSAT DIPOTONG ATAU
MASIH MELEKAT DENGAN PLASENTA. OLEH KARENA
ITU, SUATU KEMATIAN HARUS DIDAHULUI DENGAN
SUATU KELAHIRAN HIDUP (KASTO, 1988).
LAHIR MATI MENURUT WHO ADALAH PERISTIWA
MENGHILANGNYA TANDA-TANDA KEHIDUPAN DARI
HASIL KONSEPSI SEBELUM HASIL KONSEPSI TSB
DIKELUARKAN DARI RAHIM IBUNYA.

A. INTRA UTERIN (KEMATIAN JANIN TERJADI DLM

RAHIM).
B. EXTRA UTERIN (KEMATIAN BAYI TERJADI DI LUAR
RAHIM.
AD A. INTRA UTERIN (KEMATIAN JANIN )
MELIPUTI:
1. ABORTUS (KEHAMILAN BERUMUR 16
MINGGU)
2. IMMATUR (KEHAMILAN BERUMUR 16—28
MINGGU)
3. PREMATUR (KEHAMILAN BERUMUR 28
MINGGU SAMPAI WAKTU LAHIR)
AD 2. EXTRA UTERIN (KEMATIAN BAYI) MELIPUTI:
1. LAHIR MATI (STILL BIRTH)
2. KEMATIAN BARU LAHIR (NEO NATAL DEATH)
ADALAH KEMATIAN BAYI SETELAH MENCAPAI
UMUR 28 HARI (KURANG 1 BULAN)
3. KEMATIAN LEPAS BARU LAHIR (POST NEO NATAL
DEATH) ADALAH KEMATIAN BAYI SETELAH
MENCAPAI UMUR 1 BULAN ATAU KURANG DARI
1 TAHUN.
4. KEMATIAN BAYI (INFANT MORTALITY) ADALAH
KEMATIAN BAYI SETELAH LAHIR HDUP SAMPAI
BERUMUR 1 TAHUN KE ATAS.
 .

a. TINGKAT KEMATIAN KASAR (CRUDE DEATH

RATE).
b. TINGKAT KEMATIAN MENURUT UMUR (AGE
SPECIFIC DEATH RATE)
c. TINGKAT KEMATIAN BAYI (INFANT
MORTALITY RATE)
1. DIFINISI FERTILITAS (KELAHIRAN)
2. BEBERAPA PROBLEMA PENGUKURAN DATA
FERTILITAS (KELAHIRAN)
3. FAKTOR-FAKTOR SOSIAL-EKONOMI TIDAK
BERPENGARUH LANGSUNG THD FERTILITAS,
MELAINKAN MELALUI VARIABEL ANTARA (VA)
 KONSEP/DIFINISI FERTILITAS (KELAHIRAN)
PERLU DIBEDAKAN SECARA TEGAS ANTARA
ISTILAH ASING FERTILITY (FERTILITAS) DENGAN
FECUNDITY (FEKUNDITAS ATAU KESUBURAN).
FERTILITAS (KELAHIRAN) ADALAH JUMLAH
KELAHIRAN HIDUP YG DIPUNYAI OLEH SEORANG
WANITA ATAU KELOMPOK WANITA.
FEKUNDITAS (KESUBURAN) ADALAH
KEMAMPUAN BIOLOGIS WANITA UNTUK
MENGHASILKAN ANAK LAHIR HIDUP.
 BEBERAPA PROBLEMA PENGUKURAN
DATA FERTILITAS (KELAHIRAN)
TAHUNAN
1. Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
2. Tingkat Kelahiran Umum (General Fertility Rate).
3. Tingkat Kelahiran Menurut Umur (Age Specific
Fertility Rate).
4. Tingkat Kelahiran Menurut Urutan Kelahiran (Birth
Order Specific Fertility Rate)
5. Standarisasi Tingkat Fertilitas (Standadized
Fertility Rates)
Ad 1. Tingkat Kelahiran Kasar (CBR)

B
CDR = ----------X K
Dimana:
Pm
CBR = Crude Birth Rate (Tk.Kelahiran Kasar)
Pm = Penduduk Pertengahan Tahun
K = Bilangan Konstan bernilai 1000
B = Jumlah Kelahiran pada Tahun tertentu.
Contoh:
Penduduk Provinsi Bali pertengahan tahun 2015
sebesar 3.500.000 orang/jiwa, jumlah kelahiran
pada tahun yang sama sebanyak 150.000 bayi/
anak, maka dapat dihitung Tingkat Kelahiran
Kasar (CBR) sebagai berikut.

150.000
CBR =--------------- X 1000 = 42,86 = 43 bayi/anak
3.500.000
Ad 2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility
Rate).
B
GFR = -----------------X K
Pf (15—49
Dimana:
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah Kelahiran
Pf (15—49) =Jml Pddk Perempuan Umur 15—49
tahun pada Pertengahan Tahun.
Contoh:
Jumlah Penduduk Perempuan Umur 15—49 Provinsi
Bali pertengahan tahun 2015 sebesar 1.500.000
orang/jiwa, jumlah kelahiran pada tahun yang sama
sebanyak 100.000 bayi/ anak, maka dapat dihitung
Tingkat Fertilitas Umum (GFR) sebagai berikut.

100.000
GFR =--------------- X 1000 = 66,67 = 67 bayi/anak
1.500.000
Ad 3. Tingkat Kelahiran Menurut Umur
(Age Specific Fertility Rate)

Bi
ASFRi = ------- X K
Pfi

Dimana:
Bi = Jumlah Kelahiran Bayi pada Kelompok Umur I
Pfi = Jumlah Perempuan Kelompok Umur i pada
Pertengahan Tahun
K = Bilangan Konstan = 1000.
Contoh:
Jumlah Penduduk Perempuan Umur 15—19
Provinsi Bali pertengahan tahun 2015 sebesar
1.500.000 orang/jiwa, jumlah kelahiran kelompok
umur tsb pada tahun yang sama sebanyak 50.000
kelahiran bayi/anak, maka dapat dihitung Tingkat
Kelahiran Menurut Kelompok Umur tsb (ASFR)
sebagai berikut.

50.000
GFR =--------------- X 1000 = 33,33 = 33 bayi/anak
1.500.000
Ad 4. Tingkat Kelahiran Menurut Urutan Kelahiran
(Birth Order Specific Fertility Rate)

Boi
BOSFR = -------------- K
Pf (15—49)
Keterangan:
BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate
Boi = Jumlah Kelahiran Urutan ke-i
Pf (15-49) = Jumlah Perempuan Umur 15—49 pada
Pertengahan Tahun.
K = Bilangan Konstan = 1000.
Penjumlahan Tingkat Fertilitas Menurut Urutan
Kelahiran maka menghasilkan Tingkat Fertilitas
Umum (General Fertility Rate) lihat di atas, dengan
formulasi sebagai berikut.

B
GFR = -----------------X K
Pf (15—49 )
Ad 3. Pengukuran Fertilitas Kumulatif

1. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate)

2. Gross Reproduction Rate (GPR)
3. Net Reproduction Rate (NRR)
 Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate)

TFR adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan

tiap 1000 perempuan yg hidup hingga akhir masa
reproduksinya, yaitu (1) perempuan yang meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya, dan (2) tingkat kelahiran
menurut umur tidak berubah pada periode tertentu
Rumus: TFR = 5  ASFRi
Dimana:
TFR = Total Fertility Rate
 = Penjumlahan dan tingkat kelahiran menurut umur
ASFRi = Tingkat kelahiran menurut umur ke i dari kelompok
umur berjenjang 5 tahunan
 Gross Reproduction Rate (GPR)
GPR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya
dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang
meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya

Rumus: GRR = 5  ASFRin

ASFRin = Tingkat fertilitas menurut umur ke i dari

kelompok berjenjang 5 tahunan.
 Net Reproduction Rate (NRR)
Net Reproduction Rate (NRR) adalah jumlah
kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor
hipotesis dari 1000 perempuan dengan
memperhitungkan kemungkinan meninggalkan
perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri
masa reproduksinya.
nLx
Rumus: NRR = 5  ASFRin X ----------
i lo
Faktor Variabel
Fertilitas
Sosial Antara
Menurut pandangan Davis dan Blake (Mantra,
2000) dlm karyanya berjudul The Social Structure
of Fertility: An Analitical Framework (1956)
mengungkapkan bahwa faktor-faktor sosial
mempengaruhi fertilitas lewat variabel antara
(VA). Dijelaskan juga bahwa proses produksi
seorang perempuan usia subur melalui 3 tahap
sbb:
1. Hubungan kelamin
2. Konsepsi
3. Kehamilan/kelahiran.
• UTK MENGANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL
BUDAYA THD FERTILITAS DPT DITINJAU DARI
FAKTOR-FAKTOR YG BERKAITAN LANGSUNG DGN
KE-3 HAL DI ATAS, YAITU: HUBUNGAN SEKSUAL,
KONSEPSI, DAN KEHAMILAN/KELAHIRAN.
• DAVIS DAN BLAKE (1956) MENYEBUTKAN 11 VA
(VARIABEL ANTARA) DIKELOMPOKKAN SBB.
A. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEMUNGKIN-AN
HUBUNGAN KELAMIN PD MASA REPRODUKSI
1. Umur memulai hubungan kelamin
2. Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak
pernah mengadakan hubungan kelamin
3. Lamanya masa reproduksi yg hilang karena (a)
perceraian/perpisahan atau ditinggal pergi oleh
suami dan (b) suami meninggal dunia.
4. Abstinensi sukarela
5. Abstinensi krn terpaksa (impotensi, sakit, berpisah
sementara yg tdk bisa dihindari)
6. Frekuensi hubungan seks (tdk termasuk abstinensi)
B. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN
KONSEPSI
7. Kesuburan dan Kemandulan biologis (fekunditas
dan infekunditas) yg tidak disengaja
8. Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat
konkrasepsi: (a) cara kimiawi dan cara mekanis, (b)
cara-cara lain (metoda ritme dan senggama
terputus)
9. Kesuburan atau kemandulan yg dipengaruhi oleh
faktor-faktor sengaja, seperti sterilisasi.

A. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEHAMILAN

DAN KELAHIRAN
C. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

10.Kematian janin karena faktor-faktor yg tidak

disengaja
11.Kematian janin karena faktor-faktor yang
disengaja.
STRUKTUR SOSIAL CIRI-CIRI SOSIAL SIKAP BERHUBUNGAN
EKONOMI EKONOMI DAN DGN BESAR STRUKTUR
• TINGKAT KESE- KEBUDAYAAN: & PEM-BENTUKAN
HATAN • STATUS MIGRASI KELUARGA
• TINGKAT PEMB- • AGAMA • BESAR KEL. IDEAL F
ANGUNAM • KESEHATAN • PREFERENSI SEK E
• TINGKAT & • PENDIDIKAN • BIAYA & NILAI ANAK R
PENDIDIKAN • PENDAPATAN T
VARIABEL I
ANTARA
L
LINGKUNGAN CIRI-CIRI BIOS0SIAL PENGETAHUAN I
TTG KONTRASEP- T
PERBEDAAN- • GIZI & KESE- SI & SIKAP THD A
PERBEDAAN HATAN KONTRASEPSI S
REGIONAL & • MORTALITAS (PENGATURAN
GEOGRAFIS BAYI & ANAK KELAHIRAN)
Konsep/Difinisi Mobilitas Penduduk
Mobilitas Penduduk adalah semua gerakan
(movement) penduduk yg melintasi batas
wilayah tertentu pada periode waktu tertentu.
Batas wilayah pada umumnya dipergunakan
batas administrasi (desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi, dll)
1. Mobilitas penduduk non permanen (sirkuler),
artinya gerakan penduduk dari suatu tempat
ke tempat lain dengan tidak ada niat untuk
menetap di daerah tujuan
2. Mobilitas penduduk permanen adalah
gerakan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain dengan ada niat untuk menetap
di daerah tujuan.
 MOBILITAS SIRKULER
1. Bentuk-bentuk mobilitas sirkuler, antara lain:
ulang-alik (harian), periodik, musiman, jangka
panjang.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
mobilitas sirkuler sbb.
a. Faktor sentrifugal dan sentripetal
b. Perbaikan sarana transportasi
c. Kesempatan kerja di sektor formal dan
informal
d. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
e. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
f. Rintangan antara
g. Faktor-faktor individu.
h. Dampak positif bagi kota maupun desa
i. Dampak negatif bagi kota maupun desa
j. Proses migrasi penduduk dari daerah asal ke
daerah tujuan
1. FAKTOR-FAKTOR TERDPT DI DAERAH ASAL
2. FAKTOR-TERDAPAT DI DAERAH TUJUAN
3. RINTANGAN ANTARA
4. FAKTOR INDIVIDU
 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UTK MELAK-
SANAKAN MOBILITAS /TDK PD MASY.TERTENTU.
MASYARAKAT/INDIVIDU

KEBUTUHAN/ASPIRASI

KEBUTUHAN/ASPIRASI TERPENUHI KEBUTUHAN/ASPIRASI TAK TERPENUHI

TEKANAN EKONOMI TEKANAN SOSIAL PSIKOLOGI

KEPUTUSAN
PROSES KONTAK
LANGSUNG/TAK LANGSUNG
TINGGAL/TIDAK PINDAH
PENGHALANG ANTARA
KEPUTUSAN
MIGRASI
TINGGAL NGLAJU MONDOK

MENYESUAIKAN DIRI DAERAH PEDESAAN KOTA

MOBILITAS PENDUDUK PERMANEN
1. Transmigrasi, adalah perpindahan penduduk
dari suatu daerah yang padat ke daerah yang
kurang padat untuk menetap di daerah
tujuan.
2. Mobilitas penduduk Suku Bangsa di
Indonesia, antara lain:
a. Suku Bangsa Minangkabau (konsep
merantau)
b. Suku Bangsa Bugis-Makasar (konsep perahu
pinishi).
KONSEP/
DIFINISI
 ( ),
ADALAH BESARNYA BAGIAN DARI
PENDUDUK YG DPT
DIIKUTSERTAKAN DLM PROSES
EKONOMI.
, ADALAH
PENDUDUK YG TDK BEKERJA SAMA
SEKALI DAN MENCARI PEKERJAAN.
 , ADALAH TERDIRI DARI
UNIT USAHA BERSKALA KECIL YG
MENGHASILKAN DAN MENDISTRIBUSIKAN
BARANG DAN JASA DENGAN TUJUAN
POKOK MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA
DAN PENDAPATAN BG DIRI SENDIRI.
DALAM KEGIATAN USAHANYA ITU SANGAT
DIHADAPKAN BERBAGAI KENDALA,
SEPERTI MODAL, PENGETAHUAN,
KETRAMPILAN, DAN LAIN-LAINNYA.
 )
2 CARA
PENDEKATAN
PENGUKURAN
KETENAGAKERJAAN
LFA
ANGKATAN KERJA
 )
LABOUR
UTILIZATION
APPROACH
(LUA)
 PENDUDUK USIA KERJA
(MAN POWER)

ANGKATAN
BUKAN ANGKATAN KERJA KERJA

BEKERJA SEDANG
MENCARI
PEKERJAAN

FULLY
UTILIZED UNDER
UTILIZED

UNDER UNDER UNDER

UTILIZED BY UTILIZED BY UTILIZED BY
HOUR INCOME MISMATCH
• SENSUS PENDUDUK TH 1961: PALING SEDIKIT 2
BULAN
• SENSUS PENDUDUK TH 1971: PALING SEDIKIT
2 HARI DALAM WAKTU 7 HARI SEBELUM
PENCACAHAH.
• SENSUS PENDUDUK TH 1980 : BEKERJA 1 JAM
DALAM 1 HARI.
• SENSUS PENDUDUK TH 1990
• SENSUS PENDUDUK TH 2000
• SENSUS PENDUDUK TH 2010
• SENSUS PENDUDUK TH 2020
1. HAMPIR ¾ DARI PENDUDUK USIA KERJA
YANG BERTEMPAT TINGGAL DI P. JAWA.
2. LEBIH DARI ¾ PENDUDUK USIA KERJA DI
INDONESIA TINGGAL DI DAERAH PEDESAAN.
3. KURANG DARI SEPAROH PENDUDUK USIA
KERJA TERGOLONG BUKAN ANGKATAN KERJA
(IBU RT, SISWA, MAHASISWA, OR CACAT,
LANSIA (JOMPO), DAN ORANG YG TIDAK
MELAKUKAN AKTIVITAS SECARA EKONOMI
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK),
ADALAH PERBANDINGAN JUMLAH ANGKATAN
KERJA DENGAN PENDUDUK USIA KERJA (DI
INDONESIA 10 TH KE ATAS). RUMUSNYA SBB.
 AK (Gol. Umur)
• TPAK (GOL.Umur)=-----------------------------------x100
TENAGA KERJA (Gol. Umur)

AK (Tk.Penddkan)
• TPAK (Tk.Pendd)=-----------------------------------x100
TENAGA KERJA (Tk.Penddkan)
 Angkatan Kerja sedang Mencari Kerja
• TP =-----------------------------------------------------------x100
Angkatan Kerja

AK sedang Mencari Kerja (Gol.Umur)

• TP(Gol. Umur)=--------------------------------------------x100
AK (Gol. Umur)

AK sedang mencari kerja(Tk.Penddkan)

• TP(Tk.Pendd)=---------------------------------------------x100
Angkatan Kerja (Tk.Penddkan)
PEMBAGIAN PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT
SEKTOR LAPANGAN KERJA DAPAT DIBEDAKAN KE
DALAM 3 SEKTOR, SBB.
1. SEKTOR (PERTANIAN, PERBURUHAN,
KEHUTANAN, DAN PERIKANAN).
2. SEKTOR (PERTAMBANGAN, MANUFAKTUR,
BANGUNAN LISTRIK DAN AIR, PENGANGKUTAN,
PERHUBUNGAN, DAN GAS).
3. SEKTOR (PERDAGANGAN, RMH MAKAN, HOTEL,
KEUANGAN, ASURANSI, JASA KEMASYARAKATAN,
SOSIAL, DAN PRIBADI).
1. KESEMPATAN KERJA: PENYERAPAN PENDUDUK USIA KERJA
PADA LAPANGAN KERJA YANG TERSEDIA, YAITU MELIPUTI
SEKTOR A, M, DAN S
2. PENGANGGURAN, MENURUT SEBAB TERJADINYA
PENGANGGURAN , ANTARA LAIN SBB.
a. PENGANGGURAN FRIKSIONAL: PENGANGGURAN INI
TERJADI KARENA KESULITAN TEMPORER DLM
MEMPERTEMUKAN PENCARI KERJA DAN LAOWONGAN
KERJA.
b. PENGANGGURAN STRUKTURAL: PENGANGGURAN TERJADI
KARENA ADANYA PERUBAHAN DLM STRUKTUR
PEREKONOMIAN.
c. PENGANGGURAN MUSIMAN: PENGANGGURAN TERJADI
KARENA PENGARUH MUSIM.
1. PROFESIONAL (AHLI TEKNIK)

2. PIMPINAN/TATA LAKSANA

3. ADMINISTRASI, TATA USAHA

4. PENJUALAN

5. PETANI

6. PRODUKSI, OPERATOR ALAT MESIN

 2. BERUSAHA DGN DIBANTU ANGGOTA RT

3. BURUH TDK TETAP

STATUS
PEKERJAAN
4. BERUSAHA DENGAN BURUH TETAP

5. BURUH KARYAWAN, SEOR BEKERJA PD

OR LAIN
6. PEKERJA KELUARGA, TANPA
MENERIMA UPAH
1. KEGIATAN USAHA TDK TERORGANISASI SCR
BAIK, KRN TIMBULNYA UNIT USAHA TIDAK
MEMPERGUNAKAN FASILITAS/KELEMBAGA-
AN YG TERSEDIA DI SEKTOR FORMAL.
2. PADA UMUMNYA UNIT USAHA TDK MEMPU-
NYAI IZIN USAHA.
3. POLA KEGIATAN USAHA TDK TERATUR BAIK
DLM ARTI LOKASI MAUPUN JAM KERJA.
4. PADA UMUMNYA KEBIJAKSANAAN
PEMERINTAH UTK MEMBANTU GOLONGAN
EKONOMI LEMAH TIDAK SAMPAI KE SEKTOR
INI.
5. UNIT USAHA SDH KE LUAR DAN MASUK DARI
SATU SUB SEKTOR KE LAIN SUB SEKTOR.
6. TEKNOLOGI YG DIPERGUNAKAN BERSIFAT
PRIMITIF.
7. MODAL DAN PERPUTARAN USAHA RELATIF
KECIL, SHG SKALA OPERASI JUGA RELATIF
KECIL.
8. PENDIDIKAN YG DIPERLUKAN UTK MENJA-
LANKAN USAHA TDK MEMERLUKAN PENDI-
DIKAN FORMAL, KRN PENDIDIKAN YG DIPER-
LUKAN DIPEROLEH DARI PENGALAMAN SAMBIL
BEKERJA.
9. PADA UMUMNYA UNIT USAHA TERMASUK
GOLONGAN “ONE-MAN-ENTERPRISE” DAN
KALAU MENGERJAKAN BURUH DR KELUARGA.
10.SUMBER DANA MODAL USAHA PD UMUMNYA
BERASAL DARI TABUNGAN SENDIRI/DARI LEM-
BAGA KEUANGAN YANG TIDAK RESMI.
11. HASIL PRODUKSI ATAU JASA TERUTAMA
DIKONSUMSIKAN OLEH GOLONGAN
MASYARAKAT KOTA/DESA BERPENGHASILAN
RENDAH DAN KADANG-KADANG JUGA ADA
YANG BERPENGHASILAN MENENGAH.
KARAKTERISTIK SEKTOR FORMAL SEKTOR INFORMAL
MODAL RELATIF MUDAH DIPEROLEH SUKAR DIPEROLEH
TEKNOLOGI PADAT MODAL PADAT KARYA
ORGANISASI BIROKRASI ORGANISASI
KELUARGA
KREDIT LEMBAGA KEUANGAN RESMI LEMBAGA KUANGAN
TDK RISMI
SERIKAT PEKERJA SANGAT BERPERAN TIDAK BERPERAN.
BANTUAN PENTING UTK KELANGSUNGAN USAHA TIDAK ADA
PEMERINTAH
HUB DGN DESA ONE WAY TRAFFIK UTK KEPEN-TINGAN SALING
SEKTOR FORMAL MENGUNTUNGKAN
SIFAT WIRASWASTA SANGAT TERGANTUNG DARI PERLIN- BERDIKARI
(BERDIKARI) DUNGAN PEMERINTAH ATAU IMPOR
PERSEDIAAN JML BESAR & KUALITAS BAIK JML KECIL & KUALITAS
BARANG BERUBAH