Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Sub Konjungtiva Bleeding

Oleh :
Muhamaad Rosyhan Sanjaya, S.Ked
NIM. 1730912310075

Pembimbing :
dr. Agus F. Razak, Sp.M
3
Konjungtiva Konjungtiva palpebra
Dimulai dari hubungan mukokutaneus pada tepi
kelopak dan bergabung ke lapis tarsal posterior.3
Konjungtiva merupakan membran mukus yang Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior
transparan yang membentang di permukaan kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi
dalam kelopak mata dan permukaan bola mata superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
sejauh dari limbus. Ini memiliki suplay limfatik
yang tebal dan sel imunokompeten yang
posterior (pada forniks superior dan inferior) dan
berlimpah. Mukus dari sel goblet dan sekresi membungkus jaringan episklera dan menjadi
dari kelenjar aksesoris lakrimal merupakan konjungtiva bulbaris
komponen penting pada air mata. Konjungtiva
merupakan barier pertahanan dari adanya
infeksi
Konjungtiva forniks merupakan
konjungtiva peralihan konjungtiva
palpebra dan bulbi

Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera


anterior dan bersambung dengan epitel
kornea pada limbus.

4
Perdarahan Subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah konjungtiva. Darah terdapat di antara konjungtiva
dan sklera. Sehingga mata akan mendadak terlihat merah dan
biasanya mengkhawatirkan bagi pasien.
bleeding in the eye
eye injury
SINONIM ruptured blood vessels
blood in the eye
bleeding under the
conjunctiva
bloodshot eye
pinkeye

5
EPIDEMIOLOGI
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur, namun
hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur. Penelitian
epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang mengalami perdarahan subkonjungtiva adalah
usia 30.7 tahun. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar terjadi unilateral (90%).

• Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi
keadaan tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya
perdarahan subkonjungtiva (14.3%)
• Pada kasus melahirkan, telah dilakukan penelitian oleh oleh Stolp W dkk pada 354 pasien postpartum dengan
perdarahan subkonjungtiva. Bahwa kehamilan dan proses persalinan dapat mengakibatkan perdarahan
subkonjungtiva

6
1. Idiopatik
2. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah,
bersin)
3. Traumatik
4. Hipertensi
5. Gangguan perdarahan
6. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan ETIOLOGI
vitamin A dan D
7. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat
insisi pada konjungtiva.
8. Beberapa infeksi sistemik
9. Akibat emboli dari patahan tulang panjang, kompresi dada,
angiografi jantung, operasi bedah jantung.
10. Penggunaan lensa kontak
11. Konjungtivokhalasis
7
PATOFISIOLOGI
1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel
sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang
dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh adalah umur,
hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan dan batuk rejan

2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami
trauma di mata langsung atau tidak langsung yang mengenai
kepala daerah orbita

8
Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi
perdarahan subkonjungtiva pada permulaan.

Manifestasi Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan


terasa tidak nyaman, terasa ada yang
mengganjal dan penuh di mata.
klinis
perdarahan Tampak adanya perdarahan di sklera dengan
warna merah terang (tipis) atau merah tua
(tebal).
subkonjungtiva
Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya
biasanya peradangan yang ringan.

Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam


pertama setelah itu kemudian akan berkurang
perlahan ukurannya karena diabsorpsi.

9
Diagnosis
Anamnesis
■ Keluhan adanya trauma, trauma dari bola mata atau orbita harus
disingkirkan. Apabila perdarahan subkonjungtiva idiopatik terjadi untuk
pertama kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya tidak
diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi arteri dan kelainan
koagulasi harus disingkirkan.

■ Pemeriksaan Fisik
 memberi tetes mata proparacaine (topikal anestesi) jika pasien tidak dapat
membuka mata karena sakit; dan curiga etiologi lain jika nyeri terasa berat
atau terdapat fotofobia
 Memeriksa ketajaman visual juga diperlukan, terutama pada perdarahan
subkonjungtiva traumatik.
 periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil, bila perlu,
lakukan pemeriksaan dengan slit lamp

10
Diagnosis banding
– Konjungtivitis, hal ini dikarenakan memiliki
kesamaan pada klinisnya yaitu mata
merah.
– Konjungtivitis hemoragik akut
– Sarcoma kaposi

11
KOMPLIKASI
• Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh
dalam waktu 1 – 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius
yang terjadi.

• perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau mengalami


kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan
subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari
limfoma adneksa okuler

12
TATA LAKSANA
Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.
Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan
kompres dingin. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau
diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa diobati.

Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan sayatan
dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air mata buatan juga dapat
membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari
penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

Pencegah perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon


(vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor
risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang

13
PROGNOSIS

Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah


baik. Karena sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh.
Namun untuk keadaan tertentu seperti sering mengalami
kekambuhan, persisten atau disertai gangguan pandangan
maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi

14
LAPORAN KASUS

13
IDENTITAS

Nama : Nn. N
Umur : 23 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln Veteran Banjarmasin
Poli : 19 September 2019 14

16
ANAMNESIS
○ Hari/tanggal : Kamis, 19 Agustus 2019
○ Keluhan Utama : mata merah
○ Riwayat Penyakit Sekarang :
○ Pasien datang Poli Mata RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan mata merah sejak
beberapa 4 jam sebelum ke rumah sakit, mata merah dirasakan pada mata sebelah kanan.
Mata merah dirasakan pasien setelah pasien bangun tidur. Awalnya pasien hendak berkaca
dan baru menyadari bahwa mata kanan pasien merah. Pasien juga mengeluhkan ada rasa
sedikit mengganjal pada mata nya saat itu. Keluhan ini tidak disertai adanya rasa nyeri,
bengkak pada bola mata, penurunan penglihatan dan kotoran yang berlebihan pada mata.
Pasien juga menyangkal ada riwayat tebentur ataupun kelilipan benda sesuatu. Sebumnya
pasien tidak ada mengkonsusmsi obat-obatan.
○ RPD: -
○ RPK: Tidak ada sekitar yang mengalami penyakit serupa.

15

17
PEMERIKSAAN
FISIK
○ Keadaan Umum : Baik
○ Kesadaran : Kompos Mentis
○ Status Generalis : Dalam Batas Normal
○ Nadi : 128 kali/menit
○ RR : 26 kali/menit
○ SpO2 : 99% tanpa O2 tambahan

16

18
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus 6/6 6/6
2. Posisi Bola Mata Sentral Sentral
3. Gerakan bola mata Segala arah Segala arah
4. Palpebra Superior Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
5. Palpebra Inferior Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
Ulkus (-) (-)
6. Fissura palpebral (-) (-)
7. Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-) (-)
Massa (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
19
8. Konjungtiva Fornix Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Papil raksasa (-) (-)
Folikel (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) (-)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Edema (-) (-)
Subconjunctival bleeding(+) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. Iris Warna Coklat Coklat
12. Pupil Bentuk Bulat dan Bulat dan regular
reguler
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak (+) (+)
langsung
Leukokorea (-) (-)
14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
15. COA Hipopion (-) (-)

20
Tatalaksana
Medikamentosa
○ Vasacon (Nafazolin HCl) 3x1 tetes/ hari pada mata
kiri
Diagnosa Kerja ○ Asam traneksamat 3x500 mg
○ Sub konjungtiva bleeding
Diagnosa Banding Non Medikamentosa (edukasi)
○ Konjungtivitis ○ Hindari pemakaian aspirin, ibuprofen, naproxyn,
atau beberapa NSAID lain yang dapat
○ Konjungtivitis hemoragik akut meningkatkan perdarahan untuk sementara.
○ Sarcoma kaposi ○ Kondisi ini akan membaik dengan sendirinya,
perdarahan subkonjungtiva dapat diserap dalam
satu atau dua minggu. Biasanya, pemulihan terjadi
utuh, tanpa adanya masalah jangka panjang
○ Kontrol ke poli setelah 1 minggu atau segera
kembali jika perdarahan bertambah luas (mata
bertambah merah).

21
P FAKTA Teori

e Identitas
Pasien berjenis kelamin perempuan dan  Perdarahan subkonjungtiva sebagian
m berusia 23 tahun besar terjadi unilateral (90%), Pada
perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
b tidak ditemukan hubungan yang jelas
dengan suatu kondisi keadaan tertentu
a (64.3%)
 usia, perdarahan subkonjungtiva dapat

h terjadi di semua kelompok umur, namun


hal ini dapat meningkat kejadiannya

a sesuai dengan pertambahan umur.


Penelitian epidemiologi di Kongo rata –
rata usia yang mengalami perdarahan
s subkonjungtiva adalah usia 30.7 tahun.
 Jenis kelamin perempuan lebih banyak
a mengalami perdarahan subkonjungtiva
dibandingkan laki – laki
n
22
TEORI KASUS
Diagnosis Dari anamnesis didapatkan:

o Manifestasi klinis dari perdarahan subkonjungtiva  merah pada mata kiri sejak 4 jam
jarang mengalami nyeri  adanya rasa mengganjal
o Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan  Tidak disertai adanya rasa nyeri, bengkak pada
terasa tidak nyaman, terasa ada yang mengganjal
bola mata, penurunan penglihatan dan kotoran
dan penuh di mata.
yang berlebihan pada mata.
o Tampak adanya perdarahan di sklera dengan
 Riwayat trauma (-), mual (-), muntah(-)
warna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal).
o Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya
biasanya peradangan yang ringan. Perdarahan Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama • visus 6/6 pada kedua mata
setelah itu kemudian akan berkurang perlahan • konjungtiva bulbi terdapat perdarahan
ukurannya karena diabsorpsi. terlokalisir di subkonjungtiva pada mata kanan
o perdarahan subkonjungtiva pada pasien ini • nyeri tekan (-), kornea jernih dan intake (+),
kemungkinan adalah idiopatik, karena pada pupil isokor, tepi regular, diameter 3mm, reflek
pasien ini tidak mengeluhkan adanya batuk, flu, cahaya normal, tidak ditemukan edem
mual muntah sebelumnya. Tidak ada keluhan palpebra, sekret ataupun lakrimasi yang
sering mimisan atau mudah lebam serta luka yang berlebihan, serta tidak ditemukan tanda-tanda
sukar sembuh, pasien juga tidak sedang peradangan.
mengkonsumsi obat-obat tertentu, riwayat trauma • pemeriksaan oftalmologi konjungtiva bulbi okuli
disangkal 23 sinistra hiperemi
KASUS Teori
• Pada kasus ini pasien mendapatkan terapi  Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak
berupa vasacon (Nafazolin HCl) 3x1 tetes/ memerlukan pengobatan karena darah akan
hari pada mata kiri dan asam traneksamat terabsorbsi dengan baik selama 1-2 minggu. Tetapi
3x500mg untuk mencegah perdarahan yang semakin
meluas, beberapa dokter memberikan vasacon
• EDUKASI (vasokonstriktor) dan multivitamin.

Menghindari pemakaian obat-obatan seperti  perdarahan subkonjungtiva pada pasien ini cukup
aspirin, ibuprofen, naproxyn, atau beberapa luas maka diberikan juga asam traneksamat, yang
NSAID lain yang dapat meningkatkan mana obat ini merupakan agen hemostasis,
perdarahan, lalu untuk kontrol ke poli setelah bersifat competitive inhibitor dari aktivator
1 minggu atau segera kembali jika perdarahan plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin
bertambah luas sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin
dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk
membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan, sehingga mencegah
perdarahan ulang.

24
THANKYOU

25

Anda mungkin juga menyukai