Anda di halaman 1dari 44

KEBIJAKAN AKREDITASI, KIAT & STRATEGI SUKSES

RE- AKREDITASI PUSKESMAS MENCAPAI PARIPURNA

DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN


SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
KEMENTERIAN KESEHATAN
LAMPUNG, 20 Maret 2019
Apa saja yang menjadi Keluhan Pasien/Pelanggan ?
KESELAMATAN PASIEN

Di dunia: diperkirakan lebih 1 juta


kematian pasien meninggal karena Perubahan paradigma keselamatan pasien
kesalahan penanganan yang dapat
dicegah

WHO
AS: sampai 1.000.000 kematian yang dapat
dicegah/tahun
Keselamatan Keselamatan Keselamata
pasien pasien
n pasien di
komunitas/
di RS di FKTP
publik
Eropa: 150 kematian yang dapat
dihindari/minggu

INDONESIA :
BUDAYA MELAPOR INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN PERLU
DITINGKATKAN Sumber: WHO, 2018
ANCAMAN GLOBAL RESISTENSI
Deaths attributable to AMR every year
Compared to other major couses of death
DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA

 Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan efektif untuk berbagai


infeksi yang terus meningkat, yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus
dan jamur
 Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun
 Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria

 Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama perawatan memanjang,


resiko kematian tinggi
 Mengancam upaya pengobatan modern (seperti operasi open heart,
transplantasi organ)
 Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan lama rawat inap,
penggunaan antimikroba yang lebih mahal dan lebih lama

ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN

 Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn


 Tahun 2050- ada 10 juta kematian/tahun karena AMR
 Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat kanker*
SITUSASI GLOBAL TERKAIT MUTU PELAYANAN
Di sebagian besar negara, terutama low-middle income countries (LMIC) didapatkan data sebagai berikut:

1.Di 8 negara LMIC, kepatuhan terhadap PPK 4. Di high income countries, 1 dari 10 pasien mengalami
dibawah 50% pada beberapa kasus, kejadian yang tidak diharapkan selama perawatan
menyebabkan rendahnya mutu pelayanan dan
antenatal care serta tidak berhasilnya program 5. Di high income countries, 7 dari 100 pasien rawat inap
KB. mengalami infeksi akibat pelayanan di RS (di negara
berkembang angka ini menjadi 1 dari 10 pasien), infeksi
2.Indikator penyediaan pelayanan kesehatan
menunjukan variasi yang signifikan terkait tidak yang dengan mudah dihindari melalui kebersihan dan
adanya penyedia layanan ( 14,3 % – 44,3 %), penggunaan antimikroba dengan bijak.
produktivitas harian (5.2% - 17,4 %), akurasi 6. Resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan
diagnosis (34% – 72,2%) dan kepatuhan yang utama, salah satu penyebab adalah
terhadap PPK ( 22 – 43,8%)
penyalahgunaan dan penggunaan antibiotika yang
3.Pada beberapa negara LMIC, Sebuah systematic berlebihan.
review terhadap 80 studi menunjukan bahwa
prkatik klinis yang kurang optimal umum terjadi 7. Secara global, diperkirakan biaya yang dihabiskan
di puskesmas maupun klinik swasta. berkaitan dengan kesalahan pengobatan sebesar 42
milyar USD tanpa memperhitungkan kehilangan
pendapatan, produktivitas, biaya pelayanan kesehatan.

Delivering quality health services. A global imperative for universal health coverage. Geneva: World Health organization, OECD and The World Bank; 2018
Ancaman penyakit akibat kejadian tidak diharapkan 8

Sumber : Institute of Health Metrics and Evaluation, 2015.


“Without quality,
universal health
coverage (UHC) remains
an empty promise.”

Pelayanan kesehatan yang bermutu rendah


berbahaya bagi pasien, membuang uang dan
waktu.

https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S2214-109X%2818%2930394-2
UHC WITHOUT QUALITY WILL NOT GET US TO HEALTH

Utilization x Quality = Health

UHC – an empty promise without quality


Empowared Multisectoral
people and Integrated health
policy and
communities services
action prioritizing
essential public
health functions
and primary care

Complementary
domains

Relationship between quality primary health care and achievement of universal health coverage (World
Health Organization 2018)
SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN
DIMENSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN
LAYANAN KESEHATAN DIBERIKAN
BERDASARKAN ILMU PENGETAHUAN ILMIAH
DAN PEDOMAN YANG BERBASIS-BUKTI

MENCEGAH HOSPITAL-ACQUIRED
Effectiveness INFECTIONS DAN KESALAHAN MEDIS

INTEGRATED
Efficiency Safety LAYANAN YANG
DITERIMA DARI
MENCEGAH PENGULANGAN TERAPI BERBAGAI FASILITAS
DAN PEMBOROSAN SUMBER DAYA. DAN PENYEDIA
DIMENSI MUTU LAYANAN DAPAT
SALING
DIKOORDINASIKAN

People
Equity
centred
MUTU LAYANAN YANG DITERIMA TIDAK AKAN
BERGANTUNG PADA KARAKTERISTIK PERSONAL SEPERTI HARUS DAPAT MENGHARGAI DAN MEMENUHI
JENIS KELAMIN, RAS, ETNIK, LOKASI GEOGRAFIS SERTA Timely KEBUTUHAN, PILIHAN DAN NILAI-NILAI PENTING PASIEN
STATUS SOSIAL DAN EKONOMI.

LAYANAN YANG DITERIMA TEPAT WAKTU

Menurut WHO “ Handbook NATIONAL QUALITY POLICY & STRATEGY” TAHUN 2018
Kotak 2. Mendefinisikan mutu layanan kesehatan

Mutu layanan kesehatan dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi terdapat
peningkatan pengetahuan bahwa mutu layanan kesehatan di seluruh dunia haruslah :

 Efektif : menyediakan layanan kesehatan yang berbasis-bukti untuk mereka yang


membutuhkannya.
 Aman : menghindari cidera bagi mereka yang menjalani perawatan.
 Berfokus pada pasien : memberikan layanan yang sesuai dengan pilihan,
kebutuhan dan nilai-nilai individu.

Selain itu, untuk memahami manfaat mutu layanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
haruslah :

 Tepat waktu :mengurangi waktu tunggu dan penundaan yang berbahaya, baik bagi
mereka yang menjalani perawatan maupun yang memberikan perawatan.
 Adil :memberikan layanan dengan mutu yang sama tanpa memandang usia, jenis
kelamin, gender, ras, etnis, lokasi geografik, agama, status sosioekonomik, bahasa
atau afiliasi politik.
 Terintegrasi :memberikan layanan yang terkoordinasi di seluruh tingkatan dan
provider serta menyediakan layanan kesehatan yang paripurna sepanjang hayat.
 Efisien :memanfaatkan sumberdaya yang ada secara maksimal dan menghindari
pemborosan.
Menempatkan dimensi mutu

Pertanyaan untuk membantu menempatkan dimensi mutu ke dalam kebutuhan lokal,


dalam konteks sasaran dan prioritas kesehatan nasional

Efektif Apakah pelayanan sudah sesuai dengan kebutuhan kesehatan


masyarakat dan konsisten dengan ilmu pengetahuan dan bukti-
bukti untuk mencapai outcome kesehatan terbaik?

Aman Apakah pemberian layanan kesehatan menggunakan cara yang


paling aman dan mengurangi cedera yang bisa dihindari?

Berfokus pada pasien Apakah pasien dan keluarga memiliki pengalaman positif
dalamperawatan?

Apakahmasyarakat mempercayaimutulayanan kesehatan yang


tersedia?

Apakah pasien, keluarga dan masyarakat merasa dilibatkan


sebagai mitra dalam merancang dan menyempurnakan
pelaksanaan layanan kesehatan?

Tepat waktu Apakah waktu tunggupelayanan dapat diterima oleh masyarakat


dan cukup pendek untuk menghindari cedera yang tidak
diperlukan?

Adil Apakah ada hambatan atau kesenjangan dalam faktor-faktor


yang berkaitan dengan usia, jenis kelamin, gender, ras, etnis,
lokasi geografis, agama, status sosial ekonomi, bahasa atau
afiliasi politik?

Terintegrasi Apakah ada kesenjangan dalam perawatan klinis pasien?

Apakah komponen-komponendi seluruh sektor kesehatan saling


berkomunikasi untuk melancarkan transisi perawatan pasien?

Efisien Apakah sumberdaya dialokasikan dan digunakan dengan cara


sebaik mungkin untuk mencapai hasil?
PERTANYAAN YANG PENTING UNTUK DIPERTIMBANGKAN SAAT
MENGIDENTIFIKASI STAKEHOLDER KUNCI MELIPUTI BERIKUT

• SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS MUTU DI SETIAP TINGKAT SISTEM


LAYANAN KESEHATAN ?
• SIAPA ATAU APA YANG MEMENGARUHI MUTU DI SETIAP TINGKAT SISTEM LAYANAN
KESEHATAN ?
• APA SAJA HAL-HAL PENDUKUNG PENTING UNTUK MENCAPAI OUTCOME
KESEHATAN YANG LEBIH BAIK DAN SIAPA YANG MENDORONG HALINI ?
• KELOMPOK MANA YANG AKAN MENJADI CHAMPION (PENDUKUNG) DAN KELOMPOK
MANA YANG AKAN MENJADI PENGHAMBAT STRATEGI MUTU NASIONAL ?
• APA ORGANISASI UTAMA YANG BERTANGGUNGJAWAB MEMBERIKAN LAYANAN DI
SELURUH SISTEM KESEHATAN ?
• ORGANISASI ATAU INDIVIDU MANA YANG MENDUKUNG KEMENTERIAN KESEHATAN
DALAM MENGEMBANGKAN RENCANA STRATEGI ?

DIMANA PERAN DINKES, PENDAMPINGM SURVEIOR ?


PRINSIP PERBAIKAN MUTU
18
SELURUH SISTEM KESEHATAN HARUS :
• Mengimplementasikan intervensi berbasis-bukti yang menunjukkan perbaikan;
• Melakukan perbandingan dengan sistem lain yang serupa yang memiliki performa terbaik;
• Memastikan pasien dengan penyakit kronik dapat meminimalisir dampak penyakit terhadap kualitas hidup;
• Mempromosikan sistem budaya dan praktik untuk mengurangi cedera pada pasien;
• Membangun ketahanan untuk pencegahan, deteksi dan respon terhadap ancaman keamanan kesehatan melalui
perhatian yang difokuskan pada mutu;
• Menyediakan infrastruktur untuk pembelajaran;
• Menyediakan dukungan teknis dan manajemen pengetahuan untuk perbaikan.

SELURUH MASYARAKAT DAN PASIEN HARUS


• Terlibat aktif dalam perawatan untuk mengoptimalkan status kesehatan;
• Memainkan peran utama dalam desain model baru layanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal;
• Mendapat informasi mengenai hak untuk mendapatkan akses ke perawatan yang sesuai dengan standar mutu modern;
• Mendapat dukungan, informasi dan kemampuan untuk mengelolakesehatan jangka-panjang.

SELURUH TENAGA KESEHATAN HARUS


• Berpartisipasi dalam pengukuran dan perbaikan mutu bersama dengan para pasien;
• Menganut filosofi praktis kerjasama tim;
• Menjadikan pasien sebagai mitra dalam memberikan pelayanan;
• Berkomitmen terhadap diri sendiri untuk menyediakan dan menggunakan data untuk menunjukkan efektivitas dan
keamanan pelayanan.
OLEH KARENA ITU SETIAP NAKES & SURVEIOR FKTP HARUS
MAMPU :
1. Memahami pentingnya upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan di
FKTP
2. Memahami pengertian, kerangka konsep, dimensi mutu pelayanan di FKTP
3. Memahami prinsip-prinsip upaya perbaikan dan perningkatan mutu di FKTP
4. Memahami indikator upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan di
FKTP
5. Mampu melakukan siklus perbaikan dan peningkatan mutu (Plan – Do –
Check – Act) secara terus menerus dan berkelanjutan di FKTP yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

1 2 3
Jangkauan Akses Transisi
Mortalitas dan
menuju Universal Demografis:
Urbanisasi Morbiditas Penyakit
Coverage

4 

BONUS DEMOGRAFI
ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Pola Hidup / Faktor  OTONOMI DAERAH

AKREDITASI
Resiko Linglungan   SISTEM PEMBIAYAAN & PEMBAYARAN (KAPITASI)
Perubahan Pola  PENGUATAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
Penyakit  KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA
 JAMAN NOW /ERA MILENNIAL/ ERA IT/ MEDSOS

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


BERKUALITAS

HARAPAN PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER
QUALITY INTERVENTIONS

AKREDITASI

• Sumber :Dr Shams Syed, Coordinator, Quality Systems & Resilience , Nop 2018
PERSYARATAN
KREDENSIALING &
REKREDENSIALING
BPJS
BERLAKU JANUARI
2021
ALASAN FKTP PERLU AKREDITASI

FILOSOFIS YURIDIS
Bentuk perlindungan pemeritah dalam PMK 46 / 2015 ttg Akreditasi FKTP, ps 3
memenuhi hak setiap WN terhadap Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter,
dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib terakreditasi.
pelayanan yang diberikan fasilitas (2) Akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama sebagaimana
kesehatan secara layak dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.
(UUD 45, ps 28 dan 34) (3) Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat
praktik mandiri dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan setiap 5 (lima) tahun.

SOSIOLOGIS PMK 99/2015 perubahan dari PMK 71/2013


tentang JKN :
Survei menggunakan standar akreditasi Persyaratan kerjasama dg BPJS FKTP harus telah
(manajemen, UKM, UKP) menjadi satu terakreditasi
kesatuan sebagai upaya peningkatan FKTP harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 7 (tujuh)
mutu & berfokus pada keselamatan
tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
pasien dan masyarakat
Jenewa, 23 Januari 2019
Direktur Regional WHO SEARO (South East Asia Region) menyampaikan apresiasi atas capaian pembangunan Indonesia Sehat di
bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam 4 tahun terakhir ini. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Regional, Dr. Poonam Khetapral Singh,
dalam pertemuan dengan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, SpM(K), di sela-sela Pertemuan Programme, Budget and Administration
Committee (PBAC) Executive Board WHO yang diselenggarakan pada tanggal 21-23 Januari 2019 di Jenewa.
Lebih lanjut Dr. Poonam menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas dedikasi Menteri Kesehatan RI dan seluruh staf Kementerian Kesehatan dalam
meningkatkan kinerja pembangunan kesehatan di Indonesia sejalan dengan target SDGs Bidang Kesehatan dan 8 Flagship Prioritas WHO SEARO,
serta meningkatnya kerja sama Kementerian Kesehatan dengan WHO Indonesia dan SEARO.
Dr. Poonam antara lain mengapresiasi keberhasilan Indonesia menuju Cakupan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage), pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, peningkatan mutu Puskesmas dan penguatan sistem rujukan, serta kesiapsiagaan menangani bencana.
Lebih lanjut Dr. Poonam menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Indonesia untuk melihat langsung berbagai kemajuan yang dicapai tersebut
sehingga dapat menyampaikan best practices Indonesia kepada negara-negara di kawasan dan masyarakat global.
“Saya kagum dengan peningkatan mutu Puskesmas di Indonesia sampai ke daerah perbatasan dan
kepulauan. Saya sangat terkesan dengan program akreditasi Puskesmas karena Indonesia adalah
satu-satunya negara di dunia yang melakukan akreditasi terhadap Puskesmas.
Karenanya saya ingin berkunjung ke Indonesia untuk melihat langsung kemajuan tersebut”, demikian
ditegaskannya kepada Menteri Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI menyambut baik keinginan Direktur Regional SEARO tersebut dan akan menyiapkan program kunjungan yang dapat merefleksikan kondisi nyata
pembangunan Indonesia Sehat.
Pertemuan telah membahas pula berbagai kerja sama Indonesia dengan WHO selama ini dan beberapa inisiatif baru antara lain rencana penyelenggaran Forum Kesehatan
Pemuda (Youth Health Forum) di Indonesia dan kebijakan magang untuk staf muda Indonesia di WHO Pusat dan SEARO.
Menteri Kesehatan RI berada di Jenewa dalam rangka menghadiri Pertemuan PBAC pada tanggal 21-23 Januari 2019 dalam kapasitas sebagai anggota Executive Board WHO
periode tahun 2018-2021 dan terpilih sebagai anggota PBAC periode 2019-2020.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes
melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
BEBERAPA REGULASI TERKAIT AKREDITASI FKTP
• PMK 75/2014 TENTANG PUSKESMAS
• UU 1/2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA • PMK 9/2014 TENTANG KLINIK
• UU 29/2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN • PMK 90/2015 TENTANG PKM DI TERPENCIL DAN SANGAT TERPENCIL
• UU 36/2009 TENTANG KESEHATAN • PMK 46/2015 TENTANG AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA,
TPMDr/Drg
• UU 36/2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
• PMK 39/2016 TENTANG PISPK
• UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
• PMK 44/2016 MANAJEMEN PUSKESMAS
• UU 38/2014 TENTANG KEPERAWATAN
• PMK 74/2016 TENTANG PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS
• PP 74/2012 TENTANG BLU
• PMK 42/2016 TENTANG PERUBAHAN PASAL 9 PMK 46/2015
• PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH
• PMK 11/ 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
• PP 47/2016 TENTANG • PMK 27/2016 TENTANG PPI
FASYANKES • PMK 52/2018 TENTANG K3
• PP 2/2018 TENTANG SPM • PMK 4/2019 TENTANG SPM
• PERPRES 72/ 2012 TENTANG SKN • PMK 28/2017 TENTANG BIDAN
• PERMENDAGRI 61/2007 TENTANG BLU • KEPMENKES 514 /2015 TENTANG PANDUAN YANKES BAGI
DOKTER DI FKTP
• PERMENDAGRI 100/2017 TENTANG
• KEPMENKES 432/2016 TENTANG KOMISI AKREDITASI FKTP
SPM
MANFAAT AKREDITASI FKTP
BAGI DINKES BAGI BPJS BAGI MASYARAKAT BAGI
PROV & KAB/KOTA KESEHATAN FASYANKES

Sebagai WAHANA
PEMBINAAN peningkatan Sebagai 1. Memperkuat
kepercayaan
1. Memberikan keunggulan kompetitif
2. Menjamin pelayanan kesehatan
mutu kinerja melalui
perbaikan yang
syarat masyarakat primer yang berkualitas .
2. Adanya 3. Meningkatkan pendidikan pada staf
berkesinambungan recrede Jaminan 4. Meningkatkan pengelolaan risiko
terhadap
1. sistem manajemen, nsialing Kualitas dan keselamatan pasien
2. sistem manajemen pelayanan 5. Membangun dan meningkatkan
mutu kerja tim antar staf
3. sistem
penyelenggaraan
6. Meningkatkan reliabilitas dalam
pelayanan klinis, pelayanan, ketertiban
4. penerapan pendokumentasian, dan konsistensi
manajemen risiko. dalam bekerja
7. Meningkatkan keamanan dalam
bekerja.
• TREND PENINGKATAN ANGGARAN DAK NON FISIK AKREDITASI PUSKESMAS
• MAMPUKAH PUSKESMAS MEMBUKTIKAN BAHWA AKREDITASI BERDAMPAK SECAR
A NYATA TERHADAP PENINGKATAN MUTU YANKES DAN DIRASAKAN RAKYAT ?
CAPAIAN AKREDITASI PUSKESMAS
Perkembangan Jumlah Puskesmas
9825 9983
9731 9754 9767
9655
7.518
Puskemas
Tersertifikasi Akreditasi

2013 2014 2015 2016 2017 2018


Sumber: Pusdatin Kemenkes (Data per Des 2018)

PERBANDINGAN
TARGET & CAPAIAN KECAMATAN JUMLAH
YANG PUSKESMAS
MEMILIKI MINIMAL 1 PUSKESMAS
SUDAH TERAKREDITASI DANAKREDITASI
TERSERTIFIKASI BELUM TERAKREDITASI
6000 5358
5000 5600
3447 4900
4000
3000
2000 2800
1308
1000
93
0 700
350
TH 2015 TH 2016 TH 2017 TH 2018 TH 2019
TARGET ( KUMULATIF) CAPAIAN (KUMULATIF)

Sumber: Dit. Mutu Akeditasi Yankes (Data per Jan 2018 )


% CAPAIAN KECAMATAN YANG MEMILIKI MINIMAL 1 PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI AKREDITASI PER PROVINSI
(per 20 Januari 2019)
120
100 100 99 99 98
100 94 93 91
89 88 88 87 87 86
82 82 80 80 78
77 77 77 75 74
80 71 71 70
60 59 59 57
60 51
42
40
20
20 11

0
DISTRIBUSI % CAPAIAN KECAMATAN
YANG MEMILIKI MINIMAL 1 PUSKESMAS TERSERTIFIKASI AKREDITASI

DESEMBER 2017 DESEMBER 2018


KALTARA KALTARA
ACEH ACEH

SUMUT SUMUT KALBAR


KALBAR SULUT
SULUT
GORONTALO
GORONTALO
KEPRI KEPRI
PAPUA RIAU PAPUA
RIAU KALTIM KALTIM MALUKU BARAT
SULTENG MALUKU BARAT SULTENG
UTARA UTARA

JAMBI
SULBAR JAMBI BABEL KALTENG SULBAR
JAMBI BABEL KALTENG SUMBAR
SUMBAR

SUMSEL
SEMSEL

SULTRA BENGKULU SULTRA MALUKU PAPUA


BENGKULU MALUKU PAPUA KALSEL
KALSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
DKI JATENG
DKI SULSEL
SULSEL
JATENG JATIM
JATIM
BANTEN JABAR
JABAR
BANTEN Lampung
NTB
NTB

DIY
DIY
BALI NTT
BALI NTT

(< 50%)
(50 – 59%)
(60 – 79%) TANTANGAN AKREDITASI PERDANA DI KAWASAN PEDESAAN & DTPK
(80 – 89%)
(> 90%)
DISTRIBUSI % CAPAIAN PUSKESMAS TERSERTIFIKASI AKREDITASI

DESEMBER 2017 DESEMBER 2018


KALTARA KALTARA
ACEH ACEH

SUMUT KALBAR SUMUT KALBAR


SULUT SULUT
GORONTALO
GORONTALO
KEPRI KEPRI
RIAU
PAPUA PAPUA
RIAU KALTIM KALTIM
SULTENG MALUKU BARAT SULTENG MALUKU BARAT
UTARA UTARA

JAMBI JAMBI
KALTENG SULBAR JAMBI KALTENG SULBAR
BABEL BABEL
SUMBAR SUMBAR

SULSEL SUMSEL
SULTRA SULTRA
MALUKU PAPUA MALUKU PAPUA
BENGKULU BENGKULU
KALSEL KALSEL
LAMPUNG LAMPUNG
DKI DKI
SULSEL JATENG SULSEL
JATENG JATIM
JATIM
JABAR JABAR
BANTEN Lampung BANTEN
NTB
NTB

DIY DIY

BALI BALI NTT


NTT

(< 50%)
(50 – 59%)
(60 – 79%) TANTANGAN AKREDITASI PERDANA DI KAWASAN PEDESAAN & DTPK
(80 – 89%)
(> 90%)
CAPAIAN AKREDITASI PUSKESMAS
TREND CAPAIAN
AKREDITASI

PARIPURNA STABIL

UTAMA 3 %/TH

MADYA 9 %/TH
VARIASI MUTU SANGAT LEBAR
DASAR - 11%/TH
SANDINGAN PKM TERAKREDITASI DAN RENCANA AKREDITASI 33

vs
PKM YANG MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI STANDAR
PKM MEMBERIKAN PKM TERAKREDITASI
YANKES SESUAI STANDAR S/D DES 2018
(5720) (N = 7518)

602 5118 2400

PKM MEMBERIKAN PKM YG DIUSULKAN


YANKES SESUAI STANDAR AKREDITASI 2019
(5720) (N = 2844)
MEMBERI BELUM MEMBERI
SURVEI 2019 JUMLAH PELAYANAN PELAYANNA
SESUAI STANDAR SESUAI STANDAR
RINCIAN
PERDANA 1579 517 1062
4105 1615 1229 2019
RE-AKRED 1265 1098 167
81134

717

578 589
PEAK SEASON
524
486
418
379
356
315 312
293
245
214
208

120 127
85 94
82
61 70
46 52 38
34 41 42
40
33
14 20
14 19 31
9
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018


TOTAL SURVEIOR 850
STATUS ASN PURNA SWASTA
35

ROADMAP 540 296 14


RATA-RATA SURVEI/TH 4 24 12
DAN JML SURVEI 2160 7104 168

KEKUATAN TIM TOTAL SURVEI


JML TIM SURVEI YG DIBUTUHKAN
9432
3144
SUREVIOR ROADMAP 2019 2844

GRAFIK ROADMAP AKREDITASI 2019

PEAK SEASON
502

367
312
300 280
209
141 153
138
106
61 54 47
20 33
28 29
17 32
0 7
3 5
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

PERDANA REAKREDITASI

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES TOTAL
PERDANA 0 3 5 28 17 32 54 153 312 502 367 106 1579
REAKREDITASI 0 7 20 33 29 61 141 138 300 280 209 47 1265
02/03/2019 Data 31 Des 2018 - Komisi FKTP Askar 4

SURVEIOR HARUS MAMPU MENGGESER KE LEBIH AWAL MELALUI KETERLIBATAN DALAM PEMBINAAN
KAJIAN DISKRIPTIF CAPAIAN SKOR
STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS
(PADA STATUS KELULUSAN DASAR DAN MADYA)

Tujuan Analisis ini :


1. Untuk mengetahui Bab dan Standar serta Kriteria mana yang lebi
h banyak berkontribusi menyebabkan Puskesmas tidak dapat m
encapai kelulusan Utama dan Paripurna
2. Untuk melakukan tindak lanjut terhadap penyebab tersebut
METODE PENGAMBILAN & DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS KELULUSAN
(N = 353 PUSKESMAS)
• POPULASI
Sebanyak 4.247 Puskesmas
terakreditasi dasar dan madya
sd 31 Agustus 2018

• SAMPEL
Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan
“systematic random
sampling”, dengan confident
interval (CI) 95% dan margin
of error 5% didapat sampel
sebanyak 353 puskesmas
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN TAHUN SURVEI
(N = 353 PUSKESMAS)

PALING BANYAK TERPILIH


PUSKESMAS YANG
TERSURVEI PADA TAHUN
2017
CAPAIAN SKOR PER BAB ( BAB I – IX)
BERDASARKAN HASIL SURVEI OLEH SURVEIOR
P A R I P U R N A
≥ 80%
3,23% 2,95%
7,14%
7,73%
10,41%
10,92% 77,05%
33,85%
76,77%
34,65% 72,86%
35,86% 72,27%
69,59%
69,08% TATA KELOLA
46,15% MANAJEMEN SEBAGAI INSTITUSI
45,35% TATA KELOLA
44,14% MANAJEMEN PROGRAM UKM

TATA KELOLA
MANAJEMEN PROGRAM UKP

TATA KELOLA
MANAJEMEN MUTU DAN RISIKO
NILAI TERENDAH PADA MANAJEMEN MUTU & RISIKO
NILAI TERTINGGI PADA MANAJMEN SEBAGAI INSTITUSI
CAPAIAN STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS
DENGAN STATUS KELULUSAN DASAR DAN MADYA

(≥ 20% – < 40%)


(≥ 40% – < 60%)
(≥ 60% – < 80%)
(≥ 80% – 100%)
KAJIAN KORELASI TINGKAT STATUS AKREDITASI
PUSKESMAS DENGAN IKS
- JUMLAH POPULASI : 7.518 PUSKESMAS
- JUMLAH SAMPEL : 500 PUSKESMAS

KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan (korelasi) positif antara IKS dengan
status akreditasi Puskesmas, yang secara statistik
bermakna, namun korelasi tersebut sangat lemah.
2. Nilai IKS antar kelompok status akreditasi Puskesmas
berbeda bermakna secara statistik, yang dapat dilihat
dari peringkat rata-rata IKS antar kelompok status
akreditasi tersebut. Peringkat rata-rata IKS dari yang
terendah secara berurutan adalah Puskesmas Akreditasi
Dasar, Puskesmas Akreditasi Madya, Puskesmas Akreditasi
Utama, dan Puskesmas Akreditasi Paripurna
3. Keterbatasan analisis ini adalah jumlah sampel
Puskesmas yang akreditasi utama dan paripurna yang
sangat sedikit sehingga mempengaruhi kekuatan
hubungan (korelasi) IKS dengan status akreditasi
Puskesmas.
4. Uji analisis ini belum mempertimbangkan pelaksanaan
intervensi lanjut oleh Pusksmas yang dapat
mempengaruhi IKS.
42

RENCANA SURVEI AKREDITASI 2020 – 2024


PUSKESMAS KLINIK PRATAMA
Rencana Survei
Rencana Survei Target Rencana Total Target Rencana
TAHUN Target Rencana
survei survei
survei
perdana reakre perdana reakre

2019 1462 1379 2841 2484 1 2485 5326


2020 1204 2744 3948 2565 1 2565 6513

2021 100 3295 3395 80 12 92 3487

2022 100 2841 2941 80 2485 2565 5506

2023 100 3948 4048 80 2565 2645 5593


2024 100 3395 3495 80 92 172 3667
PENDANAAN AKREDITASI FKTP
JENIS FKTP SUMBER PEMBIAYAAN STANDAR JASA HONOR
SURVEIOR
PUSKESMAS 1. DAK NF ( PMK 3/2019) PMK 3 TAHUN 2019
2. SUMBER LAIN YANG DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN
KLINIK 1. PEMILIK KLINIK PRATAMA MENGACU PADA SBM/SBU
PRATAMA 2. SUMBER LAIN YANG DAPAT KAB/KOTA SETEMPAT
DIPERTANGGUNG JAWABKAN
TPMD 1. PEMILIK TPMD MENGACU PADA SBM/SBU
2. SUMBER LAIN YANG DAPAT KAB/KOTA SETEMPAT
DIPERTANGGUNG JAWABKAN

Anda mungkin juga menyukai