Anda di halaman 1dari 24

Non-specific Neck Pain

Kelompok 14
- Amelia Vebimilan
- Leaning fatmadika pusaka
- Sri damayanti djufri
Anatomi Dan Fisiologi

Cervical terdiri atas 2 segmen anatomikal dan


fungsional yaitu :
◦ Segmen superior (suboccipital), terdiri atas C1 (atlas) dan C2 (axis)
dikenal sebagai upper cervical spine
◦ Segmen inferior yang memanjang dari permukaan inferior axis ke
permukaan superior Th1 dikenal sebagai lower cervical spine
Seluruh bangunan dari struktur vertebra cervical
adalah sama kecuali segmen superior yaitu atlas (C1) dan
axis (C2).
Vertebra servikal I juga disebut atlas,
pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak
mempunyai corpus vertebra oleh karena pada atlas
dilukiskan adanya arcus anterior terdapat
permukaan sendi, fovea, vertebralis, berjalan
melalui arcus posterior untuk lewatan arcus posterior
untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikal II juga disebut aksis,
berbeda dengan vertebra servikal ke-3 sampai ke-
6 karena adanya dens atau processus odontoid. Pada
permukaan cranial corpus aksis memiliki tonjolan
seperti gigi, dens yang ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra servikal III-V processus spinosus bercabang dua. Foramen transversarium
membagi processus transversus menjadi tuberculum anterior dan posterior. Lateral foramen
transversarium terdapat sulcus nervi spinalis, didahului oleh nervi spinalis.
Vertebra servikal VI perbedaan dengan vertebra servikal I sampai dengan
servikal V adalah tuberculum caroticum, karena dekat dengan arteri carotico. Vertebra
servikal VII merupakan processus spinosus yang besar, yang biasanya dapat diraba sebagai
processus spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh karena itu dinamakan vertebra
prominens (Syaifuddin, 2003).
Patologi

Definisi
Non spesifik neck pain merupakan keluhan yang paling banyak terjadi pada pekerja
terutama para pekerja yang dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang melakukan postur
tertentu, nyeri leher yang dialami oleh pekerja sering kali melibatkan gangguan pada sistem
muskuloskeletal, nyeri leher ini menurut proses patofisiologinya termasuk nyeri leher mekanik
atau nyeri leher axial atau sering disebut sebagai nyeri leher non spesifik, dikatakan non spesifik
karena tidak ada penyakit atau kelainan struktural anatomi yang mendasarinya.
Gejala yang sering menyertai nyeri leher non spesifik ini seperi rasa kaku pada leher
bisa satu sisi atau kedua sisi leher, nyeri dirasakan sampai ke kepala, nyeri leher non spesifik
murni disebabkan oleh struktur otot-otot atau sistem muskuloskeletal di leher dan sering
berhubungan dengan postur tubuh atau posisi leher yang salah saat bekerja, beban kerja otot
leher yang berlebihan dalam jangka waktu tertentu (Binder, 2007; Lars, 2011; Giannoula dkk.,
2013).
Epidemiologi

Sekitar 54% individu di dunia pernah mengeluhkan nyeri leher dalam


periode enam bulan dan kejadian ini terus meningkat prevalensinya sekitar 6%
sampai 22% dan meningkat pada kelompok usia tua sekitar 38%, prevalensi
nyeri leher pada pekerja berkisar antara 6-76% dan kebanyakan terjadi pada
perempuan (Ariens dkk., 2001; Giannoula dkk., 2013).
Etiologi
Salah satu penyebab tersering nyeri leher non spesifik adalah kontraksi berlebihan
pada otot leher, hal ini terjadi karena postur yang kurang baik atau salah posisi saat tidur, hal ini
juga dapat terjadi karena seseorang bertahan pada satu posisi tertentu dalam jangka waktu
yang lama, misalnya membungkuk pada saat bekerja. Sakit leher mungkin berasal dari salah satu
struktur peka nyeri di leher termasuk tulang vertebra, ligamen (anterior dan posterior ligamen
longitudinal), akar saraf, dan kapsul, otot, dan duramater, struktur lain dari daerah leher, viseral
dan struktur somatik (Keshawi dkk., 2008; Challote dkk., 2008).).
Tanda dan Gejala
Gejala-gejala nyeri leher antara lain :
a. Terasa sakit di daearah leher dan kaku
b. Nyeri otot-otot leher yang terdapat disekitar leher dan nyeri kepala
c. Otot-otot leher menjadi tegang bila disentuh terasa sakit dan keras
d. Kadang nyeri yang dirasakan sampai menjalar ke bahu, lengan, dan kepala
e. Nyeri yang tiba-tiba dan terus-menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang abnormal
f. Kepala menghadap kesisi yang tidak nyeri yang sering disebut tortikolis.
g. Nyeri leher yang disertai keluhan yang lain seperti rasa kesemutan atau baal, kelemahan
anggota gerak lengan perlu mendapat perhatian yang serius dan pemeriksaaan yang lebih
mendalam untuk menentukan penyebab dan terapi selanjutnya
(Samara, 2007;Anderson dkk., 2011).
Patofisiologi nyeri leher non spesifik
Nyeri leher timbul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling
mempengaruhi, kontraksi otot leher, postur tubuh dan posisi leher saat kerja
serta durasi atau lama posisi leher dalam posisi tertentu dapat menyebabkan
timbulnya nyeri leher. Mekanisme ini secara kimiawi diikuti dengan penurunan
glutathione (GSH) sehingga menyebabkan kenaikan dari reactive oxygen species
(ROS) dan merangsang aktivasi dari transient receptor potential cation channel
subfamily 1 (TRPV1) atau reseptor capsaicin yang pada akhirnya mengaktivasi
reseptor nosiseptik pada otot rangka dileher dan menimbulkan sensasi sensoris
yang tidak nyaman berupa nyeri leher, peregangan dapat meningkatkan
biogenesis energi dalam mitokondria, meningkatkan aktivasi antioksidan dan
meningkatkan kalsium lokal pada sel otot. Peningkatan aktivitas biogenesis energi
pada mitokondria dapat meningkatkan glutathione (GSH), peningkatan
antioksidan menekan peningkatan ROS dan kalsium lokal yang meningkat
menekan proliferasi mikrotubulus otot-otot leher sehingga NADPH
(Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate) oxidase dan ROS menurun sehingga
aktivasi reseptor nyeri ditekan dan nyeri leher dapat berkurang (Saleet, 2014)
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Anamnesis Umum
Nama :Tn. D
Umur : 26 tahun
Alamat : Jalan Landak Baru.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Fisioterapis
Anamnesis Khusus
Keluhan utama : keterbatasan dan ada nyeri saat lateral fleksi kanan
dan rotasi kiri
Sifat nyeri : terlokalisir
Lokasi keluhan : leher dan punggung atas (kanan)
Kapan terjadi : 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit : pasien telah mengalami nyeri leher sekitar kurang lebih 1
tahun yang lalu yang disebabkan posisi saat bekerja yang tidak ergonomis.
Nyeri dan keterbatasan gerak yang dirasakan begitu saja.
Faktor memperberat : baring menyamping sebelah kanan , main hp
(menunduk)
Faktior yang memperingan : Beristrahat.
inspeksi
 Statis
Bahu asimetris
 Dinamis
Pasien mengalami keterbatasan dalam gerakan lateral kanan dan rotasi kanan

Palpasi
 Adanya spasme musculus scalene dextra,levator scapula, musculus upper trapezius dextra
 Adanya nyeri tekan pada T1
Pemeriksaan fungsi dasar
Quick Tes : Aktif 3 dimensi extensi

3D : (+) pasien tidak bisa melakukan gerakan, Nyeri


Pemeriksaan spesifik dan pengukuran fisioterapi
Pemeriksaan fungsi dasar
Aktif

Fleksi Ada nyeri, tidak full ROM


Ekstensi Tidak ada nyeri, full ROM
Lateral fleksi kanan Ada nyeri, tidak full ROM
Lateral fleksi kiri Ada nyeri, tidak full ROM
Rotasi kanan Tidak Ada nyeri, full ROM
Rotasi kiri ada nyeri, tidak full ROM

Hasil pengukuran ROM Aktif


Fleksi : 5 cm
Ekstensi : 7 cm
Rotasi kanan : 14 cm
Rotasi kiri : 12 cm
Lateral kanan : 13 cm
Lateral kiri : 12 cm
Pasif
Fleksi Nyeri, tidak full ROM, endfeel
Ekstensi Tidak nyeri, full ROM, endfell
Lateral fleksi kanan Tidak nyeri, full ROM, endfell
Lateral fleksi kiri Nyeri, tidak full ROM,firm endfeel
Rotasi kanan Nyeri, tidak full ROM, firm endfell
Rotasi kiri Tidak nyeri, full ROM, endfell

TIMT

Fleksi Nyeri, Dapat melawan tahanan


Ekstensi Tidak nyeri,Dapat melawan tahanan
Lateral fleksi kiri Tidak nyeri, Dapat melawan tahanan
Lateral fleksi kanan Nyeri, Dapat melawan tahanan
Rotasi kanan Nyeri, Dapat melawan tahanan
Rotasi kiri Tidak nyeri, Dapat melawan tahanan
Pemeriksaan spesifik

JPM (Joint Play Movement)


PACVP test PAUVP test
Nyeri tekan : C1, C2, C3, C4,C5, C6,C7 Nyeri tekan : C1, C2, C3, C4,C5,
C6,C7
 Tes Kompresi (Comression Test)
Tes ini dilakukan dengan cara menekan atau kompresi kepala pasien untuk mendeteksi
ada tidaknya penekanan di foramen intervertebralis bagian cervical. Tes ini dikatakan positif
apabila timbul nyeri sesuai dengan tingkat kompresi. Tes kompresi pada kepala dapat juga
dilakukan dalam berbagai posisi : side fleksi kanan atau kiri, ekstensi dan fleksi kepala. Tes ini
dikenal dengan nama Lhermitte test atau Spurling test.

 Hasil : Nyeri (VAS : 4)


Diagnosa dan problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)
LEMBAR BAGAN ICF
Nama : Tn. D
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : laki-laki

Kondisi/Penyakit :
Non- Spesifik neck pain et causa spasme M. scaleni with M. Levator
scapula

Impairment Acivity Limitation Participation Restriction


(Body structure and function) Sulit untuk menundukkan  Tidak dapat melakukan
• Spasme otot-otot leher kepala pekerjaannya secara
• Terjadi keterbatasan gerak Tidak bisa tidur miring kanan maksimal
• Nyeri terlalu lama
Intervensi
 Muscle Energy Technique upper trapezius (osteopathic)
MET Cervical • Prosedur pelaksanaan
 Pasien tidur terlentang.
 Satu tangan terapis menyanggah occiput, dan
• MET untuk disfungsi CO-C1 tangan lain terapis pada bagian inferior dagu
pasien.
 Segmen C0-C3 dibawa kearah patologi
barrier.
 Pasien diminta menggerakkan occiput kearah
ekstensi sambil terapis memberikan tahanan
isometrik, tarik napas dan gerakkan kedua
mata keatas secara simultan.
 Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5
detik.
 Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis
melakukan mobilisasi occiput kearah fleksi
sambil kedua mata pasien menghadap ke
bawah.
• MET untuk disfungsi C1-C2

• Prosedur pelaksanaan
 Pasien bisa duduk atau tidur terlentang.
 Kepala pasien diposisikan fleksi, satu tangan
terapis di occiput dan tangan lainnya pada
segmen C3-C7 (posisi duduk) ; satu tangan
terapis disegmen C2-3 dan tangan lainnya pada
sisi mandibula (posisi terlentang).
 Segmen C1-C2 dibawa kearah patologi barrier
(kearah rotasi).
 Pasien diminta menggerakkan occiput kearah
rotasi kontralateral sambil terapis memberikan
tahanan isometrik, tarik napas dan gerakkan
kedua mata kesamping secara simultan.
 Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
 Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis melakukan
mobilisasi occiput kearah rotasi sambil kedua
mata pasien mengikuti gerak rotasi tersebut.
• MET untuk disfungsi rotasi C3-C7
• Prosedur pelaksanaan
 Pasien bisa duduk atau tidur terlentang.
 Kepala-leher pasien dirotasikan sampai pada
patologi barrier, satu tangan terapis di segmen
cerivcal yang patologi dan tangan lainnya pada
segmen dibawahnya (duduk) ; satu tangan
terapis pada segmen yang patologi dan tangan
lainnya pada mandibula – dagu pasien (tidur).
 Pasien diminta menggerakkan kepala-leher
kearah rotasi kontralateral sambil terapis
memberikan tahanan isometrik, tarik napas dan
gerakkan kedua mata kesamping secara
simultan.
 Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
 Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis
melakukan mobilisasi leher (segmen yang
patologi) kearah rotasi sambil kedua mata
pasien mengikuti gerak rotasi tersebut (duduk)
; satu tangan melakukan glide pada pilar
articular sambil rotasi pasif segmen tersebut.
• MET untuk disfungsi lateral fleksi C3 –
C7
• Prosedur pelaksanaanan
 Pasien tidur terlentang.
 Satu tangan terapis di occiput dan tangan lainnya
pada segmen cervical yang patologi ; kepala-leher
pasien diposisikan fleksi atau ekstensi + lateral
fleksi sampai pada patologi barrier.
 Pasien diminta menggerakkan kepala-leher kearah
lateral fleksi kontralateral sambil terapis
memberikan tahanan isometrik, tarik napas secara
simultan.
 Kontraksi isometrik dipertahankan 3 – 5 detik.
 Pasca kontraksi hembuskan napas dan relaks,
kemudian secara pasif tangan terapis di occiput
melakukan mobilisasi cervical kearah lateral fleksi
disertai lateral glide pada segmen yang patologi
oleh tangan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai