Anda di halaman 1dari 4

KASUS PT.

KAI
Kelompok :
Siti Faizah C1C017018
Ayu Nir’atunnisa S. C1C017066
Oktiviani C1C017081
Niken Shafa S. C1C017102
Nurmuliani C1C017124
Pembahasan Kasus
Manajemen PT KAI tidak melakukan percadangan
kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya
kewajiban pajak yang seharusnya telah diberikan kepada
pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan pada tahun
1998-2005

Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya sebesar RP


674,5 Milyar dan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 70 miliar oleh
manajemen PT KAI dalam neraca per 31 Desember 2005 merupakan bagian
dari hutang. Akan tetapi pendapat berbeda dikemukakan Komisaris PT KAI
Hekinus Manao bahwa bantuan penyertaan modal harus disajikan sebagai
bagian dari modal perseroan.

Terjadi penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan


sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui pada saat melakukan investarisasi tahun
2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian bertahap selama lima
tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang
belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya
dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
Masalah piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai RP 95,2
Miliar, menurut komite audit harus dicadangkan
penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan
kolektibilitasnya tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan
tidak dikoreksi oleh auditor.

Masalah uang muka gaji yang dibayar sebesar Rp 28 Milyar


merupakan gaji bulan Januari 2006 dan seharusnya yang dibayar
tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005
diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji menurut Komite Audit
harus dibebankan pada tahun 2005.

Masalah persediaan dalam perjalanan berkaitan dengan


pengalihan persediaan suku cadang sebesar Rp 1,4 Milyar.
Kemudian dialihkan kepada ke unit kerja lainnya di lingkungan PT
KAI, akan tetapi belum selesai proses akuntansinya per 31
Desember 2005, Komite Audit menyatakan hal ini telah bebas pada
tahun 2005.

Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih tetapi
dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI
selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar SKP PPN
sebesar Rp 95,2 miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai
piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak itu.
Analisis Materialitas dan Risiko Kasus
Audit PT. KAI
Inventory Capital
Payment Payroll and
and raising and
and Tax Personnel
Warehousin Investment
Cycle Cycle
g Cycle Cycle
Inherent Risk High High Medium High
Control Risk High High Medium Low
Acceptable Risk Low High Low Low
Planned
Low Medium Medium Low
Detection Risk
Amount of
Evidence High Medium Medium High
Required

Anda mungkin juga menyukai