0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
216 tayangan13 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai metode studi Islam, termasuk metode diakronis, sinkronis-analisis, problem solving, deduktif, dan induktif.
2. Setiap metode memiliki pendekatan dan asumsi dasar yang berbeda dalam memahami ajaran Islam, seperti menekankan aspek sejarah, analisis teoritis, atau penyelesaian masalah.
3. Metode-metode tersebut dig
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai metode studi Islam, termasuk metode diakronis, sinkronis-analisis, problem solving, deduktif, dan induktif.
2. Setiap metode memiliki pendekatan dan asumsi dasar yang berbeda dalam memahami ajaran Islam, seperti menekankan aspek sejarah, analisis teoritis, atau penyelesaian masalah.
3. Metode-metode tersebut dig
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai metode studi Islam, termasuk metode diakronis, sinkronis-analisis, problem solving, deduktif, dan induktif.
2. Setiap metode memiliki pendekatan dan asumsi dasar yang berbeda dalam memahami ajaran Islam, seperti menekankan aspek sejarah, analisis teoritis, atau penyelesaian masalah.
3. Metode-metode tersebut dig
yunani yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi metode ialah suatu ilmu tentang cara atau langka-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut istilah, metode adalah ajaran yang memberikan uraian, penjelasan dan penentuan nilai. Metode biasa di gunakan dalam penyelidikan keilmuan. Metode ialah ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus digunakan dalam mencapai suatu penelitian keilmuan. Metode berperan penting dalam kemajuan dan kemunduran pertumbuhan ilmu. Dengan metode yang tepat mempermudah tujuan pencapaian kelogisan penelitian dan kebenarannya. Metode Diakronis Metode Sinkronis-Analisis Metode Problem Solving (Hil Al-Musykilat) Metode Empiris (Tajribiyyah) Metode Deduktif (Al-Manhaj Al-Istinbathiyyah) Metode Induktif (Al-Manhaj Al-Istiqraiyyah)
Metode-metode Studi Islam
Metode Diakronis
Suatu metode yang mempelajari islam
menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberikan kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam, sehingga umat islam memiliki pengetahuan yang relevan, dan kesatuan integral. Lebih lanjut umat islam mampu menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya setiap komponen, bagian, subsistem, dan supra sistem ajaran islam. Wilayah metode ini terarah pada aspek kognitif. Metode Sinkronis-Analisis
Metode mempelajari islam yang memberikan
kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek umat islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segala jenis aplikasi praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritis. Metode diakronis dan metode singkronisis analitis mengutamakan asumsi dasar sebagai berikut ini : 1. Islam adalah wahyu asli ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagi hasil daya cipta dan rasa manusiawi. (QS. Al-Najm:3-4) 2. Islam adalah agama yang sempurna dan diatas segala-galanya. (QS.al-Madinah:3) 3. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan subsistem serta komponen dengan bagian-bagiannya dan secara keseluruhan merupakan suatu struktur yang unik. (QS.al-Maidah) 4. Wajib bagi umat islam untuk mengajak pada makruf dan nahi munkar.(QS. al- ALImran: 104) Metode Problem Solving (Hil Al-Musykilat)
Metode mempelajari islam yang mengajak
pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang pengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara penguasa keterampilan dari pada perkembangan mental intelektual, sehingga memiliki kelemahan yakni perkembangan pemikiran umat islam mungkin hanya sebatas kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanitis. Metode Sinkronis-Analisis
Suatu metode mempelajari islam yang
memungkinkan umat islam mempelajari ajarannya melalui proses relitasi, aktualisasi, dan internalisasi norma-norma dan kaidah islam dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosisal, kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dan suatu norma baru. Proses ini selanjutnya berjalan dalam suatu putaran yang radiusnya makin lama makin berkembang, sehingga keuntungan metode ini adalah umat islam tidak hanya memiliki kemampuan secara teoritis normatif, tetapi juga adanya pengembangan deskriptif inovatif beserta aplikasinya dalam kehidupan nyata. Metode problem solving dan metode empiris menggunakan asumsi dasar sebagai berikut: 1. Norma (ketentuan) kebijakan dan kemungkaran selalu ada dan diterangkan dalam islam. (QS.al-Ali Imran: 1-04) 2. Ajaran islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan di akhirat. (QS.al-Fath: 29) 3. Ajaran islam merupakan jalan untuk menuju ridho allah. (QS.as-Syura:13) 4. Ajaran islam sebagai ilmu pengetahuan. (QS.al-Baqarah: 120, at-aubah: 122) Metode Deduktif (Al-Manhaj Al-Istinbathiyyah)
Metode deduktif memahami islam dengan
cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan filosofis, dan selanjutnya kaidah-kaidah itu di aplikasikan untuk menentukan masalah-masalah yang di hadapi. Metode ini dipakai menggunakan sarana meng-istibath-kan hukum-hukum syara’, dan kaidah-kaidah itu bersifat penentu dalam masalah-masalh furu’ tanpa menghiraukan sesuai tidaknya dengan paham mazhab nya. Dengan kata lain, furu’ harus tunduk pada kaidah-kaidah, bukan sebaliknya. Metode ini dikenal dengan mutakallimin atau metode syafi’ah. Metode Induktif (Al-Manhaj Al-Istiqraiyyah)
Suatu metode memahami islam dengan
cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah-masalah yang disesuaikan dengan mazhabnya terlebih dahulu. Metode pengkajiannya dimulai dari masalah- masalah khusus, lalu di analisis, Walaupun kaidah- kaidah itu sudah dirumuskan dan ditetapkan, namun bukan sarana yang bersifat penentunya terhadap hukum nya. Prosedur pelaksanaan metode induktif dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu: 1. Adanya penjelasan dan penguraian serta menampilkan topik pemikiran yang umum. 2. Menampilkan pokok-pokok pemikiran dengan cara menghubungkan masalah tertentu, sehingga dapat mengikat bahasan untuk menghindari masuknya bahasa yang tidak relevan. 3. Identifikasi masalah dengan mengestimatisasi unsur-unsurnya. 4. Implikasi formasi yang baru tersebut. ADA PERTANYAAN….?