Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segalarahmat
dan nikmatNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan
yang berarti. Tak lupa pula shalawat beriring salam semoga tercurah pada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai pengikutnya sampai
akhir zaman.
Makalah ini berjudul “Kesulitan Belajar” yang membahas tentang macam-
macam kesulitan belajar, teori yang mendukung tentang bagaimana mengatasi
kesulitan belajar pada anak.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini, karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya tugas
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
civitas akademika umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................
PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
2. Rumusan masalah .................................................................................................... 1
3. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Definisi Kesulitan Belajar ...................................................................................... 3
B. Faktor- faktor yang menimbulkan kesulitan belajar ................................................ 5
C. Karakteristik anak berkesulitan belajar ................................................................... 7
D. Sebab- sebab kesulitan belajar ................................................................................ 9
E. Identifikasi anak kesulitan belajar ......................................................................... 13
F. Masalah dan dampak dari anak berkesulitan belajar.............................................. 15
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap anak unik dan luar biasa. Beberapa anak mempunyai perbedaan yang kita sebut
anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat berarti banyak hal.
Kadang-kadang anak belajar secara berbeda, atau mendengarkan dengan alat bantu,
atau membaca dengan huruf Braille. Seorang anak mungkin mempunyai kesulitan
dalam untuk berkomunikasi atau memberikan perhatian. Seorang anak dapat lahir
dengan kebutuhan khusus, atau memperolehnya karena kecelakaan atau kondisi
kesehatannya. Kadang-kadang seorang anak akan mengembangkan perilaku tertentu
dan kemudian menjadi terhambat perkembangannnya. Tetapi apapun masalah yang
dialami seorang anak dalam proses belajarnya, emosi, tingkah laku, atau tubuh fisiknya,
ia tetap seorang manusia. Ia tidak ditentukan oleh ketidakmampannya; alih-alih
ketidakmampuannya adalah sebagian dari jati dirinya.
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Definisi kesulitan belajar
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Karateristik anak berkesulitan belajar
4. Sebab-sebab kesulitan belajar
5. Identifikasi anak berkesultan belajar
6. Masalah dan dampak dari anak berkesulitan belajar
3. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui berbagai macam faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui karateristik anak berkesulitan belajar
1
4. Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar
5. Untuk dapat mengidentifikasi anak berkesulitan belajar
6. Untuk mengetahui masalah dan dampak yang timbul pada anak berkesulitan belajar
2
BAB II
PEMBAHASAN
Siapakah anak berkesulitan belajar itu? Tidak kurang dari 40 istilah telah
diusulkan untuk menggambarkan atau merujuk kepada apa yang disebut dengan anak
berkesulitan belajar. Dan tidak kurang dari 38 definisi telah dirumuskan untuk
mengartikan istilah berkesulitan belajar. Banyak istilah atau sebutan yang sering
digunakan di dalam berbagai literatur untuk merujuk anak yang mengalami kesulitan
belajar khusus antara lain sebutan berikut ini.
Definisi lain dikemukakan oleh Samuel A.Kirk (1971) bahwa Children Listed
under the caption of specific learning disabilities are children who cannot be grouped
under the traditional categories of exceptional children, but who show significant
retardation in learning to talk, or who do not develop normal visual or auditory
3
perception, or who have great difficulty in learning to read, to spell, to write, or to make
arithmetic calculations.
Keragaman jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami seorang anak memang
menimbulkan adanya klasifikasi yang cermat tentang kesulitan belajar ini. Oleh karena
itu muncul berbagai istilah atau sebutan bagi kesulitan belajar seperti telah diutarakan
di atas. Akan tetapi di dalam kenyataan, kesulitan yang satu seringkali dibarengi oleh
kesulitan lain sehingga terjadi tumpang tindih antar kesulitan..
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar atau learning
disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang
mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan
yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar.
4
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KESULITAN BELAJAR
Kephart (1967) mengelompokkan penyebab kesulitan belajar ini dalam tiga kategori
utama yaitu: kerusakan otak, gangguan emosional, dan pengalaman. Kerusakan otak berarti
terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam kasus-kasus encephalitis, meningitis, dan toksik.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk proses
belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak yang mengalami disfungsi
minimal otak (minimal brain dysfunction) pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada
saat anak mengalami proses belajar.
5
Bagan 8.1 menelusuri tahapan kesulitan belajar, yang diklasifikasikan ke dalam empat
tataran, dari mulai penyebab sampai hasil. Tataran I menunjukkan penyebab asli, baik
yang terjadi pada saat kelahiran maupun setelah lahir. Hasil dari tataran I ini terwujud
dalam tataran II yang mungkin berupa kerusakan otak, ketidakseimbangan kimiawai,
hambatan emosional, kesenjangan kematangan, dan/atau kemiskinan pengalaman yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam persepsi, pembentukan konsep, memori, dan
6
proses lainnya sebagaimana tampak dalam tataran III. Kesulitan-kesulitan yang terjadi
pada tataran III menghasilkan berbagai gaya belajar sebagaimana tampak pada tataran
IV. Jika ditilik dari proses tersebut maka suatu kesulitan belajar bisa disebabkan oleh
faktor ganda.
Dengan menilik faktor-faktor diatas, faktor pada tataran I dan II lebih banyak
menyangkut aspek medis, biologis, atau sosiologis sehingga bidang medis akan lebih
banyak terlibat dalam menangani masalah ini. Pada tataran III akan lebih banyak
melibatkan ahli diagnostik dan ahli psikologi; sedangkan pada tataran IV akan lebih
banyak melibatkan guru dan ahli pendidikan. Untuk kepentingan layanan pendidikan
dan psikologis di dalam diagnosis dan remedial, keragaman gaya belajar seperti tampak
pada tataran IV harus menjadi fokus utama penyembuhan.
Gaya belajar seperti tampak pada tataran IV merupakan hal baru tetapi merupakan
dimensi yang amat penting dalam memahami faktor kesulitan belajar. Sebagai contoh
seorang anak yang mempunyai ga
ya belajar auditif tentu tidak akan efektif mencerna informasi yang disajikan melalui
rangsangan visual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekeliruan dalam gaya
penyajian dapat menimbulkan kelambanan atau kegagalan yang dialaminya dalam
belajar seyogyanya melakukan analisis tugas dan perilaku anak sebagai dasar
pengembangan program pengajaran yang sepadan dengan gaya belajar dan gaya
kognitif anak.
7
1. Aspek Kognitif
2. Aspek Bahasa
Di dalam proses belajar kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan
menyatakan pikiran. Oleh karena itu pula aspek kemampuan bahasa seringkali tidak
dipisahkan dari aspek kognitif karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses
kognitif. Tampak jelas bahwa masalah kemampuan berbahasa anak akan berpengaruh
signifikan terhadap kegagalan belajar.
3. Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan masalah yang umumnya dikaitkan dengan kesulitan belajar.
Masalah motorik anak berkesulitan belajar biasanya menyangkut keterampilan motorik-
perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau
pola. Kemampuan ini sangat diperlukan menggambar, menulis, atau menggunakan
gunting. Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan
dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan
belajar.
8
C. SEBAB-SEBAB KESULITAN BELAJAR
Sekalipun sistem seperti itu bisa mulai tampak pada usia taman kanak-kanak, tetapi
untuk anak tertentu mungkin belum tampak pada saat anak memasuki sekolah dasar.
Mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk mengikuti kegiatan kelas seperti
membaca, mengeja, dan berhitung; kesulitan dalam memahami konsep konkrit maupun
abstrak; penampilannya cenderung kacau atau tak beraturan-tinggi dalam bidang tertentu
dan rendah dalam bidang lainnya. Mereka sering menunjukkan gejala kurang mampu
memusatkan perhatian, ketidakstabilan emosi, frustrasi, dan sikap permusuhan.
9
Seringkali kehilangan pendengaran.
Hiperaktivitas.
Hipoaktivitas.
Ketidakcakapan membaca.
Ketidakcakapan berhitung.
Ketidakcakapan mengeja.
e. Karakteristik emosional
Impulsif.
Eksplosif.
10
Seringkali berpikirnya tak terorganisasi.
2. Aphasia
Aphasia merujuk kepada suatu kondisi dimana anak gagal menguasai ucapan-ucapan
bahasa yang bermakna pada usia sekitar 30 tahunan. Ketidakcakapan bicara ini tidak
dapat dijelaskan karena faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ bicara,
atau faktor lingkungan.
Aphasia tampak dalam berbagai bentuk dengan simptom yang cukup kompleks. Secara
garis besar simptom aphasia dapat digolongkan ke dalam tiga karakteristik utama berikut
ini.
a. Receptive aphasia
Kemiskinan kosakata.
b. Expressive aphasia
11
c. Inner aphasia
Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.
Lamban merespon.
3. Dyslexia
Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca, adalah jenis lain gangguan belajar.
Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan
pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan normal yang
mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Simptom umum yang
sering ditampilkan anak disleksa ialah:
Kelemahan memori.
Kesulitan auditif.
12
membedakan dan menafsirkan objek sebagai suatu kesatuan. Akan tetapi jika kelemahan
perseptual-motorik itu terjadi, hubungan antara persepsi dan gerak motorik akan terganggu.
Kondisi ini menjadikan anak tidak dapat melakukan pengamatan secara tepat dan tidak
mampu menterjemahkan pengamatan itu ke dalam alur gerak motorik, dan bahkan anak
tidak dapat mendengar dan melihat secara normal. Biasanya anak yang mengalami
gangguan perseptual motorik ini mengalami kesulitan dalam memahami dan menyatakan
ide.
Simptom umum yang sering ditunjukkan oleh anak yang mengalami kelemahan
perseptual atau perseptual-motorik ialah:
Kesulitan melakukan gerak ritme normal; saat menulis cenderung mengurangi atau
menambah ukuran, bentuk, warna, ketebalan.
1. Tes atau teknik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasa anak, dapat dipahami oleh
anak.
2. Evaluasi harus dilakukan oleh tim dari berbagai disiplin, setidak-tidaknya terdiri atas
seorang guru atau ahli lain yang mengetahui masalah kesulitan belajar.
13
3. Kriteria penetapan kesulitan belajar hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Seorang anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika anak tidak mampu
mencapai prestasi sesuai dengan usia dan tingkat kecakapan dalam satu atau lebih
bidang:
Ekspresi lisan
Mendengarkan pemahaman
Ekspresi tulisan
Membaca pemahaman
Berpikir matematis
Keterbelakangan mental
Gangguan emosional
14
f) Kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan
dan layanan khusus,
Bagi keluarga, kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran orang
tua, apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya.
Kekecewaan, perasaan, dan pikiran aneh bisa muncul pada orang tua dan tak mustahil
menimbulkan frustasi orang tua atau keluarga.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesulitan belajar atau learning disabilities merupakan istilah generik yang
merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana
gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang
dapat menimbulkan gangguan proses belajar.
Anak berkesulitan belajar merupakan kelompok tersendiri. Kesulitan belajar
lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun
ekspresif di dalam proses belajar.
B. Saran
Sekolah diharapkan dapat lebih memperhatikan anak yang berkebutuhan khusus
dan mengalami kesulitan belajar. Sehingga anak bersemangat dan mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17