Anda di halaman 1dari 36

Kelompok 3

Auwaludin Chadafid (171910101045)


Muamara Al Qifari (171910101053)
Nurcholis Alfian M (171910101054)
Wildan Widianto (171910101056)
Renald Rochman M (171910101058)
Auwaludin Chadafid (171910101045)
1) PENGARUH PENEMPATAN PENGHALANG BERBENTUK SEGITIGA DIDEPAN SILINDER
DENGAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP KOEFISIEN DRAG
 Aliran fluida melintasi suatu benda (bluff body) memegang
peranan penting dalam aplikasi enginering seperti pada
penukar kalor, pembakaran dan alat transportasi.
 Aliran eksternal viscous yang mengalir melalui silinder akan
mengalami stagnasi, lapisan batas, separasi (pemisahan)
dan wake di belakang silinder. Untuk benda yang bergerak
dalam fluida viscous, gaya drag(gaya hambat) and gaya lift
(gaya angkat) erat hubungannya dengan separasi aliran
Gambar Skema Penelitian
(Chew et al., 1997).
 Adanya separasi aliran akan menyebabkan timbulnya wake
di belakang silinder yang mengakibatkan drag (hambatan).
Semakin cepat terjadinya separasi aliran, wake akan
semakin lebar sehingga drag semakin besar.
 Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh
penempatan penghalang berbentuk segitiga di depan
silinder dengan variasi kecepatan aliran udara terhadap
koefisien drag
 Makin besar wake makin besar terjadi perbedaan gaya di
depan dan di belakang silinder berakibat makin besar gaya
seret aliran terhadap silinder
Grafik Hubungan antara Koefisien Grafik Hubungan antara Koefisien
Tekanan Cp terhadap sudut silinder (θ) Drag (CD) terhadap Bilangan Reynold (Re)
dengan Variasi kecepatan aliran udara KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya penghalang mampu
menurunkan koefisien drag.
2. Semakin besar bilangan Reynold atau
semakin besar kecepatan aliran udara
koefisien drag semakin kecil.
3. Pada bilangan Reynold Re = 11.800,
Re = 9.170 dan Re = 6.480 koefisien  Menunjukkan hubungan koefisien drag (CD)
drag lebih besar dibandingkan dengan terhadap bilangan Reynold (Re) dengan
tanpa penghalang. penghalang dan tanpa penghalang
 menunjukkan hubungan koefisien tekanan  Menunjukkan hubungan koefisien drag (CD)
(Cp) terhadap sudut silinder (θ), dengan tanpa terhadap bilangan Reynold (Re) dengan
penghalang dan penghalang, pada kecepatan penghalang dan tanpa penghalang
 Penurunan tekanan yang lebih tajam  Hal ini disebabkan pada bilangan Reynold
dibandingkan dengan tanpa penghalang yang lebih besar atau pada kecepatan aliran
 Pada tanpa penghalang separasi terjadi kira-kira yang lebih besar, momentum aliran lebih
pada sudut 110o sedangkan dengan penghalang mampu untuk mengatasi tegangan geser
pada Re=18.100 dan Re=14.500 separasi bisa yang terjadi, sehingga separasi terjadi jauh
ditunda, terjadi pada sudut 120o sampai 130o dibelakang silinder dan menyebabkan wake
dibelakang silinder menjadi lebih sempit
2) Studi Numerik Interaksi Vortex-Induced Vibrations(VIV) Antara Empat Silinder
Tegak Fleksibel dengan Konfigurasi In-Line Square dalam Aliran Uniform
 (VIV) di sekitar sekelompok silinder adalah suatu fenomena yang
umum ditemui pada aplikasi teknik saat ini, seperti aliran fluida
yang melewati kabel, struktur lepas pantai, dan lain sebagainya
 VIV dapat menyebabkan berkurangnya umur operasi suatu equipment
dan dapat berakibat pada kecelakaan atau kegagalan operasi
Dari grafik di samping dapat
disimpulkan bahwa displacement
setiap silinder untuk masing-
masing arah gerakan, cross flow
motions maupun in-line motions,
semakin membesar seiring
meningkatnya Reynold Number.

Kesimpulan

 Variasi aspect ratio membuat downstream cylinder lebih  Seiring dengan meningkatnya Reynold Number, CDdan
cepat terlepas dari pengaruh aliran dari silinder di CLsemakin kecil, untuk besar gaya yang sama dan
depannya karena jarak antar diameter terluar silinder sebaliknya, displacement setiap silinder untuk masing-
menjadi lebih besar. Hal ini berpengaruh pada CLsilinder masing arah gerakan, cross flow motions maupun in-
4 pada S*x/S*y>3.5 yang menurun drastis, tidak line motions semakin meningkat. PadaRe=100, silinder
mengikuti tren dari spacing ratio sebelumnya. Penurunan 1 cenderung mengalami in-line vibrationsdan silinder
CLini menyebabkan perubahan tipe VIV pada silinder 4 4 cenderung mengalami cross-flow vibrations.
yang sebelumnya cenderung pada cross-flow vibrations
Sedangkan pada saat Re=300, baik silinder 1 maupun
menjadi in-line vibrations.
silinder 4 cenderung mengalami in-line
vibrationskarena CD memang jauh lebih besar
daripada CL
3) Studi tentang Karakteristik Aliran Melintasi Silinder Ellips (AR) = 1/3 dan 1/4 Tunggal Teriris pada Sisi Depan

 Sebuah benda yang dilewati aliran diklasifikasikan sebagai Visualisasi Aliran pada Kontur Permukaan
bluff bodyatau streamlined bodydidasarkan atas Silinder Ellips (AR = 1/3) dan (AR = 1/4) Tunggal
karakteristik aerodinamika di sekeliling benda tersebut
 Fenomena transisi aliran tersebut dikarakteristikkan salah
satunya dengan gaya hambat (drag force). Gaya hambat
pada bluff bodydidominasi oleh pressure drag, sedangkan
pada streamlined body, umumnya didominasi oleh skin
friction drag
 Penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan
karakteristik aliran saat melintasi silinder ellips tunggal yang
dimodifikasi geometrinya dengan axis ratio (AR) = 1/3
KESIMPULAN

 Hasil-hasil kuantitatif (grafik Cp maupun profil


kecepatan) maupun kualitatif (visualisasi
aliran) memperlihatkan adanya kesesuaian
fisis antara hasil eksperimental maupun
simulasi numerik yang menunjukkan
terjadinya interaksi aliran fluida dengan
Gambar Visualisasi aliran silinder ellips (AR = silinder ellips(AR=1/3) dan silinder
1/3) & (AR =1/4) tunggal dengan oil flow picture ellips(AR=1/4) yang dilakukan modifikasi
methods(eksperimental) dan hasil simulasi numerik. dengan pemotongan sisi depan sebesar 5%B,
a). Pemotongan (a = 5%B),
b). Pemotongan (a = 10%B),
10%B, dan 15%B.
c). Pemotongan (a = 15%B)  Modifikasi geometri pada silinder ellips (AR =
1/3) dengan pemotongan sisi depan sebesar
Gaya Hambat Total (Total Drag) 10%B, dan silinder ellips (AR= 1/4) dengan
pemotongan sisi depan sebesar 15%B,
memberikan pengaruh yang paling signifikan
dalam mempercepat transisi aliran dari laminar
menjadi turbulen, dan memberikan gaya
hambat total (total) drag yang paling kecil jika
dibandingkan dengan bentuk silinder
ellipslainnya.
Muamara Al Qifari (171910101053)
Studi Karakteristik Aliran Tiga Dimensi Dan Perpindahan Panas Pada
Cascade Airfoil Dengan Pengaruh Clearance
• Dalam dunia teknik khususunya mekanika fluida, aliran tiga dimensi merupakan hal yang sangat penting
guna untuk mengetahui fenomena aliran dan perpindahan panas yang terjadi pada bluffbody cascade airfoil.
Error atau loses yang terjadi pada cascade airfoil disebabkan oleh adanya aliran sekunder. Error atau loses
tersebut menurut penilitian yang terlah dilakukan dapat dikurang dengan aspek clearance.
• Metode penelitian
• Airfoil
• Aliran boundary layer
• Thermal boundary layer
• Aliran laminar dan turbulen pada boundary layer

• Dari hasil simulasi Cascade Airfoil dengan variasi angle of attack, jarak antara leading edge dan geometri
airfoil dapat diambil kesimpulan antara lain:
• Semakin Dekat jarak leading edge semakin besar pula error atau losses yang terjadi pada mid span
• Angle of attack pada airfloil mempengaruhi stream line yang terjadi pada endwall dan wall clearance
• Geometri Airfoil mempengaruhi terjadi vortex pada trailing edge.
ANALISIS DIAMETER GELEMBUNG PADA KERUGIAN TEKANAN
ALIRAN FLUIDA
• Dalam pengembangan ilmu tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengamati kerugian yang terjadi pada sistem perpipaan. kerugian
gesekan pipa akan terjadi apabila cairan yang mengalir melalui pipa bergesakan dengan dinding pipa. Hasil penelitian menunjukkan ketika
aliran turbulen dengan lapisan pita mg lebih efektif untuk mengurangi kehilangan tekanan karena mengalir menjadi dua fase dan beberapa
gelembung yang dapat bertahan akan mengecilkan ukuran diameternya sehingga tidak menghambat laju aliran fluida.
• Metode penelitian
• Meshing serbuk mg dan fe
• Pembuatan pita pelapis
• Pengukuran kekasaran permukaan
• Pengambilan gambar gelembung
• Pengukuran diameter gelembung

• Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
• Pada aliran laminer pelapisan pita fe lebih kecil kerugian tekanannya hal ini disebabkan efek gelembung hidrogen belum perpengaruh
pada aliran, bahkan pertumbuhan gelembung yang terjadi pada saluran menghambat kecepatan aliran, sehingga kerugian tekanan pada
pelapisan pita mg lebih besar.
• Ketika aliran berubah menjadi turbulen kerugian tekanan pada pita mg berubah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pita fe. Hal
ini disebabkan gelembung hidrogen mulai efektif untuk mengurangi kerugian tekanan yang terjadi.
• Pada bilangan Re yang tinggi sebagian gelembung ada yang pecah karena tegangan permukaan gelembung tidak mampu menahan
kecepatan aliran yang terjadi sehingga aliran menjadi dua fase. Sebagian gelembung yang mampu bertahan akan mengecilkan ukuran
diameternya sehingga tidak menghambat laju aliran.
ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR
BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE
• Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dalam jumlah besar dan continue (mass production), perusahaan melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal berupa
pengidentifikasian kecacatan produk dan lamanya waktu proses agar dapat mengurangi siklus waktu proses produksi seminimal mungkin. Oleh karena itu, penulis melakukan analisis
laju aliran panas, jenis aliran fluida, pipa perambatan panas, daya pengaduk untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam proses pencairan material lateks.
Metode dari pengujian ini meliputi : pengumpulan data di lapangan, melakukan perhitungan dari data yang terkumpul, dan menarik kesimpulan. Dari hasil pengujian ini diketahui
bahwa waktu proses dan pencampuran bahan lateks di dalam tanki dipengaruhi oleh viskositas dinamik lateks, laju perpindahan panas steam pada half-pipe coil dan daya agitator
atau pengaduk.

• Metode penelitian
• Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menghitung Aliran proses dari tanki proses half coil adalah steam dari boiler masuk melalui pipa inlet. Selanjutnya
material lateks dimasukkan melalui bagian penutup tanki. Setelah beberapa menit, panas merata diseluruh jaket melaui pipa half coil yang mengelilingi tanki . Motor listrik
dihidupkan untuk 37 menggerakan pengaduk untuk membuat adonan lateks tercampur. Steam terpakai keluar melalui outlet dibagian bawah tanki. Hasil adukan material
keluar melalu ball valve pada bagian bawah tanki proses.

• Kesimpulan
• Viskositas dinamik fluida atau kekentalan fluida pada latek atau produk adalah 1,98 x 104 kg/m.s, sedangkan vikositas dinamik fluida atau kekentalan fluida pada steam adalah
2,84 x 10-5 kg/m.s..
• Aliran fluida pada reaktor alir tangki berpengaduk adalah aliran turbulen.
• Laju perpindahan panas yang terjadi pada tanki dan jaket adalah konduksi dan konveksi dimana nilai masing-masing laju perpindahan panasnya adalah sebagai berikut:
• Perpindahan panas konduksi pada tangki = 549,235 kW
• Perpindahan panas konveksi pada tanki = 2858,22 kW
• Perpindahan panas konduksi pada jaket = 520,064 kW
• Perpindahan panas konveksi pada jaket = 3284,23 kW
• Kebutuhan pipa perambatan panas untuk mendapatkan material yang bercampur sempurna adalah 48 buah pipa half-coil.
Nurcholis Alfian M (171910101054)
ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA PIPA ACRYLIC DIAMETER 12,7
MM (0,5 INCI) DAN 38,1 MM (1,5 INCI)
Disusun oleh: Eko Singgih Priyanto Fakultas Teknologi Industri, Teknik
Mesin
• Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan PEMBAHASAN :
dibuat dengan menggunakan tiga buah pipa
pengujian, diantaranya: pipa acrylic berdiameter 12,7 Pengujian dilakukan pada pipa pengujian Diameter
mm (0,5 inci) dengan diameter dalam 9,5 mm (0,37 12,7 mm (0,5 inci) dan 38,1 mm (1,5 inci) dengan
inci), pipa acrylic berdiameter 25,4 mm (1inci) 13 kali bukaan katup, diantaranya: bukaan katup
dengan diameter dalam 18 mm (0,71 inci) dan pipa 30°, 35°, 40°, 45°, 50°, 55°, 60°, 65°, 70°, 75°,
acrylic berdiameter 38,1 mm (1,5 inci) dengan 80°, 85°, 90°. Dari setiap katup dilakukan
diameter dalam 32 mm (1,26 inci). sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-ratakan.
Pengujian dilakukan dengan mengukur temperatur
• Pipa acrylic merupakan pipa pengujian transparan, fluida air terlebih dahulu dengan menggunakan
yang dapat membantu untuk melihat aliran dari fluida termometer air. Pengukuran temperatur bertujuan
tersebut. untuk mendapatkan nilai temperaturnya (T).
Temperatur (T) fluida air didapat maka akan
• Analisa aliran fluida pada pipa acrylic diameter 12,7 mendapatkan nilai viskositas (v) fluida airnya.
mm (0,5 inci) dan 38,1 mm (1,5 inci) dengan Lalu fluida disirkulasikan ke pipa pengujian
permukaan licin, bertujuan untuk membandingkan dengan menggunakan pompa. Supaya stabil, fluida
dibiarkan beberapa menit untuk bersirkulasi.
nilai bilangan Reynold (Re) dan koefisien gesek (λ) Setelah fluida bersikulasi stabil, volume fluida
pada pipa acrylic diameter 12,7 mm (0,5 inci) dengan ditampung kedalam gelas ukur selama 10 detik.
nilai bilangan Reynold (Re) dan koefisien gesek (λ) Maka volume ( 𝑣) fluida yang masuk kedalam
pada pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci). gelas ukur selama 10 detik didapat. Ini bertujuan
Pengamatan dari grafik Re- λ yang ditampilkan untuk untuk menghitung debit (Q) fluida airnya. Karena
menganalisa apabila nilai Reynold (Re) jika semakin diameter dalam pipa (D) sudah diketahui, maka
meningkat dan pengaruhnya terhadap nilai koefisien dapat menghitung luas penampang pipa (A).
geseknya (λ). Hasil dari tampilan grafik Re- λ akan Sehingga bisa untuk menghitung kecepatan dari
disesuaikan dengan diagram Moody. fluida air. Nilai volume (V), diameter dalam (D)
pipa, dan viskositas (v) fluida air akan digunakan
untuk mencari nilai bilangan Reynoldnya (Re).
Sedangkan data perbedaan head tekanan
digunakan untuk mencari nilai koefisien gesek (λ).
Dari hasil analisa aliran fluida air pada pipa acrylic
berdiameter 12,7 mm (0,5 inci) dan 38,1 mm (1,5
inci) dengan permukaan licin berdasarkan grafik
Re-λ, dapat disimpulkan bahwa :
• 1. Pada pipa pengujian berdiameter 12,7 mm (0,5
inci) dengan permukaan licin alirannya termasuk
kedalam aliran turbulen, koefisien gesek (λ)
terletak pada persamaan Blassius λ = 0.3164Re-
1/4 dengan grafik Re-λ yang lurus.
• 2. Pada pipa pengujian berdiameter 38,1 mm
(1,5 inci) dengan permukaan licin alirannya
termasuk kedalam aliran turbulen, grafik Re-λ
melengkung mendekati lurus.
• 3. Pada kecepatan yang sama (V = konstan), jika
semakin besar diameter (D) pipa pengujiannya ,
maka nilai koefisien geseknya (λ) akan naik.
Begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil
diameter (D) pipa pengujiannya, maka nilai
koefisien geseknya (λ) akan menurun.
KARAKTERISASI ALIRAN FLUIDA GAS-CAIR MELALUI
PIPA SUDDEN CONTRACTION
• Penelitian bertujuan
membuat visualisasi garis PEMBAHASAN :
arus aliran satu fase air dan
pola aliran dua fase air- pengecilan S = 0,4 diperoleh
udara, selanjutnya visualisasi garis arus yang
mendiskripsikan distribusi cukup sempurna, sedang untuk
tekanan dan penurunan pengecilan S = 0,25 dan 0,16
tekanan aliran satu fase air, hasil visualisasi garis arus
maupun aliran dua fase air- kurang sempurna dikarenakan
udara melewati pengecilan Pertama : Dimensi seksi uji
pipa bulat dengan pada perbesaran yang relatif
perbandingan sisi masuk pendek kurang lebih 30 cm,
dan keluar masing-masing dan diameter pipanya kecil,
1,5 : 1, 2 : 1 dan 2,5 : 1
dengan metode eksperimen. sehingga kecenderungan aliran
yang terjadi adalah aliran
turbulen. Kedua : Bahan
pewarna mudah terlarut alam
air.
• KESIMPULAN
• 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa visualisasi garis arus tampak
bagus pada pengecilan 1,5 : 1 dengan panjang daerah pusaran
Xl (cyrculation zones) dan tinggi pengecilan (H) merupakan
fungsi dari Re, pada fluks massa Gl = 4,733 kg/m2det sampai Gl =
13,253 kg/m2det dengan Xl /H berturut-turut 20.7, 20, 11.02,
7.87, 3.14, sedang pada rasio 2 : 1 dan 2.5 : 1 hubungan Re
terhadap Xl dan H sulit untuk diamati karena keterbatasan seksi uji.
• 2. Hasil visualisasi pola aliran dua fase pada kecepatan supervisial
Jg = 0,016 m/s, Jl = 0,622 m/s membentuk pola aliran bubble,
pada Jg = 0,032 m/s, Jl = 0,622 m/s membentuk pola aliran
kantong, pada Jg = 0,048 m/s, Jl = 0,622 m/s membentuk pola aliran
strata gelombang, pada Jg = 0,065 m/s, Jl = 0,622 m/s membentuk
pola aliran sumbat liquid.
• 3. Hasil pengukuran dan perhitungan distribusi tekanan sepanjang
sumbu saluran memperlihatkan bahwa penurunan tekanan
meningkat dengan kenaikan fluks massa (G) dan kualitas (x).
Penurunan tekanan pada asumsi aliran homogen lebih besar
dibanding dengan asumsi aliran terpisah menggunakan teori
Chisholm.
KOEFISIEN GESEK PIPA KASAR DENGAN BIOPOLIMER GUAR GUM
PEMBAHASAN :
• Aliran laminar dan turbulen dari larutan polimer guar gum
(getah latex) untuk permukaan pipa mulus dan kasar telah
diteliti. Eksperimen ini menggunakan pipa PVC
berdiameter 25,4 mm, pipa tersebut dikasarkan
menggunakan pasir dengan nilai kekasaran (k) 0,34. 0,8
dan1,59 mm. Setiap pipa tersebut diuji dengan konsentrasi
polimer guar gum 250, 500 dan 1000 pmm.
• Hasil menunjukan bahwa karakteristik aliran dipengaruhi
oleh penambahan konsentrasi polimer dan tingkat
kekasaran permukaan. Pada aliran transisi dan turbulen
tanpa additive kenaikan koefisien gesek terjadi akibat dari
kondisi kekasaran dinding. Penambahanadditive kedalam
air terlihat efektif pada permukaan kasar.penambahan
1000 ppm additive 2
polimer guar gum pada bilangan
reynolds 2 x 10 dapat menurunkan pipa kasar (k/D =
0,03) sebesar 24% sedangkan dengan penambahan 250
pmm additive guar gum penurunan gesekan 5%
KESIMPULAN :
1. Semakin tinggi nilai kekerasan pipa akan
menghasilkan koefisen gesek yang besar
2. Kenaikan koefisien polimer guar gum menghasilkan
penurunan koefisen gesek
3. Pada kekasaran pipa yang tidak seragam (50%
kasar) akan menurnkan nilai koefisen gesek pada
bilangan Re tertentu.
4. Homogenitas kekasaran, bentuk ketajaman
kekasaran dan lokasi kekasaran dapat mempengaruhi
koefisen gesek
Renald R M (171910101058)
 Pada belokan pipa terjadi penurunan tekanan (pressure
drop) yang lebih besar daripada pipa lurus untuk panjang
yang sama, semakin besar p atau meningkatnya pressure
drop tersebut dapat menyebabkan energi yang dibutuhkan
untuk mengalirkan fluida juga meningkat.
 Pengaruh reynold number terhadap head losses pada
belokan patah dengan diameter ¾ (19,06 mm) :
 HEAD LOSSES : adalah head atau kerugian-kerugian dalam
aliran pipa yang terdiri atas mayor losses dan minor losses.
 Kerugian mayor losses adalah kehilangan tekanan akibat
gesekan akiran fluida pada sistem aliran dengan luas
penampang tetap atau konstan.
Kerugian Minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan
yang terjadi pada katup-katup, sambungan Tee, sambungan
belokan, dan pada luas penampang yang tidak konstan.
 Kelembapan udara merupakan jumlah uap air yang terkandung dalam
udara. Pada umumnya kelembapan udara dipengaruhi oleh temperatur
udara. Sehingga semakin rendah temperatur udara semakin banyak jumlah
uap air yang terkandung dalam udara . Apabila temperatur udara dibawah
temperatur uap jenuh (vapor saturated) dengan tekanan 1 atmosfer (atm)
maka akan terjadi perubahan fase, dari fase uap menjadi fase cair atau
disebut dengan peristiwa kondensasi.

 Kondensasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kondensasi permukaan


dan kondensasi kapiler. Kondensasi permukaan terjadi pada dinding
permukaan, sedangkan kondensasi kapiler terjadi pada pori-pori permukaan.
Kondensasi kapiler atau kondensasi mikro ini terjadi pada dinding
permukaan yang berpori (porous media). Untuk meminimalisir terjadinya
kondensasi tergantung pada porous media yang digunakan.
 Dalam penelitian kondensasi pada porous media ini yang
dipakai adalah arang aktif. Pemakaian arang aktif
didasarkan pada struktur dari arang aktif tersebut. Arang
aktif mempunyai pori-pori yang lebih besar karena pada
proses pengaktivasi secara kimia mengikat kotoran-
kotaran yang menutupi pori-pori tersebut.

 Tujuan dari kondensasi pada porous media ini dapat


digunakan untuk mengontrol kelembapan. Selain memakai
bahan yang mudah menyerap air pada dinding permukaan,
dalam mengontrol kelembapan dapat juga dengan
meningkatkan perpindahan panas. Hal ini disebabkan
karena dengan meningkatkan perpindahan panas maka
temperatur udara dapat meningkat sehingga jumlah uap air
yang terkandung dalam udara sedikit
 Banyak faktor mempengaruhi koefisien perpindahan kalor selama proses
kondensasi, misalnya sifat fisis dan kimia uap, sifat embunan, dan geometri
alat.Aliran liquid condensate melibatkan fenomena seperti aliran laminar, gelombang
(wavy), transisi laminar-turbulen, dan butiran jatuh pada permukaan lapisan cairan

 Strubelj dan Tiselj (2008) telah membuat model numerik untuk pola aliran pada
direct contact condensation dengan fluida air-uap air.Dari penelitian
tersebutdapatdihasilkan tahap perubahan aliran dari stratified ke slug.Suhu lokal
sangat dipengaruhi olehpembentukan slug, kondensasi gelembung uap yang terjebak
oleh slug, dan percampuran cairan.Karena terjadi kontak dengan uap saturasi maka
distribusi suhu cairan pada gelombang meningkat dibanding suhu pada cairan inlet

 Martin (2009) meneliti tentang pola aliran slug yang terjadi pada direct contact
condensation dengan fluida amonia.Slug yang terjadi diketahui dapat menimbulkan
tekanan yang tinggi yang dapat memicu terjadinya waterhammer
Diperoleh hasil bahwa pola sebaran atau distribusi
temperatur pada peristiwa kondensasi pada pipa horisontal
dipengaruhi oleh posisi aksial sepanjang pipa kondensasi,
makin mendekati titik keluar pipa temperatur cenderung
semakin kecil yang berarti bahwa lapisan kondensat makin
tebal.Dengan semakin tebalnya lapisan kondensat ini maka
dapat memicu terjadinya slugging.Oleh karena itu
slugging terbanyak terjadi di daerah mendekati ujung pipa
keluar. Disamping itu pada variasi debit uap masuk
ternyata mempunyai pengaruh terhadap terbentuk variasi
pola aliran yang terjadi. Pada penelitian ini dihasilkan pola
aliran stratified, wavy, stratified-wavy dan slug.
Wildan Widianto (171910101056)
1.PENGUKURAN TURBULENSI DAN ANGULARITAS ALIRAN PADA
TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK LAPAN
(THE MEASUREMENT OF TURBULENCE AND FLOW ANGULARITY
IN LAPAN’S SUBSONIC WIND TUNNEL)

Pengukuran intensitas
turbulensi dan angularitas aliran pada Yang aktif digunakan untuk
seksi uji terowongan angin sirkuit pengembangan teknologi dirgantara.
terbuka kecepatan rendah Lembaga Tujuan dilakukannya
Penerbangan dan Antariksa Nasional. pengukuran intensitas turbulensi dan
Tujuan dilakukannya pengukuran angularitas adalah untuk mengetahui
intensitas turbulensi dan angularitas
karakteristik aerodinamika terowongan
adalah untuk mengetahui karakteristik
aerodinamika terowongan angin angin kecepatan rendah LAPAN.
kecepatan rendah LAPAN. Pengukuran
intensitas turbulensi dilakukan
menggunakan dua bola turbulensi
Terowongan angin kecepatan
rendah LAPAN merupakan salah satu
fasilitas penelitian aerodinamika
1.PENGUKURAN TURBULENSI DAN ANGULARITAS ALIRAN PADA
TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK LAPAN
(THE MEASUREMENT OF TURBULENCE AND FLOW ANGULARITY
IN LAPAN’S SUBSONIC WIND TUNNEL)

Untuk mengukur intensitas Angularitas aliran dalam arah yaw


turbulensi pada dua kecepatan yang lebih baik dari arah pitch.Pada bidang depan
berbeda digunakan dua buah bola sudut yaw. sedangkan pada bidang belakang
turbulensi dengan diameter yang sudut yaw berada pada rentang yang lebih
berbeda yaitu 200 mm dan 300 mm.
kecil yaitu dari -2,5⁰ sampai dengan +2⁰
Pengukuran angularitas aliran dengan sebagian besar aliran pada bagian
dilakukan menggunakan probe 5 lubang tengah tempat model dipasang
yang telah dikalibrasi. memiliki sudut yaw kurang dari ±0,5⁰.
Hasil pengukuran menunjukkan Secara umum, hasil pengukuran
selama udara mengalir dari bidang depan angularitas aliran menunjukkan bahwa
ke bidang belakang angularitas dalam semakin jauh dari sisi masukan seksi uji,
arah pitch berkurang. Pada bidang aliran semakin lurus. Namun demikian
belakang, sudut pitch maksimum turun dibandingkan dengan nilai angularitas aliran
menjadi +5⁰berada di dalam rentang
terowongan angin ideal, yaitu maksimum
±2,5⁰
±0.5o pada arah pitch dan yaw, angularitas
aliran terowongan angin ini relatif tinggi.
2. DESIGN STUDI PERANCANGAN WAKE EQUALIZING DUCT DALAM
MENGOPTIMALKAN ALIRAN FLUIDA DIBURITAN KAPAL KRISO CONTAINER
SHIP (KCS) DENGAN MTODE CFD
Pembangunan kapal menuntut
efisiensi yang tinggi dan hemat energi,
berbagai macam ESD ( Energi Saving
Device ) untuk meminimalisikan
penggunakan daya atau mengecilkan
hambatan, WED (Wake Equalizing Duct )
merupakan salah satu bentuk dalam
mengoptimalkan aliran fluida dibelakang Wake Equalizing Duct (WED) adalah
kapal dan menaikan nilai efisiensi dengan penggunaan nozzle yang dipasang pada
menggunakan hull dari badan kapal Kriso lambung kapal di depan propeller.Ukuran
Container Ship dan menggunakan Wake Equalizing Duct ini kurang dari
permodelan WED dengan. Naca 0012 setengah ukuran diameter propeller.
(National Advisory for Aeronautics) . Pada
dasarnya kecepatan servis tercapai yang Penelitian ini bertujuan untuk
paling tinggi dipengaruhi oleh bentuk mengetahui pengaruh penempatan WED
lambung yang baik, design yang
yang optimal dan perbedaanya dengan
streamline dan efisien membuat aliran
hidrodinamis menjakin aliran laminer dan yang tidak menggunakan WED.
tidak flow-separattion
2. DESIGN STUDI PERANCANGAN WAKE EQUALIZING DUCT DALAM
MENGOPTIMALKAN ALIRAN FLUIDA DIBURITAN KAPAL KRISO CONTAINER
SHIP (KCS) DENGAN MTODE CFD
Penempatan WED divariasikan terhadap Kesimpulan :
sumbu poros kapal sebagai sumbu x variasi jarak Berdasarkan percobaan dan simulasi
menggunakan jarak dari AP ke FP atau sepanjang LPP
dengan variasi 3,5%, 4%, 4,5%, 5% LPP, dan yang telah dilakukan maka dapat
Pemodelan menggunakan software disimpulkan
Rhinoceros sebagai software pemodelan secara 3D, 1. Model 1 merupakan Suspact Model
Autocad, Delfship dan Ansys software yang yang menghasilkan pengurangan
menghitung fluida terhadap fraction dan hambatan
kapal dengan menggunakan metode CFD hambatan kapal (Rt) 24,2658 atau
lebih kecil 3,464 dari model Tanpa
Setelah dilakukan proses perhitungan maka posisi WED dengan persentasi sebesar
yang paling memungkinkan adalah
12,49%
- Model 1 dengan 0,035 atau 3,5% persen terhadap 2. Penggunaan WED dengan
LPP
- Model 2 dengan 0,04 atau 4% persen terhadap LPP penempatan yang tepat menaikan
- Model 3 dengan 0,045 atau 4,5% persen terhadap efisiensi terhadap kecepatan kapal
LPP
- Model 4 dengan 0,05 atau 5% persen terhadap LPP
Semua Model mendapatkan Perlakuan yang sama
seperti model tanpa menggunakan WED diatas yaitu
a. Geometry
b. Mesh
c. Setup
d. Solution
e. Result
3.
PENGARUH TURBULENSI TERUMBU BUATAN SILINDER BERONGGA BAGI
KESUBURAN PERAIRAN

Plankton sebagai indikator Akan dikaji model pola aliran di


kesuburan perairan sangat dipengaruhi sekitar terumbu buatan berbentuk
oleh ketersediaan unsur hara dan tingkat
silinder, diharapkan bentuk terumbu yang
sebaran nutriennya. Pola sebaran dan
ketersediaan unsur di sekitar habitat diusulkan dapat meningkatkan turbulensi
struktur juga dipengaruhi oleh adanya dan jumlah plankton yang tertahan di
turbulensi di sekitar terumbu buatan sekitar terumbu buatan ditempatkan.
yang terjadi. Sehingga salah satu cara Hasil pengukuran menunjukkan
meningkatkan kesuburan perairan yaitu adanya peningkatan intensitas turbulen di
dengan cara meningkatkan tingkat sekitar perairan yang terjadi diantara
turbulensinya. rongga-rongga terumbu dan diukur pada
saat kondisi tanpa terumbu (eksisting)
sebesar 1.022 dan terdapat terumbu
sebesar 0.655.
3.
PENGARUH TURBULENSI TERUMBU BUATAN SILINDER BERONGGA BAGI
KESUBURAN PERAIRAN

Zona offshore dengan intensitas Upaya ini dapat dilakukan


turbulensi lebih tinggi sebesar 1.022 di dengan mendesain bentuk terumbu
banding zona onshore sebesar 0.665 yang selain berfungsi sebagai fish
membuktikan bahwa secara teoritis shelter agar dapat meredam
mempunyai tingkatan supplai nutrient bagi gelombang (di zona onshore) dengan
kesuburan perairan yang lebih baik. cara mereduksi tinggi gelombang
Sehingga salah satu upaya untuk datang (incident) menjadi gelombang
meningkatkan potensi ekosistem biota laut
transmisi (transmitted) sehingga tinggi
di suatu wilayah perairan dapat dilakukan
dengan memasang terumbu agar terjadi gelombangnya menjadi lebih rendah.
peningkatan kesuburan suatu perairan
yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah plankton.

Anda mungkin juga menyukai