pada perbaikan akhlak dan budi pekerti, berupaya mewujudkan perilaku yang baik (Mahmudah) serta menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela (Mazmumah). Takhalli Takhalli adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh seorang sufi untuk membersihkan (melepaskan) diri dari perilaku buruk, seperti berbuat maksiat, kecintaan kepada dunia yang berlebihan, berprasangka su’udzon, ujub, hasad, riya, ghadab, dan sejenisnya. Sebagian sufi berpendapat bahwa perbuatan maksiat merupakan najis maknawiyah yang bisa menghalangi kedekatan hamba dengan Rabbnya. Oleh karena itu, sifat-sifat nafsu dalam diri harus dimusnakan agar manusia tidak terjerumus ke dalam dosa. Tahalli Menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, kedermawanan, sabar, keikhlasan, tawakal, kerelaan, cinta kepada Allah SWT, dan sebagainya, termasuk di dalahnya adalah banyak beribadah, berzikir, dan muraqabah kepada Allah SWT. Seorang sufi diharuskan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak terpuji sabar, ikhlas, ridha, taubat, dan sebagainya. Tajalli Kata ini berarti terungkapnya nur ghaib bagi hati. Apabila jiwa telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka agar hasil yang telah diperoleh itu tidak berkurang, perlu penghayatan rasa ketuhanan. Satu kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran yang optimum dan rasa kecintaan yang mendalam, akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya, para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tingkat kesempatan kesucian jiwa itu haya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk mencapai Tuhan Untuk memperdalam rasa ketuhanan Munajat Zikrul Maut menurut sufi, budi pekerti akan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan rohani dan menjadi jembatan emas menuju kedekatan kepada Tuhan. Tokoh Sufi yang Mengembangkan Tasawuf Akhlaki Hasan Al-Basri (21 H- 110 H) Al-Muhasibi (165 H – 243 H) Al-Qusyairi (376 H- 465 H) Al-Ghazali (450 H – 505 H) Pengertian Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Macam-macam maqom yang harus dilalui seorang sufi Al-Maqamat: untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjang dan berat, perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat (stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-Taubah, Al- Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho. Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia Allah, bukan dari usahanya. Mengenai jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat ada delapan, yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-Thoma’ninah, Al- Musyahadah dan Al-Yakin Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali Rabiah Al-Adawiah Dzu Al-Nun Al-Mishri Abu Yazid Al-Bustami Abu Manshur Al-Hallaj Pengertian Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketingkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Ibnu Arabi Ajaran-Ajaran Tasawufnya Wahdat Al Wujud Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud). Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalah wujud Khaliq. Haqiqah Muhammadiyyah Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Haqiqah Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat kepada suatu apapun. Kedua, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya. Wahdatul Adyan Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-adyan (kesamaan agama), Ibnu Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat Muhammadiyyah. Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah. Al-Jili Ajaran-Ajaran Tasawufnya Insan Kamil Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya sendiri, kecuali melalui cermin itu. Maqamat (Al-Martabah) Al-Jili merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah: islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah. Ibnu Sab’in Ajaran-Ajaran Tasawufnya Kesatuan Mutlak Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosof, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata. Penolakan Terhadap Logika Arisotelian Paham Ibnu Sab’in tentang kesatuan mutlak telah mebuatnya menolak logika Aristotelian. Oleh karena it dalam karyanya “Budd Al- ‘Arif” ia berusaha menyusun suatu logika baru yang bercorak iluminatif, sebagai pengganti logika yang berdasarkan pada konsepsi jamak. Ibnu Sab’in berpendapat bahwa logika barunya tersebut, yang dia sebut juga dengan logika pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan penalaran, tetapi termasuk penalaran Ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belum pernah dilihatnya maupun mendengar apa yang belum di dengarnya.