Diagnosa :
Positif H. phylori
Hasil endoskopi :
Positif kronik inflamasi.
Klaritromisin 500mg 2x1 hari, Baik sampai Rendah Sering
Amoksisilin 1 g 2x1 hari, dan PPI 2x1 sangat baik sampai
hari. Digunakan selama 10- 14 hari sedang
BSS 500mg 4x1 hari, Metronidazol 250-500mg Baik sampai Sedang sampai Tidak
4x1 hari, Tetrasiklin 500mg 4x1 hari, H2RA atau sangat baik tinggi sering
PPI 2x1 hari. Digunakan selama 14 hari
Pemilihan Inhibitor
Pompa Proton
Dibandingkan dengan antagonis H2, inhibitor pompa
proton lebih cepat dalam meredakan gejala dan
menyembuhkan ulkus pada tukak. Semua inhibitor
pompa proton menyembuhkan lebih dari 90% tukak
lambung dalam 6-8 minggu.
Untuk tukak yang berkaitan dengan H pylori, terdapat
dua tujuan pengobatan : untuk menyebuhkan tukak dan
membasmi organisme.
Inhibitor pompa proton mendorong eradikasi H pylori
melalui beberapa mekanisme: sifat antimikroba langsung
(minor) dan –dengan meningkatkan Ph- menurunkan
konsentrasi hambat minimal antibiotik terhadap H pylori.
Katzung
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18679668
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3548122/table/T1/
Jadi obat yang digunakan untuk pasien pada kasus 1
adalah sebagai berikut:
250 -
4x1 hari, setelah
2. Metronidazol 500 mg
makan
Digunakan
4x1 hari, setelah selama 14
3. Tetrasiklin 500 mg makan hari
Prevalensi ulkus gaster berkisar 11- 14 % pada pria dan 8-11 % pada
wanita.
Jumlah kemunculan ulkus mengalami penurunan pada pria usia
muda, khususnya untuk ulkus duodenum, dan jumlah meningkat
pada wanita usia tua
Data WHO menyebutkan bahwa kematian akibat ulkus gaster di
Indonesia mencapai 0,99 persen yang didapatkan dari angka kematian
8,41 per 100,000 penduduk
Kasus 2
R, wanita 44 tahun
Resep :
Keluhan :
Rasa tidak enak diperut
R/Prevacid 20 mg no xx
Napas terasa sesak S-1-0-1 pc
R/ disflatyl 40 mg xx
Kembung S-1-1-1 pc
Lemas R/ sesden 30 mg xx
S-1-1-1 pc
Hasil endoskopi : R/ enzyplex 1 xx
Negative H-pylori S-1-1-1 pc
Tidak ada ulkus. a.Jelaskan pendapat saudara
terhadap obat yang diberikan
Diagnosa : b. Jelaskan aturan pakai masing masing
Dyspepsia obat
Kondisi gastrointestinal functional disorder c. Edukasi yang diberikan pada pasien
Gastrointestinal Function Disorder
Gastrointestinal Function Disorder adalah gangguan
dimana saluran pencernaan terlihat normal tetapi tidak
berfungsi dengan baik.
https://my.clevelandclinic.org/health/article/7040-gastrointestinal-disorders
https://gi.org/guideline/management-of-dyspepsia-2/
a. Prevacid (Lansoprazole)
Indikasi Dosis Efek samping Interaksi
Tukak lambung
dan tukak
duodenum, tukak
• Eradikasi h
pylori 30 mg
2x1
Sakit kepala, diare,
ruam, gatal,
pusing, urtikaria,
-Dysfatyl :
Tidak ditemukan
interkasi
duodenum atau tablet/kaplet mual muntah,
gastritis karena h sehari konstipasi, -Sesden :
pylori, gerd, • Dispepsia kembung, nyeri Tidak ditemukan
dispepsia karena karena asam abdomen,edema interkasi
asam lambung 15-30 perifer, perubahan
mg sehari hematologik
selama 2-4
minggu
Analisa pcne
Nama obat Kode Keterangan Solusi
Prevacid (Lansoprazole) P1
Pengobatan
kurang efektif
C3 Dosis Dosis
pemakaian pemakaian
dalam sehari dalam sehari
terlalu banyak dikurangi
menjadi satu
kali dalam
sehari
I3 Intervensi
akan
dilakukan
pada tahap
obat
• Aturan pakai:
Lansoprazole 15-30 mg sehari pada pagi hari selama 2-4 minggu
• edukasi:
Pasien disarankan menggunakan pada pagi hari sekitar 15-30
menit sebelum sarapan
Bila pasien tidak bisa menelan kapsul maka granul tersebut dapat
dicampur dalam jus apel atau dimasukan dalam jus jeruk
b. Disflatyl (Dimetikon)
Indikasi Dosis Efek samping Interaksi
Mengurangi 1-2 tablet Reaksi alergi bisa terjadi - Prevasid :
penimbunan gas dalam perhari dengan pada orang-orang yang tidak
saluran cerba perasaan cara dikunyah rentan; berupa iritasi ditemukan
penuh pada epigastrum, sebelum kulit, gatal-gatal ruam interkasi
meteorismus sementara makan dan kulit, kemerahan, - Sesden :
dan pasca operasi , sebelum tidur kesulitan bernafas, tidak
sindrom gastrokardiak , pembengkakan, dan ditemukan
persiapan pemeriksaan nyeri dada, dan interaksi
dengan sinar X dan pembengkakan pada
sebelum gastroskopi wajah, lidah bibir atau
tenggorokan. Efek
samping yang umum
termasuakit kepala, mual,
muntah, sembelit, diare
dan kram perut.
Analisa pcne
Nama obat Kode Keterangan Solusi
Disflatyl P 1.3 Efek terapi tidak optimal Dihapuskan
(Dimetikon)
C 1.6
Terlalu banyak obat yang
diresepkan untuk satu
Dihapuskan karena sudah
menggunakan obat lain yang
indikasi memiliki efek terapi yang
sama
C 3.2 Dosis obat terlalu tinggi. Sebaiknya obat digunakan 1-
Seharusnya 2 kali sehari tetapi 2 tablet sebelum makan atau
diberikan 3 kali sehari sebelum tidur
C 5.1 Waktu penggunaan obat yang Harusnya diberikan sebelum
tidak sesuai makan dengan cara dikunyah
bukan setelah makan
I 3.5 Pemberhentian oba Obat tidak dikonsumsi lagi
indikasi Dosis Efek Samping Interaksi Obat
Nyeri spasme 1 kapsul 3 Jarang: - Prevacid :
otot halus yang kali/hari fotofobia, tidak
disebabkan diberikan mulut kering, ditemukan
gastritis, tukak sebelum atau kemerahan, interkasi
lambung, sesudah lelah,
duodenum, makan. konstipasi, - Dysflatyl :
ulkus vertigo, tidak
peptikum, palpitasi, ditemukan
pankreatitis, gangguan GI, interkasi
penyakit hipersensitivita
kandung dan s, disuria
duktus
empedu.
Analisa PCNE
d. Enzyplex
Nama Indikasi Dosis Kandungan Interak Efek
Obat si Samping
Enzyplex Suplemen 1-2 tablet Vitamin B1 10mg Tidak Mual,
pencernaan
harian. waktu makan
3xsehari pada Vitamin B25 5mg
Vit B6 5mg
ada
interak
muntah,
dan diare
Gangguan atau sesudah Vi B12 5mcg si (jarang
pencernaan makan. Niacinamide 10mg terjadi).
seperti Desoxycholic acid
kembung, 30 mg
begah dan Calcium
rasa tidak pantothenate 5mg
nyaman Dimethylpolysiloa
dalam perut. xane 25 mg
Amylase 10,000
unit
Protoase 9,000 unit
Analisis PCNE
b. Enzyplex
Dosis : 1-2 tablet 3xsehari
Aturan pakai : Dengan atau setelah makan
Epidemiologi Dipepsia
Diagnosa
GERD dengan errosive esophagitis.
Tujuan pengobatan utama pada pasien dengan penyakit
refluks gastroesofageal adalah menghilangkan gejala,
pencegahan kekambuhan gejala, penyembuhan
esophagitis erosif, dan pencegahan komplikasi
esofagitis.
https://www.aafp.org/afp/2003/1001/p1311.html#afp20031001p1311-b14
Tatalaksana GERD
https://www.aafp.org/afp/2003/1001/p1311.html#afp20031001p1311-b14
Long Term Management dengan PPI (lansoprazol)
Terapi pemeliharaan harus
diberikan untuk pasien
GERD yang memiliki
komplikasi seperti erosive
esophagitis
Mencegah kekambuhan
erosif dan memelihara
kesembuhan mukosa
https://www.aafp.org/afp/2003/1001/p1311.html#afp20031001p1311-b14
Prevelensi GERD di Asia lebih rendah
Epidemiologi GERD dibandingkan di negara-negara barat,
terdapat kecenderungan peningkatan
prevelensi GERD di Asia.
Indonesia
Data epidemiologi tidak tercatat dengan jelas.
• 30 dari 127 pasien (22.8%) yang menjalani endoskopi gastrointestinal atas dengan
indikasi dispepsia mengalami esofagitis. (Lelosutan SA,dkk. 2001)
• Angka kejadian esofagitis meningkat dari 5.7% menjadi 25,18% dari tahun 1997-
2002 dengan rata-rata kasus per tahun 13.13%. (Syam AF,dkk. 2003)
Daftar pustaka
American College of Clinical Pharmacy (ACCP). 20013. Interprofessional education : Principle and application, a
framework for clinical pharmacy. Pharmacotherapy,
Anonim, 2017, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Jakarta: Isfi Penerbitan vol: 51.
Anonim. Enzyplex. Diakses pada tanggal 12 Maret 2019 pukul 20.43 WIB. https://www.mims.com/indonesia
/drug/info/enzyplex
BPOM RI. 2015. pusat informasi obat nasional, badan pom RI. diakses pada tanggal 11 maret 2019 melalui
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0/12-antispasmodik-dan-obat-obat-lain-yang-
mempengaruhi-motilitas
Iltz, Black, Modlin, Jhonson, Schoenfeld, & Allen. (2008). AmericanGastroenterological Association Medical
Position Stetment On TheManagement Of Gastroesophageal Reflux Disease.Journal ofGastroenerology.
Lelosutan SA, Manan C, MS BMN. The Role of Gastric Acidity and Lower Esophageal Sphincter Tone on
Esophagitis among Dyspeptic Patients. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive
Endoscopy 2001;2:6-11.
PCNE, 2006, Classification for Drug Related Problems, Pharmaceutical Care Network European Foundation,
Zuidlaren.
Sukandar, E. Y., et al, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Syam AF, Abdullah M, Rani AA. Prevalence of reflux esophagitis, Barret’s esophagus and esophageal cancer in
Indonesian people evaluation by endoscopy. Canc Res Treat 2003;5:83.
Medscapes Genersl zmedicine. 1999. Functional Gastrointestinal Disorders. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2019 melalui https://my.clevelandclinic.org/health/article/7040-
gastrointestinal-disorders
Cleveland Clinic. 2016. Gastrointestinal Disorders. Diakses pada tanggal 20 Maret 2019 melalui
https://my.clevelandclinic.org/health/article/7040-gastrointestinal-disorders
Swami, Ongkar C., & Neel J. Shah. (2003). Functional Dyspepsia and The Role of Digestive
Enzymes Supplement in its Therapy. Internationa Journal of Basic & Clinical
Pharmacology,6(5),1035-1041. doi: http://dx.doi.org/10.18203/2319-2003.ijbcp20171653
Shin, Jai Moo dan Kim, Nayoung. (2013). Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of the Proton Pump Inhibitors. 19(1): 25–35. diakses
melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3548122/
Katzung, Bertram G. Et al. 2015. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12.
jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC