Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 2

Anggota Kelompok :
1. Ria Ayu Lestari (J1B017005)
2. Yunita Nur Pradypta (J1B017015)
3. Shifa’ul Hanna (J1B017020)
4. Septiana Fara Hidayati (J1B017035)
5. Titik Mulyaningsih (J1B017047)
6. Adinda Riska (J1B017049)
7. Jeri Ariyanto (J1B017050)
8. Surya Bharata (J1B017063)
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
MAJALAH HORISON
• Pengertian Majalah Horison
Majalah Horison adalah majalah khusus yang membahas tentang seni sastra di Indonesia.
Majalah Horison pertama kali diterbitkan pada bulan Juli 1966 di Jakarta. Majalah yang didirikan
oleh Mochtar Lubis, P.K. Ojong, Zaini, Arief Budiman, dan Taufiq Ismail dibuat untuk para pegiat
sastra di seluruh Indonesia.
Pada tahun-tahun pertama terbitnya, majalah ini masih banyak memuat karya sastra yang
berhubungan dengan situasi politik waktu itu, misalnya sajak-sajak “demonstran” dan karya-karya
menentang kezaliman kekuasaan otoriter Orde Lama. Akan tetapi, setelah itu muncullah penulis baru
yang banyak di antaranya berasal dari lingkungan perguruan tinggi, sehingga corak tulisan lebih
mengarah kepada niat pembaruan. Setelah itu, makin sedikit karya mereka yang muncul sehingga
makin santer isu merosotnya mutu majalahnya itu.
Majalah sastra Horison dipilih sebagai data dan sumber data penelitian didasarkan atas beberapa hal :
• Pertama, majalah sastra Horison merupakan majalah kebudayaan yang mengkhususkan diri memuat
karya sastra.
• Kedua, Horison adalah satu-satunya majalah sastra atau kebudayaan yang mampu bertahan cukup
lama.
• Ketiga, majalah Horison diasuh oleh para sastrawan, kritikus sastra, dan budayawan yang andal dari
tahun ke tahun dengan perubahan generasi sastrawan yang andal pada zamannya.
• Keempat, majalah Horison telah melahirkan para penulis yang andal dan nama mereka tercatat
sebagai pelaku dalam sejarah sastra Indonesia dari satu angkatan ke angkatan berikutnya.
• Kelima, banyak nama yang kemudian menjadi tenar (mengorbit Puji Santosa dan Djamari sebagai
sastrawan) setelah menulis pada majalah sastra Horison tersebut sehingga tetap terkenang sepanjang
zaman.
• Dan keenam, karya sastra yang dimuat dalam majalah sastra Horison biasanya dijadikan tolok ukur,
kriteria atau pembobotan nilai kesusastraannya daripada karya sastra yang dimuat oleh majalah
hiburan atau majalah yang lainnya.
• Dari tahun 1966—1975, majalah ini mengalami zaman emas, karena merupakan majalah
sastra satu-satunya yang berwibawa. Pemuatan karangan pada majalah ini seolah-olah
merupakan pengakuan keberadaan sastrawan.
• Dengan demikian, majalah Horison sebenarnya menampung tumbuhnya sebuah generasi
baru angkatan sastra. Akan tetapi, pada tahun 1980-an majalah ini sudah ditinggalkan oleh
kebanyakan penulis itu.
• Tokoh-Tokoh dalam Majalah Horison
Pendiri Majalah Horison, yaitu : Mochtar Lubis, PK Ojong, Zaini, Arief Budiman, dan Taufiq
Ismail, serta pertama kali diumumkan terbit di Balai Budaya Jakarta di Jalan Gereja Theresia,
Menteng, Jakarta Pusat, 26 Juli 1966.
Horison bermula dari kongko-kongko menggagas dan menjangkau kemungkinan-kemungkinan
pemikiran baru, khususnya dalam perspektif seni dan kebudayaan. Adalah Mochtar Lubis (7 Maret
1922), Petrus Kanisius Ojong alias Auwjong Peng Koen (pendiri Kompas, 25 Juli 1920-31 Mei
1980), Zaini (1924-1977), Soe Hok Djin/Arief Budiman (3 Januari 1941, orang Indonesia pertama
yang mendapat gelar profesor di Universitas Melbourne, Australia) yang
mendirikan Horison sebagaimana tercantum dalam masthead (boks susunan redaksi).
Mochtar Lubis dipercayakan sebagai pemimpin umum/pemimpin perusahaan. Orang baru di
jajaran pengelola, Ati Ismail dan Arwan Hamir, masing-masing diserahi mandat sebagai direktur
eksekutif dan wakil. Dan pemimpin redaksi dipegang Hamsad Rangkuti.
Wajah lawas seperti Hans Begue Jassin (Gorontalo, 31 Juli 1917), Taufiq Ismail, Sutardji
Calzoum Bachri, menempati posisi redaktur senior dan dewan redaksi (DR). Untuk DR ditambah satu
nama lama: Ikranegara, dan muka anyar: Aant S. Kawisar, Fadli Zon, dan Jamal D. Rahman.
Sementara penyantun/penasihat didukung oleh Jakob Oetama/BMKN (Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasional). Jamal D. Rahman (lahir di Sumenep, Jawa Timur, 14 Desember 1967; umur
50 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia.
• Pro dan Kontra Perkembangan Majalah Horison
Pada tahun 1993 Horison mengalami goncangan yang diakibatkan karena terjadi pembatalan
kerjasama dengan Tempo (ketika itu diberedel oleh pemerintah orde baru dan setelah reformasi pada
tahun 1998 hidup kembali). Gonjang-ganjing di tubuh majalah horizon menjadi catatan sejrah
tersendiri di dalam majalah sastra di Indonesia. Akibat dari itu banyak pula personel yang
mengundurkan diri dari kepengurusan majalah sastra Horison. Hal ini dikarenakan adanya benturan
kepentingan dan merasa tidak lagi sehalauan dengan pimpinan majalah tersebut, seperti Arief
Budiman, Arsitides Katoppo, Ali Audah, Umar Kayam, Sofjan Alisjahbana, Sapardi Djoko Darmono,
dan Goenawan Mohamad.
Barangkali dari pimpinan majalah tersebut mereka tidak dapat bekerja dengan baik dalam
memangani majalah sastra hal ini dikarenakan mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda
sehingga terjadi benturan kepentingan yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai