Anda di halaman 1dari 9

JOURNAL READING

Keracunan Campuran Insektisida Oral Dan Intravena Yang Parah Dengan Ketoasidosis
Diabetes: Sebuah Laporan Kasus

KELOMPOK A2

Ketua : Muhammad Ginaldi Scorpinda 1102013180


Sekretaris : Lilik Nur Arum Sari 1102012144
Anggota : Rifqi Akbar Hidayat 1102011235
: Giri Mahesa Putra Zatnika 1102012100
: Ida Nurainun Adjad Makssar 1102012116
: Ika Rohaeti 1102012117
: Makhirrokhman Difa 1102013161
: Muhamad Rezha Cahyana 1102014163
: Muthia Zahra Ibenzani 1102014174
: Gadieh Kasih Muharrom 1102014112
Abstract
Penggunaan pestisida dalam pengendalian hama telah menyebabkan pencemaran lingkungan dan berbahaya bagi

kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. Bunuh diri dengan keracunan pestisida dengan cara injeksi

cara yang tidak biasa. Kasus keracunan campuran pestisida dengan ketoasidosis diabetes pada orang dewasa diketahui setelah

terapi suportif dan atropin dengan dosis besar. Laki-laki arab maroko berusia 30 tahun belum menikah dengan riwayat

polysubstance pelecehan dan gangguan perilaku telah tertelan dan melakuakan injeksi secara intarvena kedalam lengannya

dalam jumlah yang tidak diketahui dari campuran klorpirifos dan cypermethrin. menimbulkan gejala muskarinik dan nikotinik

dengan hipotermia. Cholinesterase sel darah merah dan cholinesterase plasma yang sangat rendah (<10%). Pada hari ke 3

pasien mengalami hipotensi (80/50 mmHg) dan takikardia (143 kali/menit). Hasil laboratorium menunjukan hiperglikemia

berat (4,49 g/dL, hypokalemia (2,4 mEq/L), glikosuria, ketonuria dan bikarbonat (12 mEq/L) mengalami perbaikan setelah

melakuakan pengobatan secara intensif dan pengobatan atropin. Bunuh diri dengan cara injeksi insektisida jarang dilaporkan

tetapi bisa dikaitkan dengan komplikasi lokal dan sistemik berat. Stres oksidatif yang disebabkan oleh keracunan piretroid dan

organofosfat bisa mengakibatkan terjadinya hiperglikemia dan ketoasidosi.


Background

• Keracunan pestisida bisa melalui oral, inhalasi dan penyerapan melalui


kulit. Efek samping yang dilaporkan pada orang keracunan pestisida
adalah hiperglikemia, namun hanya sedikit yang melaporkan bahwa
keracunan pestisida menyebabkan diabetik ketoasidosis. Atropin
diberikan dalam jumlah besar. Kasus ini sering terjadi pada anak-anak
dan remaja.
Case presentation
• Seorang laki-laki 30 tahun belum menikah dibawa ke ruang gawat darurat karena mencerna dan memasukan racun

insektisida sinergi Cholorpyrifos 50% (CPF) dan cypermethrin 5% (CM) secara intravena pada lengan kiri pasien dengan

jumlah yang tidak diketahui.

• Pasien memiliki riwayat penggunaan obat terlarang. Pasien selang dua jam dibawa ke UGD, tanda vital menunjukkan

denyut nadi 100/menit, tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi pernafasan 25 kali per menit dan banyak sekresi oral.

Terdapat ronki pada seluruh lapang paru. Saturasi oksigen 80%, dan Glasgow Coma Scale 6/15. Tidak ada fasikulasi dan

mata miosis (pupil mengecil). Diperlukannya dukungan ventilator dan dirawat di Intensive Care Unit Medis (MICU).

• Setelah masuk UGD dalam beberapa jam menunjukan adanya hipotermia (34°C), bradikardia (35 denyut per menit),

fasikulasi positiv, tremor, salivasi, bronkospasme dan ekskresi. Hyperemia tanpa nekrosis jaringan. Urin berwarna coklat

kemerahan. hiperglikemia (2,42 g/L), rhabdomyolysis (kadar creatinine kinase darah 1188 UL/L) dan level bikarbonat

rendah (16 mEq/L), leukositosis, cholinesterase sel darah merah dan cholinesterase plasma rendah (<10%).
• Pasien memerlukan pemberian cairan Atropin, fenobarbital, dan natrium bikarbonat secara intravena. Atropin (2mg) diberikan setiap
10 menit selama 4 jam. Penggunaan fenobarbital untuk menurunkan kejang pada pasien.

• Pada hari ke 3 pasien menunjukan suhu hipotensi (80/50 mmHg) nadi takikardia (143x/menit). Uji laboratorium menunjukan
hiperglikemia berat (4,49 g/dL), hypokalemia (2,4 mEq/L), glikosuria, ketonuria dan dan level bikarbonat rendah (12 mEq/L).
Analisa gas darah arteri menunjukan PH 6,99, PaCO2 75 mmHg. PaO2 195 mmHg (FiO2 70%), dan HCO3ˉ 17,6 mEq/L.

• Enzim jantung dan ekokardiografi dalam batas normal, darah dan urin steril. Procalcitonin 1,90 ng/mL dan Creative Protein (CRP)
2,70 mg/L. Amylasemia, lipasemia dan hemoglobin glikosilasi dan USG abdomen normal.

• Hari ke 5 adanya hipertermia dengan menggigil, level prolactin dan CRP meningkat. Terjadinya infeksi, dari sampel isolasi bronkial
ditemukan bakteri Streptococcus pneumoniae dan pada isolasi sampel darah ditemukan dua bakteri, klebsiella pneumoniae dan
sthaphylococcus hominis.

• Pasien dirawat selama 13 hari total. Pengobatan dengan adrenalin dihentikan pada hari ke 6. Menggunakan ventilator selama hari ke
7. Selama 10 hari pasien diberikan 700 mg sebagai total dosis atropin. Selama pasien dirawat, pasien ditemani oleh dokter psikiatri
untuk mengontrol kondisi kejiwaan pasien.
Discussion
• Insektisida biasanya OP dan PYR. Pada kasus ini pasien menggunakan.Coexposure untuk dan CM

Carboxylesterase Mediated. CPF dan CM menghambat karboksilesterase mediasi untuk hidrolisis CM menuju

pada peningkatan zat pada jaringan dan penurunan jumlah urin ekskresi 3- phenoxybenzoic acid metabolit

utama dari PYR.

• Metabolism hiperglikemia pada kasus ini dikarenakan stes oksidative, paroxanase, stimulasi kelenjar adrenal

dan pelepasan ketokolamin pada metabolisme triptofan.

• Percobaan pada binatang, CM menurunkan level aktifitas antioksidan, dengan peningkatan seluler enzim

dilakukan perubahan histopatologi pada otak, jantung, ginjal dan testis tikus jantan.

• Pankreatitis akut disebabkan karena intoksikasi organofosfat dapat mengakibatkan hiperglikemia.

• Intoksikasi OP dapat mencerminkan gambaran yang sama terhadap diabetic ketoasidosis. Kebanyakan pasien

telah memiliki masalah mental seperti depresi, penyalahgunaan obat atau keduanya.
Conclusion

• Kasus pertama keracunan pestisida dilaporkan pada orang dewasa,


disebabkan oleh OP dan PYR yang bisa mengkibatkan stres oksidatif
dimana hal ini memainkan peran dalam gangguan metabolisme
glukosa.
Consent
• Penulisan informed consent diperoleh dari pasien untuk publikasi
laporan kasus. Selain sepuluh persetujuan penulisan tersedia untuk
ditinjau oleh Editor-in-Chief dari jurnal ini.
Kesimpulan Kelompok:
Pada kasus ini, pasien tersebut mengalami gangguan psikotik
yang menyebabkan pasien tersebut ingin mencoba bunuh diri dengan
meminum pestisida dan disuntikkan ditangannya. Akibat pemakaian
obat-obatan terlarang dan narkoba yang terlalu banyak sehingga
mengganggu kondisi psikis pasien.
Pasien tersebut akhirnya mendapat perawatan medis selama 13
hari di rumah sakit, dan pasien tersebut juga dikontrol oleh dokter
psikiatri agar kondisi psikis nya menjadi lebih baik, dan tidak
melakukan aksi bunuh dirinya lagi.

Anda mungkin juga menyukai