Keracunan Campuran Insektisida Oral Dan Intravena Yang Parah Dengan Ketoasidosis
Diabetes: Sebuah Laporan Kasus
KELOMPOK A2
kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. Bunuh diri dengan keracunan pestisida dengan cara injeksi
cara yang tidak biasa. Kasus keracunan campuran pestisida dengan ketoasidosis diabetes pada orang dewasa diketahui setelah
terapi suportif dan atropin dengan dosis besar. Laki-laki arab maroko berusia 30 tahun belum menikah dengan riwayat
polysubstance pelecehan dan gangguan perilaku telah tertelan dan melakuakan injeksi secara intarvena kedalam lengannya
dalam jumlah yang tidak diketahui dari campuran klorpirifos dan cypermethrin. menimbulkan gejala muskarinik dan nikotinik
dengan hipotermia. Cholinesterase sel darah merah dan cholinesterase plasma yang sangat rendah (<10%). Pada hari ke 3
pasien mengalami hipotensi (80/50 mmHg) dan takikardia (143 kali/menit). Hasil laboratorium menunjukan hiperglikemia
berat (4,49 g/dL, hypokalemia (2,4 mEq/L), glikosuria, ketonuria dan bikarbonat (12 mEq/L) mengalami perbaikan setelah
melakuakan pengobatan secara intensif dan pengobatan atropin. Bunuh diri dengan cara injeksi insektisida jarang dilaporkan
tetapi bisa dikaitkan dengan komplikasi lokal dan sistemik berat. Stres oksidatif yang disebabkan oleh keracunan piretroid dan
insektisida sinergi Cholorpyrifos 50% (CPF) dan cypermethrin 5% (CM) secara intravena pada lengan kiri pasien dengan
• Pasien memiliki riwayat penggunaan obat terlarang. Pasien selang dua jam dibawa ke UGD, tanda vital menunjukkan
denyut nadi 100/menit, tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi pernafasan 25 kali per menit dan banyak sekresi oral.
Terdapat ronki pada seluruh lapang paru. Saturasi oksigen 80%, dan Glasgow Coma Scale 6/15. Tidak ada fasikulasi dan
mata miosis (pupil mengecil). Diperlukannya dukungan ventilator dan dirawat di Intensive Care Unit Medis (MICU).
• Setelah masuk UGD dalam beberapa jam menunjukan adanya hipotermia (34°C), bradikardia (35 denyut per menit),
fasikulasi positiv, tremor, salivasi, bronkospasme dan ekskresi. Hyperemia tanpa nekrosis jaringan. Urin berwarna coklat
kemerahan. hiperglikemia (2,42 g/L), rhabdomyolysis (kadar creatinine kinase darah 1188 UL/L) dan level bikarbonat
rendah (16 mEq/L), leukositosis, cholinesterase sel darah merah dan cholinesterase plasma rendah (<10%).
• Pasien memerlukan pemberian cairan Atropin, fenobarbital, dan natrium bikarbonat secara intravena. Atropin (2mg) diberikan setiap
10 menit selama 4 jam. Penggunaan fenobarbital untuk menurunkan kejang pada pasien.
• Pada hari ke 3 pasien menunjukan suhu hipotensi (80/50 mmHg) nadi takikardia (143x/menit). Uji laboratorium menunjukan
hiperglikemia berat (4,49 g/dL), hypokalemia (2,4 mEq/L), glikosuria, ketonuria dan dan level bikarbonat rendah (12 mEq/L).
Analisa gas darah arteri menunjukan PH 6,99, PaCO2 75 mmHg. PaO2 195 mmHg (FiO2 70%), dan HCO3ˉ 17,6 mEq/L.
• Enzim jantung dan ekokardiografi dalam batas normal, darah dan urin steril. Procalcitonin 1,90 ng/mL dan Creative Protein (CRP)
2,70 mg/L. Amylasemia, lipasemia dan hemoglobin glikosilasi dan USG abdomen normal.
• Hari ke 5 adanya hipertermia dengan menggigil, level prolactin dan CRP meningkat. Terjadinya infeksi, dari sampel isolasi bronkial
ditemukan bakteri Streptococcus pneumoniae dan pada isolasi sampel darah ditemukan dua bakteri, klebsiella pneumoniae dan
sthaphylococcus hominis.
• Pasien dirawat selama 13 hari total. Pengobatan dengan adrenalin dihentikan pada hari ke 6. Menggunakan ventilator selama hari ke
7. Selama 10 hari pasien diberikan 700 mg sebagai total dosis atropin. Selama pasien dirawat, pasien ditemani oleh dokter psikiatri
untuk mengontrol kondisi kejiwaan pasien.
Discussion
• Insektisida biasanya OP dan PYR. Pada kasus ini pasien menggunakan.Coexposure untuk dan CM
Carboxylesterase Mediated. CPF dan CM menghambat karboksilesterase mediasi untuk hidrolisis CM menuju
pada peningkatan zat pada jaringan dan penurunan jumlah urin ekskresi 3- phenoxybenzoic acid metabolit
• Metabolism hiperglikemia pada kasus ini dikarenakan stes oksidative, paroxanase, stimulasi kelenjar adrenal
• Percobaan pada binatang, CM menurunkan level aktifitas antioksidan, dengan peningkatan seluler enzim
dilakukan perubahan histopatologi pada otak, jantung, ginjal dan testis tikus jantan.
• Intoksikasi OP dapat mencerminkan gambaran yang sama terhadap diabetic ketoasidosis. Kebanyakan pasien
telah memiliki masalah mental seperti depresi, penyalahgunaan obat atau keduanya.
Conclusion