INTRAVENOUS INSECTICIDE MIXTURE POISONING WITH DIABETIC KETOACIDOSIS: A CASE REPORT Kelompok A-1 Anggota Kelompok Ketua : Sera Fadila Gustami 1102014243 Sekretaris: Tri Cynthia Yupa 1102014268 Anggota : Yudha Kusuma Cahyadi 1102012313 Destia Nahla Iqmala 1102013076 Oman Santoso 1102014206 Yuliana Wahyuni 1102014289 Asa Gema Karuniawan 1102015036 Abiyyu Ghiyats Mahardika1102015002 Rosihayati 1102015208 Latar Belakang Masalah Terdapat sebuah kasus baru dimana seorang pria dewasa mengalami keracunan insektisida akut dengan cara konsumsi oral dan menyuntikkan secara IV yang menimbulkan manifestasi klinis yaitu ketoasidosis diabetik. Pestisida tersebut mengandung campuran klorpirifos 50% (CPF) dan cypermethrin 5% (CM) yang pada umumnya pestisida mengandung campuran OP dan PYR. Subjek Seorang pria Arab Maroko belum menikah berusia 30 tahun dibawa ke UGD keracunan insektisida akut. Dia telah menelan dan menyuntikkan secara intravena ke lengan kirinya dengan jumlah yang tidak diketahui dari insektisida Synergy® (mengandung campuran klorpirifos 50% (CPF) dan cypermethrin 5% (CM)). Pria tersebut memiliki riwayat penyalahgunaan polysubstance benzodiazepin, alkohol, ganja dan narkoba yang digunakan secara intravena. Dia juga telah menderita gangguan sosial dan delusi agama namun tidak pernah berkonsultasi dengan psikiater. Tujuan Mengetahui keefektifan pengobatan dari kasus keracunan pestisida campuran akut dengan ketoasidosis diabetik pada orang dewasa dengan terapi suportif dan atropin dalam dosis besar. Manfaat Dapat menjadi acuan pengobatan pada kasus yang sama dikemudian hari serta mengetahui perjalanan manifestasi klinis yang timbul secara berurutan akibat keracunan pestisida campuran yaitu CPF dan CM juga manifestasi yang timbul setelah terapi. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu pada tahun 2014 yaitu dimulai saat pasien masuk ke UGD setelah 2 jam keracunan. Dan bertempat di pusat Anti Racun et de Pharmacovigilance du Maroc, Rabat, Maroko. Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggali informasi dari anamnesa, serta melakukan observasi dari hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang selama pasien dirawat dan mengikuti perjalanan penyakitnya hingga pulih. Hasil Pasien keracunan campuran dari OP dan piretroid (PYR). Didapatkan pemeriksaan fisik: Takikardi (denyut nadi 100x/menit)
Hipertensi (tekanan darah 170/100 mmHg)
Tadipnea (pernapasan 25x/menit
Hipoksemia (saturasi oksigen 80%)
Sopor (GCS 6/15)
Miosis dan suhu febris
Pasien dirawat di Medical Intensive Care Unit (MICU). Diberikan
terapi cairan intravena (IV), atropin, fenobarbital, natrium bikarbonat intravena (IV) dan rewarming eksternal. Atropin (2 mg) diberikan setiap 10 menit selama empat jam, diikuti dengan infus 2,5 mg per jam, dan dosis disesuaikan sesuai respon klinis. Hasil Setelah beberapa jam didapatkan pemeriksaan fisik: Hipotermia, bradikardi, sekresi, dan bronkospasme
hiperemia memanjang dari ketiga proksimal lengan bawah ke
daerah ketiak edema berat di fossa antecubital tanpa indurasi atau
nekrosis Urin berubah warna menjadi coklat kemerahan
hiperglikemia (2,42g/L)
rhabdomyolysis (tingkat creatine kinase dalam darah adalah
1188 UI/L) tingkat bikarbonat rendah (16 mEq/L)
gambar darah menunjukkan leukositosis, cholinesterase sel
darah merah dan plasma yang sangat rendah (<10%)
Hasil Hari ke-3 mengalami: hipotensi (80/50 mmHg)
takikardia (143x/menit)
hiperglikemia berat (4,49 g/dL)
hipokaliemia (2,4 mEq/L)
Glikosuria dan ketonuria
Asidosis
Diberikan terapi terapi berupa cairan IV, infus
insulin, kalium parenteral, natrium bikarbonat, adrenalin pada 6mg/jam dan hidrokortison- hemisuccinate. Terapi suportif dan atropin dilanjutkan Hasil Hari ke 5 mengalami: Pada hari ke-5, pasien mengalami hipertermia dengan menggigil. Tingkat procalcitonin dan CRP meningkat. Bakteri Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus hominis diisolasi dari darah dan diberikan terapi antibiotik dengan ceftriaxone dan gentamisin. Kadar glukosa normal dan tidak membutuhkan terapi insulin lebih lanjut, dan pasien sudah tidak dalam keadaan asidosis. Pasien dipulangkan setelah 13 hari dirawat dengan melanjutkan terapi antibiotik. Diskusi Salah satu kombinasi insektisida yang paling populer adalah OP dan PYR. Insektisida yang digunakan pasien ini mengandung campuran CPF dan CM. Keracunan OP menyebabkan penurunan suhu tubuh diikuti periode normal dengan sutu tubuh tinggi. Dan pada pasien ini sulit untuk mengkonfirmasi bahwa penyebab hipertermia adalah keracunan OP dikarenakan terdapat faktor perancu seperti infeksi nosokomial. Dugaan diabetes pada pasien telah dihapuskan. Ketoasidosis diabetikum merupakan manifestasi jarang terjadi pada keracunan pestisida. Pernah ditemukan kasus keracunan ketoasidosis diabetik namun pada anak-anak, bukan pada orang dewasa Kesimpulan Stres oksidatif yang disebabkan oleh OP dan PYR dapat menjadi penyebab dari pengembangan gangguan metabolisme glukosa. Mekanisme yang tepat dari tindakan ini perlu penyelidikan lebih lanjut. Menetapkan diagnosis komplikasi keracunan pestisida sangat penting untuk pengobatan yang memadai dan untuk meningkatkan hasil terapi. TERIMAKASIH……… Kelompok A1