sudah membuat laporan lengkap tentang GGA pada tentara yang mengalami luka trauma berat. Setelah perang dunia ke II banyak tentara terkena Crush Kidney Syndrome yaitu pasien dg trauma berat kemudian meninggal dunia akibat gagal ginjal. Dengan hemodialisis pada Tahun 1950-an, maka pasien dengan gagal ginjal akibat trauma dapat dikurangi angka kematiannya dari 90 % menjadi hanya 5 %. Dari penelitian terakhir didapat hasil, GGA yang disebabkan transpusi darah tidak cocok, abortus, sepsis, dll, ternyata dapat pulih kembali setelah menjalani perawatan. Definisi GGA: adalah suatu sindrome klinis yang ditandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin). 1. Penyebab GGA:
a. Pre renal, disebabkan gangguan perfusi
ginjal tidak adekuat. b. Intra renal, disebabkan gangguan parenkim ginjal. C .Post renal, disebabkan gangguan obsruksi. Gangguan pre renal dan post renal bersifat reversible sedangkan gangguan intrarenal bersifat irreversible 2. Patofisiologi: a. GGA Pre renal 1). Ada penurunan volume vaskuler (perdarahan, luka bakar, muntah, diare) 2). Kenaikan kapasitas vaskuler (sepsis, blokade ganglion, reaksi anafilaksis) 3). Penurunan curah jantung atau kegagalan pompa jantung (renjatan kardiogenik, emboli paru, infark jantung) 3. GGA Intra renal:
GGA Intra renal disebabkan penyakit ginjal
primer; glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna, penyakit kolagen, obat-obatan, zat kimia, kuman, dll. 4. GGA Post renal; Secara mekanik terjadi gangguan out put Urine pada ke dua sisi atau obsruksi satu sisi dan kemungkinan ada nefrektomi. 5. Tahap-Tahap GGA:
a.Fase oliguri (10 hari), urin tampung ≤500
ml/hari, homeostasis terganggu. b.Fase diuretik c.Fase penyembuhan berlangsung 3 bulan – 1 tahun, perbaikan terjadi berangsur tetapi kadang-kadang kelainan fungsi menetap. Gejala pada GGA; lemah, lesu, anorexia, gatal- gatal pada kulit, penglihatan kabur, sakit kepala, sesak napas. 6. Tujuan Diet: a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal. b. Menurunkan kadar ureum darah c. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit d. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan 7. Syarat diet:
a. Energi cukup untuk mencegah
katabolisme, 25-35 kkal/kg BB b. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6-1,5 g/kgBB. Pada katabolik ringan protein diberikan; 0,6 – 1 g/kgBB, sedang; 0,8-1,2 g/kg BB, berat; 1-1,5 g/kgBB c. Lemak sedang 20-30 % dari total energi. d. Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria e. Cairan sebagai pengganti cairan yg keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500 ml f. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan tambahkan suplemen asam folat, vitamin B6, vitamin C, vitamin A, dan vitamin K g. Pemberian asam amino essensial dan glukosa dapat me- katabolisme dan produksi urea. 8. Jenis diet dan Indikasi Pemberian: Jenis diet yg diberikan disesuaikan dg keadaan pasien dan berat ringannya katabolisme protein. Pada katabolik ringan (keracunan obat) dapat diberikan makanan per oral, pada katabolik sedang (infeksi, peritonitis) dan katabolik berat (luka bakar, sepsis) diberikan makanan formula enteral atau parenteral. Jenis diet: diet GGA lunak atau cair. 1.Kasus GGA dengan Katabolik ringan:
Bapak H, usia 35 tahun, TB 170 cm, BB 65
kg, pekerjaan pengusaha, dirawat di RS Charitas Palembang kls VIV, disebabkan keracunan obat. Keluhan sakit kepala, lemah, ada mual tapi tidak sampai muntah. Hasil pemeriksaan lab; kadar ureum darah 65 mg/dl, pemeriksaan klinis TD 150/90 mmHG, suhu 38 º C Tugas: Buat asuhan gizi pada pasien ini 2. Kasus GGA dengan Katabolik berat: Ibu M usia 55 tahun, TB 158, BB 68 kg, pekerjaan pembantu rumah tangga, dirawat di RSMH kls 3 Palembang, disebabkan luka bakar pada muka, dada dan perut, serta ke dua tangan. Selama 3 hari dirawat asupan energi hanya 50 % dari kebutuhan, asupan protein 60 %, dan asupan lemak 70 %. Makanan RS tidak pernah dihabiskan. Pasien hanya mau makan dari jajanan berupa roti, dan gorengan. Hasil pemeriksaan lab. Kadar ureum darah 70 mg/dl, Hb 8 g/dl, kreatinin darah 2,5 mg/dl. Pemeriksaan klinis; TD 150/80 mmHg, suhu 38,5 ºC. Tugas: buat asuhan gizi pada pasien ini. TERIMA KASIH