Anda di halaman 1dari 53

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI
Pembimbing: dr. Minggaringrum, Sp.M

Ambarsari Hamidah
201910401011145

SMF MATA RS BHAYANGKARA KEDIRI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan cahaya sehingga
bayangan tidak fokus tepat di retina mata yang mengakibatkan
penglihatan kabur (WHO,2006)

Terdapat 285 juta orang di dunia yang mengalami gangguan penglihatan, di


mana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta orang mengalami
berpenglihatan kurang (low vision). Gangguan penglihatan tersebut
disebabkan oleh 43% kelainan refraksi, 33% katarak, dan 2% glaukoma.

Faktor resiko  gaya hidup masyarakat yang menuntut


penggunaan penglihatan secara terus menerus, genetik, dan
faktor-faktor medis (penyakit sistemik, trauma atau laserasi
kornea dan kelainan kongenital).
Tujuan Referat

• Referat ini membahas definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis,


penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari kelainan refraksi pada
mata

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5
Anatomi Media Refraksi

■ Kornea
■ Aqueous humor (cairan mata)
■ Lensa
■ Badan vitreous (badan kaca).
Kornea
Aqueous Humor
Lensa
Vitreous humor
Fisiologi Penglihatan
Kelainan Refraksi
Miopia
■ Miopi atau rabun jauh merupakan suatu kondisi dimana cahaya yang memasuki
mata terfokus didepan retina sehingga membuat objek yang jauh terlihat kabur
Patofisiologi

■ Teori biologik
■ Teori mekanik

14
Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, miopia dibagi dalam:


• Miopia axial
• Miopia refraktif

Berdasarkan derajat beratnya, miopia dibagi dalam :


• Miopia ringan
• Miopia sedang
• Miopia berat atau tinggi

Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi dalam :


• Miopia stasioner
• Miopia progresif,
• Miopia maligna,
Gejala klinis

– Gejala utamanya kabur melihat jauh


– Sakit kepala (jarang)
– Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh
Diagnosis
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Visus
■ Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes
Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
■ Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum

17
TATALAKSANA :

1. Kacamata menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif)

2. Kontak lensa
3. Bedah refraksi : Radial keratotomy, laser photorefractive
keratectomy, LASIK

19
KOMPLIKASI

- Ablasio Retina
- Vitreal Liquefaction dan Detachment
- Miopic makulopathy
- Glaukoma
- Skotoma
HIPERMETROPIA
Hipermetropia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina
ETIOLOGI

 Hipermetropia sumbu atau aksial


 Hipermetropia kurvatura
 Hipermetropia indeks refraktif
Klasifikasi

Berdasarkan derajat beratnya :


– Hipermetropia ringan
– Hipermetropia sedang
– Hipermetropia berat
Berdasarkan status akomodasi mata :

A. Hipermetropia laten

B. Hipermetropia manifes
- Hipermetropia fakultatif
- Hipermetropia absolut
Manifestasi Klinis

– Gejala utamanya kabur melihat jauh


– Sakit kepala (jarang)
– Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh
Diagnosis
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Visus
■ Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes
Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
■ Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum

26
Tatalaksana
– Koreksi dengan lensa positif yang terkuat
(kaca mata atau lensa kontak)
– Bedah refraktif
■ Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)
■ Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
■ Photorefractive keratectomy (PRK)
■ Conductive keratoplasty (CK)
Komplikasi

- Strabismus
- Mengurangi kualitas hidup
- Kelelahan mata dan sakit kepala
ASTIGMATISME
Astigmatis merupakan kelinan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke
mata akan dibiaskan pada 2 titik atau lebih
Etiologi

Permukaan kornea yang tidak rata


 sinar direfraksikan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak
terfokus pada retina.

Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang


lain, termasuk:
Miopia.
Hipermetropia.
KLASIFIKASI

■ Astigmatisme reguler
 Astigmatisme With the Rule
 Astigmatisme Against the Rule
■ Astigmatisme irreguler
titik bias tidak teratur
■ Astigmatisme reguler
 Astigmatisme With the Rule
 Astigmatisme Against the Rule

33
Astigmatisma ireguler  akibat kelengkungan kornea pada meridian
yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler

Astigmatisme Miopia Simpleks


Titik A berada di depan retina, titik B berada tepat pada retina. Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y
Astigmatisme Miopia Kompositus
Titik A berada di depan retina, titik B berada di
antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y
Astigmatisme Hiperopia Simpleks
titik A berada tepat pada retina, titik B berada di belakang
retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah
Sph 0,00 Cyl +Y
Astigmatisme Hiperopia Kompositus
Titik B berada di belakang retina, Titik A berada di
antara titik B dan retina Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y
Astigmatisme Mixtus
Titik A berada di depan retina, titik B berada di belakang retina. Pola ukuran
lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y,
Gejala klinis

– Distorsi saat melihat benda


– Tampak garis-garis vertikal, horizontal, atau miring yang kabur
– Memegang bahan bacaan dekat dengan mata
– Sakit kepala
– Mata berair
– Kelelahan mata
– Memiringkan kepala  melihat dengan lebih jelas
Diagnosis
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Visus
■ Kartu tes astigmatisme
■ Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi – termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes
Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
■ Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum

40
PENATALAKSANAAN

– Lensa silinder
– Astigmatisme irregular  lensa kontak
– Pembedahan (LASIK, keratektomi fotorefraktif dan LASEK)
PRESBIOPI
Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya kemampuan
akomodasi mata seiring dengan bertambahnya usia
ETIOLOGI

– Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut


– Kelemahan otot-otot akomodasi
– Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elasitasnya
akibat kekakuan (sklerosis) lensa

44
Klasifikasi

■ Presbiopia Insipien
■ Presbiopia Fungsional
■ Presbiopia Absolut
■ Presbiopia Prematur
■ Presbiopia Nokturnal

45
GEJALA KLINIS

– Mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih


– Kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama
– Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca
– Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
Diagnosis

■ Anamnesis
■ Visus
■ Refraksi
■ Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi –
termasuk pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-
buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas akomodasi, dan
steoreopsis
■ Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum

47
PENATALAKSANAAN

– Lensa positif untuk koreksi presbiopi


– Macam lensa :
Bifokal
Trifokal
Bifokal kontak
Monovision kontak
Monovision modified
Usia (Tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan

40 +1.00 D

45 +1.50 D

50 +2.00 D

55 +2.50 D

60 +3-00 D
BAB III
KESIMPULAN

50
Kesimpulan

■ Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada


retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
■ Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu
bola mata.
■ Aksis yang lebih panjang menyebabkan bayangan terfokus didepan retina.
■ Aksis yang lebih pendek menyebabkan bayangan terfokus di belakang
retina.
52
■ American Academy of Opthalmology, 2011. Clinical Optics. Section 3. PP: 93 – 116.

■ Charman, N, 2011, Myopia: Its Prevalence, Origins, and Control, Ophthalmic and Physiological Optics, 31: 3–6. doi: 10.1111/j.1475-
1313.2010.00808.x

■ Curtin, B.J, 2002, The Myopia, The Philadelphia Harper & Row: pp 348

■ Depkes, 1992, Buku Pedoman Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan untuk Puskesmas, Ditjen Binkesmas, Jakarta

■ Dirani, M, Chamberlain, M, Shekar M.N, et all, 2008, Heritability of Refractive Error and Ocular Biometrics: The Gene in Myopia (GEM) Twin
Study, Investigative Ophthalmology and Visual Science

■ Guggenhim, J.A, 2007, Correlation in Refraction Errors between Siblings in The Singapore Cohort Study of Risk Factor for Myopia, British
Journal of Ophtalmology 91(6):781-784

■ Ilyas, S, 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

■ Ilyas, S, 2014, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

■ James, B, 2006, Lecture Notes Oftalmologi, Jakarta: Erlangga

■ Jones-Jordan LA, Sinnott LT, Cotter SA, Kleinstein RN, Manny RE, Mutti DO, et al. Time Outdoors, Visual Activity, and Myopia Progression in
Juvenile-Onset MyopesActivity and Myopia Progression. Investigative Ophthalmology & Visual Science. 2012;53(11):7169-75.

■ Khurana, 2007. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New Delhi: New Age International (P) Limited, Publishers

■ Olujic, SM, 2012. Etiology and Clinical Presentation of Astigmatism. Dalam: Advances in Ophtalmology; edited by Rumelt S. PP: 167 – 190.

■ Saladin, Kenneth. 2006 Anatomy & Physiology 4th (Fourth) edition, McGraw-Hill Science/Engineering/Math. Sloane, A.E, 2008, Manual of
Refraction, USA: Brown and Company, pp 39-47

■ Vaughan, D, Asbury, T, 2016, Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC

■ WHO. Visual impairment and blindeness. 2012. Available from: http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs282/en/

53

Anda mungkin juga menyukai