Anda di halaman 1dari 44

PERMENAKER NO.

5
TAHUN 2018
TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
• Pasal 3: syarat-syarat k3 lingkungan kerja
a. Pengendalian faktor fisika dan kimia agar berada dibawah NAB
b. Pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, faktor psikologi kerja
agar memenuhi standar
Faktor Fisika
• Pasal 8 (1):
Pengukuran dan pengendalian faktor fisika meliputi:
a. Iklim kerja
b. Kebisingan
c. Getaran
d. Gelombang radio atau gelombang mikro
e. Sinar ultra violet
f. Medan magnet statis
g. Tekanan udara
h. pencahayaan
Kebisingan
• Pasal 8 (2): Pengaturan NAB Faktor Fisika Kebisingan
Kebisingan
• SNI 16-7063-2004 :
a. Nilai Ambang Batas kebisingan: 85 dB(A)
b. Pengendalian Kebisingan
Kebisingan
• Pasal 10 (4):
Pengendalian kebisingan dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
kebisingan
c. Memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau
seluruh alat
d. Mengatur atau membatasi pajanan kebisingan atau pengaturan waktu
kerja
e. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Getaran
• Pasal 8 (2): Pengaturan NAB Faktor Fisika Getaran
a. NAB getaran untuk pemaparan lengan dan tangan
Getaran
b. NAB getaran untuk pemaparan seluruh tubuh
Getaran
• SNI 16-7063-2004 :
a. Nilai Ambang Batas getaran untuk pemaparan tangan-lengan dengan
parameter percepatan pada sumbu yang dominan: 4 m/det2 atau
0,40 Grav
b. Pengendalian getaran tangan-lengan
Getaran
• Pasal 11 (4):
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber getaran dari tempat kerja
b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
getaran
c. Mengurangi pajanan getaran dengan menambah/ menyisipkan
damping/ bantalan/ peredam di antara alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja
d. Membatasi pajanan getaran melalui pengaturan waktu kerja
e. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Gelombang radio/ Gelombang mikro
• Pasal 12 (2):
Tempat kerja yang memiliki risiko gelombang radio terdapat radiasi
elektromagnetik dengan frekwensi = 300 MHz
• Pasal 12 (3):
Tempat kerja yang memiliki risiko gelombang mikro terdapat radiasi
elektromagnetik dengan frekwensi > 300 GHz
Gelombang radio/ Gelombang mikro
• Pasal 8 (2): Pengaturan NAB Faktor Fisika gelombang radio/ gelombang mikro

Keterangan
kHz : Kilo hertz
MHz : Mega hertz
GHz : Giga hertz
f : Frekwensi dalam
MHz
mW/
sentimeter²: Mili wat per senti
meter persegi
V/m : Volt per meter
A/m : Amper per meter
Gelombang radio/ Gelombang mikro
• Pasal 12 (5):
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro dari tempat kerja
b. Mengisolasi atau membatasi pajaan sumber radiasi gelombang radio
atau gelombang mikro
c. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi
d. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi gelombang radio
atau gelombang mikro
e. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
f. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Sinar Ultra Violet
• Pasal 13 (2):
Tempat kerja yang memiliki potensi bahaya radiasi ultra violet terdapat
radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180-400 nano meter
• Pasal 8 (2): Pengaturan NAB Faktor Fisika Sinar Ultra Violet
Waktu pemaparan radiasi sinar ultra violet yang diperkenankan
Sinar Ultra Violet
• SNI 16-7063-2004 :
a. Nilai Ambang Batas radiasi sinar ultra ungu: 0,1 µW/cm²
b. Pengendalian radiasi sinar ultra violet
Sinar Ultra Violet
• Pasal 13 (4):
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber radiasi sinar ultra violet dari tempat kerja
b. Mengisolasi atau membatasi pajaan sumber radiasi sinar ultra violet
c. Merancang tempat kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi
d. Memberikan jarak aman sesuai dengan standar antara sumber
pajanan dengan pekerja
e. Membatasi waktu pajanan terhadap sumber radiasi sinar ultra violet
melalui pengaturan waktu kerja
f. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
g. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Medan Magnet Statis
• Pasal 8 (2): Pengaturan NAB Faktor Fisika Medan Magnet Statis
a. NAB pemaparan medan magnet statis yang diperkenankan

b. NAB medan magnit untuk frekwensi 1-30 kilo Hertz


Medan Magnet Statis
• Pasal 14 (4):
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber medan magnet statis dari tempat kerja
b. Mengganti alat, bahan dan proses kerja yang menimbulkan sumber
medan magnet statis
c. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber medan magnet statis
d. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber medan
magnet statis
e. Mengatur jarak aman antara sumber pajanan dan pekerja
f. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
g. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Medan Magnet Statis
• SNI 04-6918-2002 :
Nilai ambang batas maksimum yang diizinkan untuk medan listrik dan
medan magnet pada frekuensi 50 / 60 Hz
Tekanan Udara Ekstrim
• Pasal 15 (2):
Tempat kerja yang memiliki sumber tekanan udara ekstrim merupakan
tempat kerja yang kedap air, di perairan dalam, dan pekerjaan di bawah
tanah atau di bawah air
• Pasal 15 (4):
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghindari pekerjaan pada tempat kerja yang memiliki sumber
bahaya tekanan udara ekstrim
b. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya
tekanan udara ekstrim
c. Menggunakan baju kerja yang sesuai
d. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
e. Melakukan pengendalian lainnya sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Pencahayaan
• Pasal 16 (4): Standar pencahayaan
Pencahayaan
• Lanjutan standar pencahayaan…
Pencahayaan
• Lanjutan standar pencahayaan…
Pencahayaan
• Pasal 18 (2):
Pencahayaan buatan tidak boleh menyebabkan panas yang berlebihan
atau mengganggu KUDR (Kualitas Udara Dalam Ruang)
• Pasal 19:
1) Sarana pencahayaan darurat harus disediakan untuk penyelamatan
dan evakuasi dalam keadaan darurat
2) Persyaratan sarana pencahayaan darurat:
a. bekerja secara otomatis
b. mempunyai intensitas pencahayaan yang cukup untuk melakukan
evakuasi
c. dipasang pada jalur evakuasi atau akses jalan keluar
Pencahayaan
SNI 03-6574-2001
• Pencahayaan darurat harus disediakan untuk jangka waktu 1½ jam
dalam kejadian gagalnya pencahayaan normal. Fasilitas lampu darurat
harus mampu untuk dapat menyediakan pencahayaan awal tidak kurang
dari rata-rata 10 Lux dan minimum pada setiap titik 1 Lux diukur
sepanjang lintasan jalan keluar dari permukaan lantai.
• Tingkat iluminasi minimum harus sesuai dengan ketentuam yang
berlaku. Waktu tunda antara kegagalan pasokan listrik untuk lampu
normal dengan penyalaan lampu darurat untuk fasilitas pemadam
kebakaran tidak boleh melebihi 15 detik.
Faktor Kimia
• Pasal 20:
(2) Pengukuran faktor kimia dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap
pekerjanya
(3) Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan
NAB harus dilakukan paling singkat selama 6 jam
(4) Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan Pemajanan
Sementara Diperkenankan (PSD), harus dilakukan paling singkat 15 menit
sebanyak 4 kali dalam durasi 8 jam kerja
(6) Pengukuran faktor kimia terhadap pekerja yang mengalami pajanan
dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan khusus pada specimen tubuh
tenaga keja dibandingkan dengan Indeks Pajanan Biologis (IPB)
Faktor Kimia
• NAB faktor kimia
Nota Nama NAB PSD/ KTD Berat Keterangan
si Bahan kimia BDS Mg/ BDS Mg/ molek
dan Nomor m³ m³ ul
CAS
Etanol 1000; 46,07 Iritasi saluran 100
(64-17-5) A3 pernapasan atas ppm
(TWA)
Etil benzene 20;A 106,16 Iritasi saluran 100
(100-41-4) 3; pernapasan atas, ppm
BEI kerusakan ginjal, (TWA)
gangguan cochlear
Asam nitrat 2 5,2 4 10 63,02 Iritasi saluran
(7697-37-2) pernapasan atas
dan mata, erosi
gigi
Gasoline 300; 500;A bervari Iritasi saluran
(8006-61-9) A3 3 asi pernapasan atas
dan mata,
kerusakan syaraf
pusat
Faktor Kimia
• NAB faktor kimia
Nama NAB PSD/ KTD Berat Keterangan
Nota Bahan kimia BDS Mg/ BDS Mg/ molek
si dan Nomor m³ m³ ul
CAS
Metil etil 200; 300; 72,10 Iritasi saluran
keton BEI BEI pernapasan atas,
(78-93-3) gangguan syaraf
pusat
Kromium 0,5; bervari Iritasi saluran
(7440-47-3) A4 asi pernapasan atas,
dan kulit
Faktor Kimia
• SNI 19-0232-2005
NAB faktor kimia
Zat kimia dan NAB
Nomor CAS
Mg/m³ BDS

Asam nitrat (7697-37-2) 5,2 2


Etanol (64-17-5) 1.880 ; A4 1.000 ; A4

Etil benzen (100-41-4) 434 100

Gasolin (8006-61-9) 890 ; A3 300 ; A3

Kromium (logam) (7440-47-3) 0,5 ; A4

Metil etil keton (MEK) (78-93-3) 590 200


Faktor Kimia
• Pasal 21:
Pengendalian dilakukan dengan:
a. Menghilangkan sumber potensi bahaya kimia di tempat kerja
b. Mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai
potensi bahaya atau lebih rendah
c. Memodifikasi proses kerja yang menimbulkan potensi bahaya khusus
d. Mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
e. Menyediakan sistem ventilasi
f. Membatasi sumber pajanan sumber potensi bahya kimia melalui
pengaturan jam kerja
g. Merotasi tenaga kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat
potensi bahaya kimia
h. Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia
i. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 27:
(1) Halaman bangunan tempat kerja harus:
a. bersih, tertata rapi, dan tidak becek
b. Cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang
(2) Jika terdapat saluran pembuangan pada halaman maka saluran air harus
tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus
mengalir dan tidak boleh menggenang

• Pasal 28:
(1) Penerapan hygiene dan sanitasi pada gedung meliputi:
a. Dinding dan langit langit
b. Atap
c. lantai
(2) Penerapan hygiene dan sanitasi dilakukan untuk memastikan gedung dalam
kondisi:
a. Terpelihara dan bersih
b. Kuat dan kokoh strukturnya
c. Cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 29:
Dinding dan langit-langit gedung harus:
a. Kering atau tidak lembab
b. Dicat dan/atau mudah dibersihkan
c. Dilakukan pengecetan ulang paling sedikit 5 tahun sekali
d. Dibersihkan paling sedikit 1 kali setahun
• Pasal 30:
Lantai gedung harus:
a. Terbuat dari bahan yang keras , tahan air, dan tahan dari kimia
yang merusak
b. Datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan
c. Dibersihkan secara teratur
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 31:
Atap gedung harus:
a. Mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan
hujan
b. Tidak bocor, tidak berlubang dan tidak berjamur
• Pasal 33:
(2) Fasilitas kebersihan paling sedikit meliputi:
a. Toilet dan kelengkapannya
b. Loker dan ruang ganti pakaian
c. Tempat sampah
d. Peralatan kebersihan
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 34 (1):
Toilet harus:
a. Bersih dan tidak menimbulkan bau
b. Tidak ada lalat, nyamuk ataupun serangga lainnya
c. Tersedia pembuangan air yang mengalir dengan baik
d. Tersedia air rsih
e. Dilengkapi dengan pintu
f. Memiliki penerangan yang cukup
g. Memiliki sirkulasi udara yang baik
h. Dibersihkan setiap hari secara periodic
i. Dapat digunakan selama jam kerja
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 34:
(2) Kelengkapan fasilitas toilet paling sedikit meliputi:
a. Jamban
b. Air yang bersih
c. Alat pembilas
d. Tempat sampah
e. Tempat cuci tangan
f. Sabun
(3) Penempatan Toilet harus terpisah antara laki-laki, perempuan, dan
penyandang cacat, serta diberikan tanda yang jelas
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 34:
(5) Untuk menjamin kecukupan atas kebutuhan jamban dengan jumlah
tenaga kerja dalam satu waktu kerja, harus memenuhi ketentuan:
a. 1-15 orang = 1 jamban
b. 16-30 orang = 2 jamban
c. 31-45 orang = 3 jamban
d. 46-60 orang = 4 jamban
e. 61- 80 orang = 5 jamban
f. 81-100 orang = 6 jamban
g. Setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 jamban

(6) Dalam hal toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah


jamban yang dipersyaratkan tidak boleh kurang dari 2/3 jumlah jamban
yang dipersyaratkan
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 35 (1) :
Ruang toilet sedikit berukuran panjang 80 cm, lebar 155 cm dan tinggi 220
cm dengan lebar pintu 70 cm.
• Pasal 37 (2):
Tempat sampah yang disediakan ditempat kerja harus:
a. Terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non organik, dan
bahan berbahaya
b. Dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air
c. Tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga lain
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 38 :
(1) Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada ruang roilet
perempuan
(2) Tempat pembuangan pembalut harus:
a. Terbuat dari bahan yang kedap cairan
b. Dilengkapi dengan penutup
c. Diberi label yang jelas
(3) Tempat pembuangan pembalut harus dibersihkan setiap hari

• Pasal 39 (2) :
Pemenuhan kebutuhan udara di tempat kerja dilakukan melalui:
a. Kualitas Udara Dalam Ruang
b. Ventilasi
c. Ruang udara
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 40:
(1) Tempat kerja untuk melakukan pekerjaan administratif, pelayanan
umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang sehat dan
bersih
(2) KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara
(3) Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan dengan ketentuan:
a. Suhu kering 23°C - 26°C dengan kelembaban 40%- 6-%
b. Perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5°C
(4) Kadar oksigen sebesar 19,5%- 23,5% dari volume udara
Penerapan Higiene dan Sanitasi
• Pasal 43 (2):
Kerumahtanggaan tempat kerja meliputi upaya:
a. Memisahkan alat, perkakas, dan bahan yang digunakan
b. Menata alat, perkakas, dan bahan sesuai dengn posisi yang ditetapkan
c. Membersihkan alat, perkakas, dan bahan secara rutin
d. Menetapkan dan melaksanakan prosedur kebersihan, penempatan
dan penataan untuk alat, perkakas dan bahan
e. Mengembangkan prosedur kebersihan, penempatan dan penataan
untuk alat, perkakas dan bahan
• Pasal 44 (2) :
Bahan pakai disimpan di gudang dan diberi label yang jelas untuk
membedakan barang-barang tersebut.
Personil K3
• Pasal 45 (2) :
Personil K3 meliputi:
a. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja
b. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja
c. Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja
• Pasal 46:
Kompetensi personil K3 sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional yang
ditetapkan oleh Menteri
Pemeriksaan dan Pengujian
• Pasal 60:
Pemeriksaan dan pengujian lingkungan kerja meliputi:
a. Pertama
b. Berkala
c. Ulang
d. Khusus
• Pasal 61:
(1) Pemeriksaan dan pengujian pertama dilakukan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja di tempat kerja
(2) Pemeriksaan dan pengujian pertama meliputi:
a. Area kerja dengan pajanan Faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi
dan psikologi
b. KUDR
c. Sarana dan fasilitas sanitasi
Pemeriksaan dan Pengujian
• Pasal 62 (1) :
Pemeriksaan dan pengujian ulang dilakukan secara eksternal paling sedikit
satu tahun sekali atau sesuai penilaian risiko
• Pasal 63 (1) :
Pemeriksaan dan pengujian ulang dilakukan apabila hasil pemeriksaan dan
pengujian sebelumnya baik secara internal maupun eksternal terdapat
keraguan
• Pasal 64 (1) :
Pemeriksaan dan pengujian khusus merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas NAB
Peninjauan Berkala Nilai Ambang Batas
dan Standar
• Pasal 69 :
NAB dapat ditinjau secara berkala paling sedikit 3 tahun sekali sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Anda mungkin juga menyukai