Anda di halaman 1dari 8

Pemeriksaan Penunjang dan

Interpretasi Hasil Laboratorium


Meningitis Tuberculosis
1. Uji Mantoux
Terdapat beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi hingga saat ini
cara mantoux lebih sering dilakukan.

Pada uji mantoux, dilakukan penyuntikan PPD (Purified Protein


Derivative) dari kuman Mycobacterium tuberculosis. Lokasi
penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit).
Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam dan lebih diutamakan
pada 72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi. Reaksi positif yang muncul
setelah 96 jam masih dianggap valid. Bila pasien tidak kontrol dalam
96 jam dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus diulang. Tes
Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm
(Kliegman, 2011).
Tabel 2.3. Hasil Uji Mantoux
1. Pembengkakan (Indurasi) 0-4mm,uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium
tuberculosis.

2. Pembengkakan (Indurasi) 3-9mm,uji mantoux meragukan.


Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi
silang dengan Mycobacterium atypical atau
setelah vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) ≥ 10mm,uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis.
Sumber : Levin, 2009
Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan LED meningkat pada pasien meningitis TB :


a.Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit
polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
b.Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
c.Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap glukosa
pada cairan serebrospinal.
d.Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi organ
dan penyesuaian dosis terapi.
e.Tes serum untuk sifilis jika diduga akibat neurosifilis.
2.Lumbal Pungsi

Lumbal Pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan


protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial. Lumbal pungsi adalah tindakan
memasukkan jarum lumbal pungsi ke dalam kandung dura lewat
processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan serebrospinal
(Haldar, 2009).
Tabel 2.4. Hasil Analisa Cairan Serebrospinal

Agent Opening WBC count Glucose Protein Microbiology


Pressure (cells/µL) (mg/dL) (mg/dL)
(mm H2 O)

Tuberculou 180-300 100-500; Reduced, Elevated Acid-fast bacillus


s meningitis < 40 , >100 stain, culture, PCR
Lymphocyte
s
Normal 80-200 0-5; 50-75 15-40 Negative findings on
values lymphocytes workup

LCM = lymphocytic choriomeningitis; PCR = polymerase chain reaction; PMN =


polymorphonuclear leukocyte; WBC = white blood cell.
Sumber : Haldar, 2009
Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Toraks
Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto toraks, foto kepala,
CT-Scan dan MRI. Foto toraks untuk melihat adanya infeksi sebelumnya
pada paru-paru misalnya pada pneumonia dan tuberkulosis, sementara
foto kepala dilakukan karena kemungkinan adanya penyakit pada
mastoid dan sinus paranasal. Pada penderita dengan meningitis
tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran tuberkulosis paru primer
pada pemeriksaan rontgen toraks, kadang- kadang disertai dengan
penyebaran milier dan kalsifikasi. Gambaran rontgen toraks yang normal
tidak menyingkirkan diagnosa meningitis tuberkulosis (Kliegman, 2011).
2. Computed Tomography Scan / Magnetic Resonance Imaging
Scan
Pemeriksaan Computed Tomography Scan (CT- Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging Scan (MRI) kepala dapat menentukan adanya dan
luasnya kelainan di daerah basal, serta adanya dan luasnya
hidrosefalus. Gambaran dari pemeriksaan CT-scan dan MRI kepala pada
pasien meningitis tuberkulosis adalah normal pada awal penyakit.
Seringnya berkembangnya penyakit, gambaran yang sering ditemukan
adalah enhancement di daerah basal, tampak hidrosefalus komunikans
yang disertai dengan tanda-tanda dema otak atau iskemia fokal yang
masih dini. Selain itu, dapat juga ditemukan tuberkuloma yang silent,
biasanya di daerah korteks serebri atau talamus (kliegman, 2011).

Anda mungkin juga menyukai