Anda di halaman 1dari 7

Prevalensi stunting=32%

Prevalensi ibu hamil KEK= 41,6 %


Antropometri Prevalensi N/D 37%
Prevalensi Balita kurus = 25%.

1
P

2
Tingginya prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas
Problem Kecamatan Sangun Tahun 2018
 Sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh tani
 Pengetahuan yang kurang
 Masih banyak penduduk yang BAB sembarangan
 Sebagian besar ibu memberikan ASI saja hanya 2 bulan
Etiologi sehingga dan rata-rata bayi mendapatkan makanan

D
selain ASI pada usia 3 bulan
 Sebagian besar asupan makanan balita kurang

 Pendidikan orang tua sebagian besar tamat SMP


 Rendahnya cakupan ASI eksklusif (14%)
Sign/  Makan 2x sehari
Symptom  Cakupan N/D 37% , Balita kurus 25%
 Tingginya prevalensi stunting (32%) pada balita
 Dalam setahun telah terjadi KLB diare 3x 3
Diagnosis gizi:
Tingginya prevalensi stunting di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Sangun Tahun 2018 (P)

D
berkaitan dengan kurangnya asupan protein pada
balita dan pola pemberian makan anak kurang tepat
(E) rendahnya cakupan ASI eksklusif (14%), makan 2x
sehari, cakupan N/D 37% dan tingginya prevalensi
stunting (32%) pada balita (S).

4
 Menurunkan Prevalensi stunting dari 32% pada
Tujuan tahun 2018 menjadi 28% pada tahun 2021.

 Pemberian PMT untuk balita kurus


Pemberian  Pemberian PMT lokal untuk penyuluhan di
Makan Posyandu

I
 Pemberian PMT untuk Bumil KEK
 Penyuluhan PMBA pada balita kepada masyarakat
melalui kelas ibu, penyuluhan di balai desa
 Demo masak makanan balita di Posyandu
 Penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan
Edukasi Gizi
dan hasil ternak sebagai sumber pangan
 Konseling PMBA (bagi balita dengan BB kurang,
TB/U <2-SD dan balita sakit), saat di puskesmas
dan kunjungan 5
 Koordinasi dengan bidan desa terkait distribusi PMT,
TTD bumil dan PMT bumil KEK dan pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan di Posyandu
 Koordinasi dengan kader kesehatan untuk memastikan
balita dirujuk ke Puskesmas bila tidak naik berat
badannya
 Puskesmas merujuk balita dengan status gizi TB/U -2

I
SD ke fasyankes yang lebih tinggi
Koordinasi  Koordinasi dengan kesling terkait banyaknya rumah
Asuhan Gizi tangga yang BAB sembarangan
 Koordinasi dengan dinas pertanian untuk penyediaan
bibit dalam rangka pemanfaatan pekarangan dan
peningkatan hasil ternak ayam
 Koordinasi dengan ketua RT dan RW, kepala desa dan
Camat tentang pencegahan dan penanggulangan
stunting terkait pembiayaan, penggerakkan
masyarakat untuk datang ke posyandu, dan koordinasi
LS di Kecamatan
PAG pada BalitaSangun 6
 Terlaksanannya pemantauan pertumbuhan di posyandu.
 Terlaksananya dan tercatatnya pemberian PMT untuk balita
kurus, Pemberian PMT lokal untuk penyuluhan di Posyandu,
Pemberian PMT untuk Bumil KEK
 Terlaksananya penyuluhan PMBA, konseling PMB saat kunjungn
rumah, Demo masak makanan balita di Posyandu, Penyuluhan
tentang pemanfaatan pekarangan dan hasil ternak sebagai

ME
sumber pangan di seluruh wilayah puskesmas kecamatan Sangun
 Cakupan Distribusi PMT, TTD bumil dan PMT bumil KEK
 Ketersediaan bibit tanaman untuk pemanfaatan lahan
 Adanya upaya dari Kesling terkait eliminasi BAB sembarangan.
 Kunjungan balita ke Posyandu, ketersediaan dana bagi balita
beresiko stunting yang perlu pemeriksaan dan perawatan lebih
lanjut
 Evaluasi: prevalensi balita stunting pada tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai