Anda di halaman 1dari 10

KELUARGA BERENCANA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Alvina Putri
Anjuwita
Islamanda
Janwaria Changrila
Khofifah Wulannor
Reja Ery Syaputra
Rista Bela
Tina Novela
Tri Berger
Valentina Jie Eka Huang
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia
bertambah tiga kali lipatnya. Sedangkan 1900 -2000
terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2
juta orang menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang
1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB) berhasil
mencegah kelahiran 80 juta orang.Tanpa program KB
jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi 285 juta
orang .
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh
wanita.
Keluarga berencana juga merupakan sebuah program pemerintah yang
dicanangkan oleh pemerintah Indonesia guna menekan angka kelahiran yang
semakin hari semakin tinggi. Program ini dirancang untuk menyeimbangkan
jumlah kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia.
Agama Katolik memandang program KB dapat diterima. Namun, cara
melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab
suami-istri, dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga. Agama Katolik
menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap
tanggung jawab.

Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu, umat


Katolik harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab.
Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan
martabat manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama dan sosial budaya
yang berlaku dalam masyarakat.
Sejauh ini Agama Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB
dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur).
agama Katolik juga memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan
diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk
mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati
moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang
memanfaatkan masa tidak subur.

Dari sabda Ensiklik maupun Konsili jelas umat Katolik juga mempunyai
tugas mengatur kelahiran untuk membangun kesejahteraan keluarga dan demi
kepentingan negara. Namun, bukan orang lain atau negara yang boleh
menentukan jumlah anak. Cara-cara mengatur kelahiran harus diputuskan oleh
suami-istri sendiri.
Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dari Keluarga Berencana yaitu untuk menyejahterakan


keluarga dan mencapai keluarga yang bahagia dengan mengatur
jumlah kelahiran dalam keluarga. Kelahiran dapat terjadi karena
adanya pertemuan antara sel sperma dan sel telur. Sel telur dan sel
sperma yang bertemu ini menuju ke serviks, kemudian ke rahim dan
terus ke oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur yang telah
dibuahi harus mampu bergerak ke rahim di mana akan melakukan
nidasi dan dinding rahim harus dalam keadaan siap menerima nidasi.
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki
tujuan:
3. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi
1. Mengatur kehamilan dengan menunda remaja atau pasangan yang akan menikah
perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran pengetahuan dan pemahaman yang cukup
anak pertama serta menghentikan kehamilan bila tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia
dirasakan anak telah cukup. dan berkualitas.

4. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS


2. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan
pasangan yang telah menikah lebih dari satu membentuk keluarga berkualitas,
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya 5. Meningkatkan jumlah penduduk untuk
menggunakan alat kontrasepsi.
keluarga bahagia.
6. Meurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah
yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan
(aborsi) yang tidak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di
masa kehamilan, umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-
bahaya akibat:
a. kehamilan terlalu dini

b. kehamilan terlalu “telat”

c. kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya


 
d. terlalu sering hamil dan melahirkan
Metode kontrasepsi Keluarga Berencana
Sikap Gereja Katolik terhadap praktik kontrasepsi secara amat nyata
terbaca dalam ensiklik Humanae Vitae (selanjutnya HV) yang dikeluarkan
oleh Paus Paulus VI pada tahun 1968. Secara garis besar HV menegasakan
bahwa perkawinan adalah institusi yang ditetapkan oleh Tuhan untuk
mewujudkan rencana kasihNya, maka cara perwujudananya haruslah sesuai
dengan kehendaknya.

Untuk memahami pengaturan kelahiran, sesorang harus mempunyai


gambaran yang total tentang manusia. Jadi, harus dilihat dimensi kerohanian
dan kekekalan manusia, dan bukan hanya dimensi manusia di dunia (HV 7).
Hubungan suami istri harus dilihat sebagai sesuatu yang luhur karena
bersumber dari Allah Bapa. Maka, untuk kedua orang yang sudah dibaptis,
perkawinan merupakan sakramen tanda rahmat Allah, yang melambangkan
persatuan Kristus dengan Gereja (HV 8).
Pengaturan KB alamiah ini dilakukan antara lain dengan cara pantang
berkala, yaitu tidak melakukan hubungan suami istri pada masa subur
istri.
Hal ini sesuai dengan pengajaran Alkitab, yaitu “janganlah kamu saling
menjauhi kecuali bersama dengan persetujuan bersama untuk sementara
waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa”
(1 kor 7:5).
Dengan demikian suami istri dapat hidup di dalam kekudusan dan
menjaga kehormatan perkawinan dan tidak mencemarkan tempat tidur
(bdk. Ibr 13:4).
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai