Anda di halaman 1dari 19

RIVIEW JURNAL YANG

BERKAITAN DENGAN
REVERSE LOGISTIC

FERDI TRIPUTRA
1830160
MLIA 2 E
JURNAL I

Judul : Peran Konsep Reverse Logistic Dalam


Perancangan Penanganan Baterai Laptop
Bekas
Volume : Vol 10 (2), 2018
Tahun : 2020
Penulis : Bagus Made Arthaya, Paulina Kus
Ariningsih dan Cynthia Haryani
1. Defenisi

Reverse logistic merupakan upaya


penanganan produk yang telah habis masa
pakainya dan penggunaan kembali
komponen produk dengan tujuan untuk value
recovery dan melakukan proses pembuangan
yang aman
2. Fenomena atau Permasalahan yang
Terjadi
 Sampah berupa produk elektronik yang sudah rusak atau tidak terpakai
lagi disebut dengan istilah e-waste. Jenis sampah ini semakin hari-semakin
menghawatirkan karena sangat sedikit perusahaan penghasil perangkat
elektronik yang mendeklarasikan diri untuk bertanggung jawab terhadap
produk yang dihasilkan terutama setelah siklus hidup produk berakhir. Dari
sekian banyak produk elektronik yang beredar di sekitar kita, laptop
merupakan contoh produk elektronik yang singkat masa/siklus hidupnya.
Produk ini memiliki berbagai komponen elektronik, termasuk di dalamnya
adalah baterai. E-waste dari baterai laptop memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan yang seharusnya menjadi perhatian semua pihak.
 Seperti halnya semua produk teknik, baterai laptop juga seharusnya dapat
dipakai ulang dan ditingkatkan nilai pakainya agar e-waste dari baterai
laptop tidak semakin banyak. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam
rangka pemanfaatan kembali baterai bekas ini adalah menerapkan konsep
Reverse Logistic padanya
3. Kajian Teori

 Reverse logistic secara umum dinyatakan sebagai upaya


penanganan produk yang telah habis masa pakainya dan
penggunaan kembali komponen produk dengan tujuan untuk
value recovery dan melakukan proses pembuangan yang aman
dan benar
 Dalam penelitian, tiga macam baterai laptop bekas digunakan
sebagai objek penelitian untuk meneliti perbedaan umum dari
semua komponen baterai laptop tersebut. Perancangan dimulai
dengan pengumpulan informasi komponen, penentuan proses
dan kriteria inspeksi setiap komponen, dan proses lainnya.
 Strategi penanganan berupa beberapa alternatif skema Reverse
Logistic terhadap komponen baterai laptop bekas dibangun
dengan memperhatikan peran pihak-pihak terkait dan
kompleksitas aliran material diantara pihak-pihak tersebut
4. Metodologi yang Digunakan

Metodologi penelitian yang digunakan adalah


deskriptif kualitatif yakni data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Walaupun kemudian terdapat data yang berupa
angka-angka, maka akan dijelaskan atau
dideskripsikan melalui kata-kata. Dengan demikian
laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data
untuk memberikan gambaran penyajian laporan
yang berasal dari pengumpulan tanggapan
konsumen terhadap permasalahan baterai laptop
dilakukan melalui kuesioner.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan
yakni sebagai berikut:
Penentuan topik penelitian dan latar belakang
permasalahan yang ada
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Pengumpulan data produk dan pendapat pengguna
Pengolahan data dan Analisis konsep dan dampak
lingkungan
Kesimpulan.
5. Hasil Penelitian

 Suatu rancangan strategis dihasilkan dalam bentuk skema


rantai Reverse Logistic yang meliputi pihak-pihak yang
terlibat, proses yang perlu dilakukan, dan alur proses dan
meterialnya. Battery reuse digolongkan ke dalam 3 grup
berdasarkan kapasitasnya, yaitu Grup A (≥80%), Grup B
(70%-79%), Grup C (60%-69%). Selain itu, dihasilkan juga
report dampak lingkungan dari komponen baterai laptop
dengan Sustainability Evaluation dan skema life cycle dari
baterai laptop hasil rancangan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa dengan memperhatikan konsep Reverse
Logistic bagi baterai laptop bekas, akan terjadi penurunan
dampak negatif terhadap lingkungan dari komponen
baterai laptop sebesar hingga 29% dari dampak
sebelumnya.
6. Kesimpulan

a) Dari penelitian ini didapat bahwa rancangan siklus hidup baterai laptop
bekas adalah berupa pola gate-to-gate, yaitu dimulai dari tahapan
retirement, reuse, remanufacture, recycle, production, dan disposal.
b) Penanganan dengan reverse logistic mampu menurunkan dampak
lingkungan dari setiap komponen baterai laptop :
 Dampak lingkungan dari komponen battery case, solder tab, dan
komponen tambahan pada baterai laptop dapat dikurangi dengan cara
mengubah built to last, end of life, dan duration of use. Perubahan yang
terjadi adalah penurunan dampak negatif untuk beberapa kategori
dampak lingkungan, seperti carbon footprint dan water eutrophication.
Penurunan yang terjadi adalah sebesar 1-29% dari sebelumnya.
Penurunan terbesar adalah dari komponen battery case dan penurunan
terkecil adalah dari komponen solder tab.
 Daur ulang battery cell dapat menghemat penggunaan sumber daya
alam baru untuk produksi katoda battery cell, mencapai 51%.
7. Daftar Pustaka

Blumberg, D. F., Introduction to Management Of Reverse Logistics And Closed Loop


Supply Chain Processes, CRC Press, 2000.
Dewulf, J., Vorst, G.V., Denturck, K., Langenhove, H.V., Ghyoot, W., Tytgat, J., &
Vandeputte, K. (2010). Recycling Rechargable Lithium Ion Batteries: Critical Analysis
of Natural Resource Savings. Elsevier, www.elsevier.com/locate/resconrec, (11
Januari 2017)
Honda, Khetriwal, & Kuehr., Regional E-waste Monitor, East and Southeast Asia. United
Nations University & Japanese Ministry of the Envitonmental,
https://ewastemonitor.info/pdf/Regional-E-Waste-Monitor.pdf, (21 Desember 2016).
NEA. (n.d.). E-waste Recycling. National Environment Agency, www.nea.gov.sg, (2
Desember 2016).
We Are Social. Digital in 2016. We Are Social. Diunduh dari: www.wearesocial.net (9
Desember 2016).
NA, What is the Integrated Recycling System, www.fujixerox/ecology/cycle/concept, 3
Oktober 2018.
http://journals.itb.ac.id/index.php/joki/article/view/11130
JURNAL II

Judul : Manajemen Rantai Pasok Susu


Pasteurisasi dengan Pendekatan Reverse
Logistic
Volume : Vol. 05 No. 01, Maret 2018
Tahun : 2018
Penulis : Wibisono Adhi1 dan Winiati Puji Rahayu
1. Defenisi

Reverse Logistics adalah proses perencanaan,


pelaksanaan, dan pengendalian arus dua arah yang
efisien dengan tujuan untuk memulihkan nilai atau
pembuangan produk sekunder dengan tepat.
2. Fenomena atau Permasalahan yang Terjadi

 Susu sebagai pangan dengan kandungan gizi yang lengkap


merupakan salah satu pangan yang bernilai tingi. Namun demikian
susu juga dikenal sebagai komoditas yang mudah rusak karena
kandungan bakteri yang berasal dari kontaminasi saat pemerahan.
 proses pengolahan susu pasteurisasi tetap memiliki risiko
kerusakan selama proses pengolahan, mulai dari proses pemerahan,
pengiriman, penyimpanan, pengolahan dan kegiatan pasca
pengolahan. Manajemen rantai pasok yang baik diperlukan untuk
mengurasi risiko kerusakan susu dan menyiapkan adaptasi pada
bahan atau produk yang mengalami kerusakan.
 Melengkapi manajemen rantai pasok tradisonal, pendekatan reverse
logistic dapat diterapkan selain untuk mengurasi risiko kerusakan
susu selama proses pengolahan juga untuk menyiapkan praktik
adaptasi pada bahan atau produk susu yang mengalami kerusakan.
3. Kajian Teori

Produk sekunder meliputi produk rusak, kedaluwarsa, dan produk


overstock (produk siap guna namun usang atau mendekati masa
kedaluwarsa).
Pendekatan reverse logistic digunakan dalam manajemen rantai pasok
industri susu pasteurisasi dengan memaparkan contoh model yang
dapat diterapkan di industri susu pasteurisasi untuk mengantisipasi
risiko kerusakan selama proses pengolahan susu dan menyiapkan
model adaptasi pada bahan atau produk yang telah mengalami
kerusakan.
Pembahasan juga akan meliputi studi kasus pemilihan strategi dalam
manajemen rantai pasok yang menerapkan pendekatan reverse logistic
menggunakan metode fuzzy analytical hierarchy process (AHP).
4. Metodologi yang Digunakan

Pemilihan strategi dilakukan dengan


menggunakan metode fuzzy AHP.
Penelitian ini menggunakan bilangan fuzzy
segitiga 1 - 9 untuk mewakili penilaian
subyektif terhadap perbandingan
berpasangan yang ambigu
5. Hasil Penelitian

Hasilnya skema rantai pasok dengan


pendekatan reverse logistic dapat diterapkan
pada rantai pasok susu pasteurisasi di
Indonesia dengan menambahkan unit
pengolahan limbah susu. Walaupun demikian
mitigasi risiko di sepanjang rantai pasok masih
lebih diperlukan dibandingkan dengan
pengembangan praktik reverse logistic
6. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa skema rantai


pasok dengan pendekatan reverse logistic dapat diterapkan
pada rantai pasok susu pasteurisasi di Indonesia dengan
menambahkan unit pengolahan limbah susu. Berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh ahli di dalam studi ini, untuk
memenuhi tujuan rantai pasok dalam meminimalisasi
biaya, meningkatkan revenue, meningkatkan kepuasan
konsumen serta menciptakan proses yang lebih ramah
lingkungan, mitigasi risiko di sepanjang rantai pasok perlu
lebih diperhatikan ketimbang pengembangan praktik
reverse logistic itu sendiri dengan perbandingan bobot
kepentingan sebesar 76% berbanding 23%.
7. Daftar Pustaka

Budiyono, H., (2009). Analisis Daya Simpan Produk Susu


Pasteurisasi berdasarkan Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal
Paradigma, 10(2), pp.198–211. Available at: http:// ejournal-
unisma.net/ojs/index.php/ paradigma/article/download/201/188.
Kreng, V.B. & Wu, C.Y., (2007). Evaluation of knowledge portal
development tools using a fuzzy AHP approach: The case of
Taiwanese stone industry. European Journal of Operational
Research, 176(3), pp.1795–1810.
Kumar, S. & Putnam, V., (2008). Cradle to cradle: Reverse logistics
strategies and opportunities across three industry sectors.
International Journal of Production Economics, 115(2), pp.305–315.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/196-1268-1-PB.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai