Tax Planning 21 26 Ok Masodah
Tax Planning 21 26 Ok Masodah
21/26
Masodah Wibisono
DEFINISI PPH 21/26
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak
dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.PPh pasal 21 diberlakukan kepada WPOP
sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), apabila penerima
penghasilan adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek
Pajak Luar Negeri (SPLN) selain BUT (Badan Usaha Tetap), maka
akan dikenai PPh 26.
DEFINISI
Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek pa
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
• PPh dapat dikenakan atas bagian
tahun pajak jika kewajiban subjektif
mulai dari bagian tahun.
• Tahun pajak adalah tahun takwim.
Jika tahun buku tidak sama, dapat
menggunakan tahun buku asalkan
berdurasi 12 bulan.
3
DASAR HUKUM PPH 21/26
PPh Pasal 21 & PPh Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa & kegiatan orang pribadi.
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (PPh).PMK No. 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau
Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau
Pensiun.
PMK No. 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
PMK No. 254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan
Pekerjaan Dari Pegawai Harian dan Mingguan, serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan
PER-Dijen Pajak Nomor: 31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, yang kemudian direvisi
dengan PER-Dirjen Pajak Nomor: 57/PJ/2009.
PER-Dirjen Pajak Nomor: 31/PJ/2009 tentang Pedoman teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Dasar Hukum
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun
2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan
Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan
7
SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak yang dipotong PPh Pasal 21 atau Pasal 26, atau disebut
Subjek Pemotongan adalah orang pribadi yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa
atau legiatan.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26 sesuai Per-Dirjen Pajak No. PER-31/PJ./2012 adalah orang pribadi
yang merupakan:
Pegawai Penerima uang pesangon pension atau uang manfaat pension,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan jasa.
Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
Mantan pegawai
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
10
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)
Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan
perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya
Warisan diperiksa oleh aparat
yang belum pengawasan
terbagi:
fungsional negara.
Menggantikan yang berhak. 11
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)
17
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
Mulai:
Mulai:
Saat
Saat melakukan usaha/
menerima/memperoleh
kegiatan melalui BUT di
penghasilan dari
Indonesia.
Indonesia.
Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Saat tidak lagi
memperoleh penghasilan menjalankan usaha
dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.
19
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)
20
Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3
22
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
23
KLASIFIKASI UMUM PENGHASILAN
Penghasilan dari modal berupa
Penghasilan
Penghasilan
harga gerak ataupun lain-
tidak
Penghasilan dari pekerjaan dan
hubunganlain,
gerak, seperti
seperti
kerja
bunga, dividen,
dan pekerjaan
dari usaha dan
royalti, sewa dan keuntungan
bebas seperti gaji, honorarium,
pembebasan
penjualan harga atau utang
hak yang
dan sebagainya.
kegiatan.
tidak dipergunakan untuk
dan usaha.
hadiah.
24
Ketentuan Khusus Atas Penghasilan
25
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
30
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek.
Penghasilan PP
dariNo. 14 Tahun
bunga 1997
deposito dan tabungan
serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian.
PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau
bangunan.
Penghasilan PP No.
dari 5 Tahun 2002
pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan.
PenghasilanPP No. 71bunga/
berupa Tahun diskonto
2008 obligasi
yang dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
PP No. 40 Tahun 2009
31
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma
Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, 33
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)
37
Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)
Firma
Firma Tiara
Tiara menjual
menjual mobil
mobil yang
yang digunakan
digunakan untuk
untuk
kegiatan
kegiatan usaha.
usaha. Nilai
Nilai buku
buku menurut
menurut fiskal
fiskal Rp
Rp
200.000.000,00.
200.000.000,00. Mobil
Mobil tersebut
tersebut dijual
dijual dengan
dengan harga
harga
Rp
Rp 300.000.000,00.
300.000.000,00.
a.
a. Bagaimanakah
Bagaimanakah pengakuan
pengakuan penghasilan
penghasilan oleh
oleh
Firma
Firma Tiara?
Tiara?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika mobil
mobil tersebut
tersebut dijual
dijual kepada
kepada
seorang
seorang sekutu
sekutu dengan
dengan harga
harga Rp
Rp
260.000.000,00?
260.000.000,00?
Jawaban:
Jawaban:
c.
c. Keuntungan
Keuntungan yang
yang diperoleh
diperoleh dari
dari penjualan
penjualan
mobil
mobil sebesar
sebesar Rp
Rp 100.000.000,00
100.000.000,00 diakui
diakui
sebagai
sebagai penghasilan
penghasilan oleh
oleh Firma
Firma Kelana
Kelana dan
dan 38
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1)
39
Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)
Arctic
Arctic Co.Co. perusahaan
perusahaan yang yang didirikan
didirikan dandan
berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar negeri,
negeri, serta
serta memiliki
memiliki Bentuk
Bentuk
Usaha
Usaha Tetap
Tetap di di Indonesia.
Indonesia. Arctic
Arctic Co.
Co. Dan
Dan BUTnya
BUTnya
sama
sama –– sama
sama melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan penjualan
penjualan chassis
chassis
bus
bus didi Indonesia.
Indonesia. Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang
dilakukan
dilakukan sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co. mencapai
mencapai Rp Rp
3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00, sementara
sementara nilai
nilai penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya
mencapai
mencapai Rp Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. Arctic Arctic Co.
Co. Juga
Juga
melakukan
melakukan transaksi
transaksi penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai Rp
Rp
1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak menyediakan
menyediakan produk
produk
tersebut.
tersebut. Berapakah
Berapakah nilainilai objek
objek pajak
pajak penghasilan
penghasilan
atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban: 40
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh BUT
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)
Baltic
Baltic Inc.
Inc. perusahaan
perusahaan yangyang berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar
negeri,
negeri, serta
serta memiliki
memiliki Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap di di
Indonesia.
Indonesia. Kemenkes
Kemenkes RI RI mengadakan
mengadakan perjanjian
perjanjian
langsung
langsung dengan
dengan Baltic
Baltic Inc.
Inc. untuk
untuk membayar
membayar royalti
royalti
atas
atas paten
paten vaksin
vaksin H1N1H1N1 dengan
dengan nilai
nilai Rp
Rp
2.750.000.000,00
2.750.000.000,00 sehingga
sehingga vaksin
vaksin tersebut
tersebut dapat
dapat
diproduksi
diproduksi oleh
oleh BUMN
BUMN Farmasi.
Farmasi. Sebagai
Sebagai bagian
bagian dari
dari
kontrak,
kontrak, dipersyaratkan
dipersyaratkan pulapula bahwa
bahwa Kemenkes
Kemenkes wajib
wajib
menggunakan
menggunakan jasa jasa konsultansi
konsultansi teknis
teknis dari
dari BUT
BUT milik
milik
Baltic
Baltic Inc
Inc dengan
dengan nilai
nilai kontrak
kontrak terpisah
terpisah senilai
senilai RpRp
325.000.000,00.
325.000.000,00. Berapakah
Berapakah nilai nilai objek
objek pajak
pajak
penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban: 41
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)
Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana tersebut da
- penjualan barang; Pasal 26, selama terdapat hubunga
- pemberian jasa; efektif antara BUT dengan harta/ kegi
yang sejenis dengan yang dijalankan
yang
BUTmemberikan penghasilan.
di Indonesia.
42
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)
46
Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)
PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang
dapat dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan
untuk memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari
penghasilan tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final.
Perusahaan tidak dapat mengindentifikasi secara spesifik beban
yang terkait dengan penghasilan final tersebut. Berapakah
penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan
dari perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak
final sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125
47
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)
48
Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)
CV.
CV. Kandawa
Kandawa perusahaan
perusahaan yangyang didirikan
didirikan didi tahun
tahun
2006.
2006. Pada
Pada awal
awal operasinya
operasinya menghadapi
menghadapi pasang
pasang
surut
surut usaha.
usaha. Berikut
Berikut laba
laba dan
dan rugi
rugi fiskal
fiskal semenjak
semenjak
pertama
pertama kali
kali berdiri.
berdiri.
Tahun2006
Tahun2006 Rugi
Rugi RpRp 1.750.000.000,00
1.750.000.000,00
2007
2007 Rugi
Rugi Rp Rp 825.000.000,00
825.000.000,00
2008
2008 Laba
Laba Rp Rp 215.000.000,00
215.000.000,00
2009
2009 Rugi
Rugi Rp Rp 65.000.000,00
65.000.000,00
2010
2010 Laba
Laba Rp Rp 765.000.000,00
765.000.000,00
2011
2011 Rugi
Rugi Rp Rp 12.500.000,00
12.500.000,00
Jika
Jika perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh labalaba senilai
senilai RpRp
1.975.000.000,00
1.975.000.000,00 di di tahun
tahun 2012,
2012, berapakah
berapakah
Penghasilan
Penghasilan KenaKena Pajak
Pajak CV.
CV. Kandawa
Kandawa pada
pada tahun
tahun
2012?
2012? 49
Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)
Jawaban
Jawaban::
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2008
2008= = 215.000.000,00
215.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2010
2010= = 765.000.000,00
765.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2012
2012= = Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2007
2007 + +
Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2009
2009 + + Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2011
2011
== 825.000.000
825.000.000 + + 65.000.000
65.000.000 + +
12.500.000
12.500.000
== Rp
Rp 902.500.000,00
902.500.000,00
Adapun
Adapun rugi
rugi fiskal
fiskal 2006
2006 yang
yang belum
belum
dikompensasikan,
dikompensasikan, yaitu yaitu senilai
senilai Rp
Rp 770.000.000,00
770.000.000,00
(1.750.000.000
(1.750.000.000 -- 215.000.000
215.000.000 -- 765.000.000),
765.000.000), tidak
tidak
dapat
dapat dikompensasikan
dikompensasikan di di 2012,
2012, sebab
sebab telah
telah 50
PPH 21 WP PRIBADI
51
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)
53
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3) https://www.online-pajak.com/ptkp-terbaru-pph-21
Rano
Rano Karno
Karno merupakan
merupakan seorang
seorang pegawai
pegawai yang
yang
bekerja
bekerja untuk
untuk sebuah
sebuah perusahaan
perusahaan perbankan.
perbankan. Ia Ia telah
telah
menikah
menikah dandan bertempat
bertempat tinggal
tinggal di
di satu
satu kavling
kavling
apartemen
apartemen milik
milik sendri.
sendri. Berikut
Berikut merupakan
merupakan susunan
susunan
Nama Tanggal Lahir Status Pekerjaan
anggota keluarga Rano Karno.
Dewianggota keluarga Rano
3 Oktober 1969 Karno. Istri Ibu Rumah Tangga
Darsi 6 Mei 1996 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1999 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 2001 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2004 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1993 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1940 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1945 Paman Pensiunan
56
Ilustrasi 2.7 (2) - (PTKP)
Berapakah
Berapakah PTKP
PTKP atas
atas penghasilan
penghasilan Karna
Karna di
di tahun
tahun
2019,
2019, jika:
jika:
a.
a. Tidak
Tidak terdapat
terdapat keterangan
keterangan tambahan.
tambahan.
b.
b. Dewi
Dewi bekerja
bekerja semata
semata –– mata
mata sebagai
sebagai pegawai
pegawai
pemerintah.
pemerintah.
c.
c. Dewi
Dewi memiliki
memiliki usaha
usaha laundry
laundry di di blok
blok
apartemen.
apartemen.
d.
d. Darsi
Darsi menikah
menikah di
di tanggal
tanggal 33 Januari
Januari 2019?
2019?
e.
e. Kunthi
Kunthi masih
masih menerima
menerima pembayaran
pembayaran pensiun
pensiun
mendiang
mendiang suaminya.
suaminya.
57
Ilustrasi 2.7 (3) - (PTKP)
Jawaban
Jawaban ::
a.
a. PTKP
PTKP = = WP
WP Sendiri+
Sendiri+ Status
Status Kawin
Kawin + + 33 Tanggungan
Tanggungan
=
= 54.000.000+
54.000.000+ 4.500.000+
4.500.000+ 33 xx 4.500.000
4.500.000
=
= Rp.
Rp. 72.000.000
72.000.000
Tanggungan
Tanggungan adalah
adalah Hani,
Hani, Indra,
Indra, dan
dan Kunthi.
Kunthi.
b.
b. PTKP
PTKP tidak
tidak berubah
berubah sesuai
sesuai poin
poin (a).
(a).
c.
c. PTKP
PTKP bertambah
bertambah sebesar
sebesar Rp Rp 54.000.000,00
54.000.000,00
dibanding
dibanding poin
poin (a)
(a) untuk
untuk penghasilan
penghasilan istri istri yang
yang
digabungkan.
digabungkan.
d.
d. Awal
Awal tahun,
tahun, Darsi
Darsi masih
masih diakui
diakui sebagai
sebagai tanggungan.
tanggungan.
Akan
Akan tetapi
tetapi PTKP
PTKP tidak
tidak berubah
berubah sesuai
sesuai poin
poin (a),
(a),
sebab
sebab maksimal
maksimal tanggungan
tanggungan adalah
adalah 33 orang.
orang.
e.
e. Kunthi
Kunthi tidak
tidak termasuk
termasuk tanggungan.
tanggungan. PTKP PTKP berkurang
berkurang
sebesar
sebesar RpRp 4.500.000,00
4.500.000,00 dibanding
dibanding poin poin (a).
(a).
58
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3)
Permadi
Permadi seorang
seorang notaris
notaris yang
yang memiliki
memiliki kantor
kantor sendiri
sendiri
dengan
dengan penghasilan
penghasilan netto
netto didi tahun
tahun 2019
2019 sebesar
sebesar Rp
Rp
235.000.000,00.
235.000.000,00. IstriIstri Permadi
Permadi seorang
seorang sekretaris
sekretaris yang
yang
bekerja
bekerja di di kantor
kantor Permadi.
Permadi. AtasAtas asas
asas profesionalitas,
profesionalitas,
Permadi
Permadi memperlakukan
memperlakukan istrinya istrinya sebagaimana
sebagaimana
pegawai
pegawai lainlain dengan
dengan gajigaji sebesar
sebesar Rp Rp 10.000.000,00
10.000.000,00
per
per bulan.
bulan. Permadi
Permadi dandan istrinya
istrinya memiliki
memiliki dua
dua orang
orang
anak
anak dandan menanggung
menanggung ayah ayah dandan ibunya
ibunya pensiunan
pensiunan
PNS
PNS untuk
untuk hidup
hidup bersama
bersama dalam
dalam keluarganya.
keluarganya.
a.
a. Berapakah
Berapakah pajakpajak penghasilan
penghasilan yang yang harus
harus
dibayar
dibayar di di tahun
tahun 20192019 oleh oleh Permadi
Permadi dandan
istrinya?
istrinya?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika jika kemudian
kemudian di di tahun
tahun 2019
2019
Permadi
Permadi dandan istrinya
istrinya hidup
hidup berpisah
berpisah dengan
dengan 60
penghasilan yang tetap?
Ilustrasi 2.8 (2)
(Penghasilan Suami – Istri)
Jawaban
Jawaban ::
a.
a. Penghitungan
Penghitungan dilakukandilakukan dengan
dengan menggabungkan
menggabungkan
penghasilan
Penghasilan nettoPermadi dan istri.
penghasilan Permadi dan istri. 235,000,000
Permadi
Penghasilan netto istri 120,000,000
Penghasilan netto suami -
istri digabungkan 355,000,000
(PTKP)
WP sendiri -54,000,000
Status kawin -4,500,000
Tanggungan dua anak -9,000,000
Penggabungan
penghasilan istri -54,000,000 -121,500,000
Penghasilan Kena Pajak 233,500,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
Rp30,025,00
15% x 130,360,000 27,525,000 0
Penghasilan
Penghasilan istri Permadi tidak
istri Permadi tidak bersifat
bersifat final
final dan
dan
pemotongan
pemotongan PPh
PPh 21nya
21nya dapat
dapat dikreditkan
dikreditkan dalam
dalam 61
Ilustrasi 2.8 (3)
(Penghasilan Suami – Istri)
Jawaban
Jawaban ::
b.
b. Penghitungan
Penghitungan dilakukandilakukan secara
secara sendiri
sendiri –– sendiri
sendiri
antara
antara Permadi
Permadi dan dan istri
istri (Misalkan
(Misalkan diasumsikan
diasumsikan
bahwa
bahwa anak
Penghasilan ––Permadi
netto
anak anak
anak tinggal
tinggal bersama
bersama Permadi).
235,000,000
Permadi).
(PTKP
)
WP sendiri -54,000,000
Tanggungan dua anak -9,000,000 -63,000,000
Penghasilan Kena Pajak 172,000,000
Pajak terutang Palasara setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 122,000,000 18,300,000 Rp20,800,000
Jawaban
Jawaban ::
c.
c. Penghitungan
Penghitungan dilakukan
dilakukan secara
secara prorata
prorata berdasarkan
berdasarkan
perbandingan
perbandingan penghasilan
penghasilan netto
netto antara
antara Permadi
Permadi
dan
dan istri.
istri.
Pajak
Pajak ditanggung
ditanggung Permadi=
Permadi=
=
=
=
= Rp
Rp 19.875.704,26
19.875.704,26
Pajak
Pajak ditanggungistri
ditanggungistri =
=
=
=
=
= Rp10.149.295,77
Rp10.149.295,77
63
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4)
64
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)
67
PRINSIP TAXABILITY-DEDUCTIBILITY MENGENAI IM
68
Ketentuan Khusus Atas Natura
Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di daerah tertentu adalah imbalan yang terkait
dengan:
Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
Pelayanan kesehatan.
Pendidikan.
Peribadatan.
Pengangkutan.
Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan
terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di
antaranya dapat berupa seragam bagi petugas pengamanan,
atau penginapan bagi kru pelayaran atau penerbangan. 69
KEBIJAKAN/METODE PEMOTONGAN
PPH PASAL 21
Dilihat dari siapa yang menanggung beban,
maka kebijakan atau metode pemotongan PPh
Pasal 21 dapat dipilih oleh Wajib Pajak, adalah: PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan
tersebut tidak boleh dikurangkan dari
1. PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan penghasilan bruto perusahaan, karena tidak
(potong gaji) termasuk sebagai faktor penambahan
pendapatan dalam SPT PPh Pasal 21.
Metode ini lazimnya disebut Metode Gross.
Dalam hal ini jumlah PPh Pasal 21 yang 3. PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk
terutang akan ditanggung oleh karyawan itu tunjangan (ditunjangi)
sendiri, sehingga benar-benar mengurangi
Metode ini lazim disebut Metode Gross Up.
penghasilan. Istilah yang sering digunakan Jika PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk
adalah bahwa PPh Pasal 21 dipotong oleh tunjangan, maka jumlah tunjangan
perusahaan. tersebut akan menambah beban
penghasilan keryawan dan dikenai PPh
Pasal 21. Dalam hal ini perhitungan PPh
2. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan dilakukan dengan cara gross up di mana
(ditanggung) besarnya tunjangan pajak sama dengan
jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk masing-
Metode ini lazimnya disebutMetode Net.Dalam masing karyawan.
hal ini, jumlah PPh Pasal 21 yang terutang
akan ditanggung oleh perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang
DIALEKTIKA PAJAK:
ASAS RESIPROKALITAS
Atas penghasilan – penghasilan yang
dikategorikan sebagai bukan objek pajak bagi
pihak yang menerima penghasilan bersangkutan,
maka pada umumnya biaya – biaya dari pihak
yang melakukan pengeluaran terkait penghasilan
tersebut, akan ditetapkan sebagai biaya yang tidak
dapat dikurangkan (non deductible).
Non Buka
Deduc
n
tible
Expen Objek
se Pajak
Pihak Pihak
Melakukan Menerima
Pengeluaran Penghasilan 71
REKONSILIASI OBJEK PAJAK PPH 21
Untuk meyakinkan bahwa atas seluruh objek PPh Pasal
21 telah dipotong pajaknya, perlu dilakukan rekonsiliasi
antara data laporan keuangan, baik yang berasal dari
akun neraca maupun akun biaya. Rekonsiliasi ini sangat
berguna dalam rangka pelaksanaan pengendaian dan
pembuktian bahwa seluruh objek pajak ketika diperiksa
oleh petugas pajak nantinya.
Hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan
berlaku prinsip umum, yaitu taxability-deductiblity.
Jika bagi karyawan merupakan taxable income
(penghasilan yangmenjadi objek PPh), di perusahaan
menjadi deductible expense (biaya), dan sebaliknya jika
bagi karyawan merupakan non taxable income
(penghasilan yang bukan objek PPh), maka di
TAXABILITY DAN DEDUCTIBILITY
OBJEK PPH PASAL 21
Strategi Memaksimalkan Pengurangan (Maximizing Deductions)
Prinsip Taxability Deductbility adalah prinsip yang menjelaskan
tentang pos-pos yang dapat/tidak dapat dikenai pajak penghasilan (objek
pajak dan bukan objek pajak penghasilan) dan pos-pos yang dapat/tidak
dapat dibayarkan (pengurang penghasilan bruto), yang mekanismenya:
jika pada pihak pemberi kerja pemberian imbalan/penghasilan dapat
dibiayakan (pengurang penghasilan bruto), maka pada pihak karyawan
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Sebaliknya jika pada
pihak karyawan pemberian imbalan/penghasilan tersebut bukan
merupakan penghasilan, maka pada pihak pemberi kerja tidak dapat
dibiayakan (bukan pengurang penghasilan bruto).
TERAPAN TAX PLANNING TERKAIT
DENGAN PPH PASAL 21
Perhitungan PPh Pasal 21 dapat dilakukan dengan 4 alternatif yaitu:
1. Alternatif 1 : PPh pasal 21 Ditanggung Pegawai
2. Alternatif 2 : PPh pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja
3. Alternatif 3 : PPh pasal 21 Diberikan dalam Bentuk Tunjangan Pajak
4. Alternatif 4 : PPh pasal 21 di Gross up
ALUR PERENCANAAN PAJAK PPH 21
1. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung sendiri oleh karyawan).
Merupakan suatu metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak
penghasilannya, pada umumnya dipotong langsung dari gaji karyawan. Perhitungan metode ini
adalah hal yang hampir sebagian besar dilakukan perusahaan karena mungkin tidak terlalu rumit
bagi perusahaan atau mungkin memang cocok dengan keadaan perusahaan (siklus hidup
perusahaan).
2. Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung Perusahaan)
Net Method, yaitu metode yang pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung oleh
perusahaan (pemberi kerja) dengan cara membebankan pajak karyawan sebagai beban pajak.
Menurut Undang- Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf (h) disebutkan bahwa
beban pajak merupakan beban yang tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) perusahaan (non deductible expenses). Dengan demikian maka perusahaan akan
terkena koreksi fiskal jika menggunakan metode ini
3. Gross Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up )
Suatu metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang
jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari karyawan. Pada prinsipnya
Gross Up adalah untuk mencari tunjangan pajak yang jumlahnya sama dengan pajak yang
terutang. Karena besarnya tunjangan pajak yang diberikan perusahaan dimasukan sebagai
penghasilan yang dicantumkan dalam SPT PPh Pasal 21 maka atas seluruh tunjangan pajaknya
dapat dibiayakan (deductible).
STRATEGI PERENCANAAN PAJAK
UNTUK MENGEFISIENSIKAN BEBAN
PAJAK