Anda di halaman 1dari 14

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Yulia Devita Maharani

Shoofi Nur Amalia

Azizah Ayuningtyas

Jurusan Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Abstract

Pajak memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan nasional sehingga pajak
merupakan salah satu sumber penerimaaan negara yang bersifat strategis dan sangat
penting. PPh pasal 21 merupakan salah satu pajak yang diberlakukan di Indonesia. Oleh
karena itu, disini kita akan meneliti terkait PPh pasal 21 dari segi pengertian, subjek dan objek
yang dikenai pajak, PTKP yang dikenakan, mekanisme dan kewajiban pemotongan pajak serta
cara menghitung PPh pasal 21. Semua penelitian ini kila lakukan dengan melalui pendekatan
kepustakaan dengan metode analisis deskriptif dalam pengambilan data yang digunakannya.

Key Words : PPh pasal 21, pajak, perhitungan, subjek, objek, PTKP, mekanisme, kewajiban

PENDAHULUAN Jenis penelitian ini adalah


penelitian kepustakaan (library research)
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
dengan metode analisis deskriptif, yaitu
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
penelitian yang dilakukan dengan cara
upah, honorarium, tunjangan, dan
mempelajari, menelaah, dan memeriksa
pembayaran lain dengan nama dan dalam
bahan-bahan kepustakaan yang memiliki
bentuk apapun sehubungan dengan
jabatan atau pekerjaan, jasa, dan kegiatan relevansi hukum dengan pokok
yang dilakukan oleh orang pribadi. Pajak permasalahan.Pendekatan yang digunakan
penghasilan merupakan pajak yang dalam penelitian ini adalah pendekatan
dipungut oleh pemerintah kepada wajib kualitatif. Metode deskriptif yang dipilih
pajak berdasarkan undang-undang karena penelitian yang dilakukan bertujuan
Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak untuk menggambarkan dengan jelas terkait
Penghasilan. tentang pejak penghasilan pasal 21 dengan
METODE jelas.
dalam negeri dan luar negeri. Berikut ini
perinciannya lebih lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

 Subjek PPh Dalam Negeri


Hasil
Subjek pajak penghasilan orang
Hasil dari penelitian ini adalah pribadi dalam negeri adalah Warga
semua hal yang berkaitan tentang Negara Indonesia (WNI) atau Warga
penghasilan orang pribadi memiliki Negara Asing (WNA) yang bekerja
aturannya sendiri dalam penarikan dan memperoleh penghasilan serta
pajaknya. Baik itu dari segi subjek, objek, berdomisili atau berkediaman tetap
mekanisme, serta cara perhitungannya pun di Indonesia lebih dari 183 hari
sudah tertuang dalam PPh pasal 21. dalam jangka waktu 12 bulan. Selain
itu, mereka yang berada di
Pembahasan
Indonesia dalam satu tahun pajak
A. Pengertian pajak penghasilan pasal dan mempunyai niat untuk tinggal di
21 sini juga termasuk di dalamnya.
Akan tetapi, tidak semua WNI atau
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh WNA dengan kategori seperti yang
21) merupakan jenis pajak yang
dipaparkan masuk sebagai wajib
dikenakan terhadap penghasilan berupa
pajak penghasilan. Mereka tidak
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
perlu membayar pajak penghasilan
pembayaran lain yang diterima oleh
jika menerima penghasilan di bawah
pegawai, bukan pegawai, mantan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
pegawai, penerima pesangon dan lain
yang senilai Rp 54 juta/tahun.
sebagainya.
 Subjek PPh Luar Negeri
Subjek pajak penghasilan orang
pribadi luar negeri adalah WNI atau
B. Subjek Pajak Penghasilan pasal 21
WNA yang tidak berdomisili di
Subjek pajak penghasilan terbagi Indonesia dan tinggal kurang dari
menjadi empat jenis. Namun, setiap 183 hari di Indonesia dalam jangka
jenisnya masih terbagi menjadi dua, yakni waktu 12 bulan. Selama itu, mereka
dapat berada di luar

negeri atau menjalankan usahanya di pribadi tersebut tetap dikategorikan


Indonesia dengan pergi-pulang. Namun, sebagai subjek pajak penghasilan. Meski
selama mendapatkan penghasilan dari begitu, bila menambah masa tinggalnya
usahanya tersebut, wajib pajak orang setelah 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, orang tersebut bisa mengurus penghasilan. Namun ada syaratnya.
penggantian status subjek pajak ke Warisan tersebut harus berpotensi menjadi
Direktorat Jenderal Pajak dan berhak penghasilan. Contoh termudah adalah
memperoleh keuntungan seperti hak warisan berupa properti yang akhirnya
membayar pajak secara angsuran selama disewakan. Karena memberikan
satu tahun pajak. penghasilan, warisan tersebut dihitung
sebagai subjek pajak penghasilan. Lalu,
2. Subjek Pajak Penghasilan Badan
berkaitan dengan kewajiban perpajakan,
 Subjek PPh Badan Dalam Negeri baik kewajiban bayar pajak dan lapor pajak,
Subjek pajak penghasilan badan dari subjek pajak warisan, pelaksanaannya
mencakup semua perusahaan yang dapat diwakili oleh salah satu ahli waris,
melakukan aktivitas usahanya di pengurus warisan, serta pelaksana wasiat.
Indonesia. Badan tersebut akan
4. Subjek Pajak Penghasilan Badan Usaha
langsung menjadi subjek pajak
Tetap
penghasilan dalam negeri sejak
didirikan atau mulai berkedudukan BUT juga menjadi subjek pajak
dan mendapat penghasilan di penghasilan. Meski tempat usahanya tidak
Indonesia. berkedudukan di Indonesia, selama BUT
 Subjek PPh Badan Luar Negeri tersebut melakukan aktivitas ekonomi yang
Subjek pajak penghasilan badan luar memberikan penghasilan maka akan
negeri merupakan badan yang tidak dijadikan subjek pajak penghasilan. Adapun
berkedudukan atau didirikan di contohnya adalah aset berupa tanah,
Indonesia tetapi menjalankan gedung, mesin, peralatan, gudang dan
aktivitasnya dan memperoleh komputer atau agen elektronik atau
penghasilan di Indonesia. Misalnya peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
perusahaan X dari Malaysia dan atau digunakan oleh penyelenggara
tidak punya kantor di Indonesia. transaksi elektronik untuk menjalankan
Namun, perusahaan tersebut aktivitas usaha melalui internet.
memiliki karyawan yang secara
berkala datang ke Indonesia untuk
berjualan dan mendapatkan C. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
penghasilan. Maka, perusahaan X
Objek PPh pasal 21
akan tetap menjadi subjek PPh
merupakan semua jenis penghasilan yang
badan luar negeri.
dikenai PPh pasal 21. Pemerintah
3. Subjek Pajak Penghasilan Warisan menetapkan jenis penghasilan yang
dikenai PPh 21 dengan dasar Peraturan
Warisan yang belum dibagi juga Menteri Keuangan No 252/PMK.03/2008
bisa dikategorikan sebagai subjek pajak Pasal 5. Bentuknya terdiri diri dari segala
jenis penghasilan yang diterima jasa, dan kegiatan yang
karyawan yang bersifat teratur seperti dilakukan.
gaji dan tunjangan tetap.  Bayaran yang diperoleh oleh
peserta kegiatan seperti uang
Jenis-jenis Objek PPh pasal 21 antara
saku, penghargaan, hadiah,
lain :
uang representasi dan uang
1. Penghasilan yang dipotong PPh rapat dan lain sebagainya.
pasal 21
 penghasilan yang didapatkan
oleh karyawan tetap baik D. PTKP PPh Pasal 21
pengsilan yang teratur maupun
Perhitungan pajak
penghasilan yang tidak teratur.
penghasilan pasal 21 disesuaikan
 Penghasilan yang didapatkan
berdasarkan tarif PTKP yang ditetapkan
oleh penerima pensiun secara
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tarif
teratur. Biasanya berupa uang
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
pensiun atau penghasilan
yang berlaku saat ini masih berdasarkan
sejenisnya
PMK 101/2016 tersebut, yakni:
 Penghasilan yang didapatkan
berkaitan dengan pemutusan  Bagi wajib pajak orang pribadi
hubungan kerja dan dengan sebesar Rp54.000.000
pensiun yang didapatkan  Bagi wajib pajak yang kawin
secara sekaligus contohnya memperoleh tambahan sebesar
seperti uang tunjangan masa Rp4.500.000
tua, uang pesangon, uang  PTKP bagi istri yang
manfaat pensiun dan penghasilannya digabung dengan
sebagainya. penghasilan suami, sebesar
 Penghasilan karyawan tidak Rp54.000.000
tetap atau tenaga kerja yang  Bila ada tambahan, maksimal 3
dibayar upah nya berdasarkan orang untuk tanggungan keluarga
harian, upah mingguan, upah sedarah dalam satu garis
borongan dan sebagainya. keturunan, semenda, atau anak
 Upah atau imbalan yang angkat, sebesar Rp4.500.000.
diterima oleh bukan karyawan
seperti honorariumkomisi, fee, Yang dimaksud dengan keluarga sedarah
dan imbalan sejenis dengan seperti anak, orang tua kandung dan
nama dan dalam bentuk apa saudara kandung. Sedangkan keluarga
pun sebagai bayaran semenda adalah ipar, mertua, dan anak
sehubungan dengan pekerjaan, tiri.
E. Mekanisme dan tarif pemotongan perhitungan PPh pasal 21 yang disertai
PPh Pasal 21 dengan dokumentasi atas catatan
perhitungan PPh masing-masing
Pihak yang berhak dan wajib
penerima penghasilan. Kemudian
melakukan pemotongan atas pajak adalah
dokumen tersebut harus disimpan selama
bendahara pemerintah atau perusahaan
10 tahun sesuai dengan pasal 28 ayat 11
bukan karyawan. Di dalam sebuah
UU ketentuan umum dan cara perpajakan.
perusahaan, pemotongan pajak tersebut
dilakukan oleh bagian keuangan yang Setelah melakukan
berwenang atas pembayaran gaji, upah, pemotongan PPh pasal 21, pemotong
honorarium, tunjangan dan pembayaran harus menyetorkan pajak tersebut
lainnya. kepada negara. Paling lambat
menyetorkan pajak tersebut yaitu tanggal
Tarif pemotongan PPh pasal 21
10 setelah masa pajak berakhir.
1. Jika penghasilan Anda sampai Penyetoran diawali dengan pembuatan
dengan Rp 50.000.000, maka tarif kode billing melalui saluran DJP, Penyedia
PPh pasal 21 yang harus Jasa Aplikasi Perpajakan, internet
ditanggung adalah 5%. banking, teller bank, kantor pos, maupun
2. Jika penghasilan Anda di atas Rp langsung melalui KPP. Setelah mendapat
50.000.000 sampai Rp kode billing, pembayaran dapat dilakukan
250.000.000, maka tarif PPh pasal lewat teller bank, kantor pos, internet
21 yang harus Anda bayarkan banking, mobile banking, maupun ATM.
sebesar 15%.
Pelaporan PPh Pasal 21 yang telah
3. Namun, jika penghasilan Anda di
dipotong dilakukan melalui SPT Masa PPh
atas Rp 250.000.000 hingga Rp
Pasal 21/26 sesuai ketentuan Peraturan
500.000.000, maka tarif yang jadi
Menteri Keuangan Nomor 9 Tahun 2019.
tanggungan Anda adalah 25%.
SPT Masa wajib dilaporkan paling lambat
4. jika penghasilan Anda di atas Rp
20 hari setelah masa pajak berakhir. SPT
500.000.000 potongan PPh pasal
Masa PPh Pasal 21/26 (Januari –
21 yang Anda bayar sebesar 30%.
November) Nihil Tidak Wajib Dilaporkan,
kecuali Nihil dikarenakan adanya Surat
Keterangan Domisili (Certificate Of
F. Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 Domicile). Apabila jumlah PPh Pasal
21/26 yang dipotong pada Masa Pajak
Sebagai pemotong pajak
Desember Nihil, kewajiban untuk
penghasilan pasal 21, perusahaan harus
melaporkan PPh Pasal 21/26 tetap
mendaftarkan diri ke kantor pelayanan
berlaku.
pajak mengikuti ketentuan peratura
perundang-undung perpajakan. Setelah Kewajiban membuat bukti
itu perusahaan wajib melakukan potong PPh pasal 21 Pemotong wajib
membuat bukti potong PPh Pasal 21. Bagi Selain itu, perusahaan juga
pegawai tetap atau penerima pensiun mengikuti program BPJS Kesehatan
berkala, bukti potong dibuat setahun dan BPJS Ketenagakerjaan yang
sekali dengan bentuk Formulir 1721 A1 menimbulkan iuran yang harus
atau Formulir 1721 A2. Bukti potong dibayarkan sebagai berikut:
tersebut diberikan paling lama satu bulan  Jaminan Kesehatan oleh
setelah tahun pajak berakhir. Bagi Perusahaan 4% dan oleh
pegawai yang resign atau keluar di Karyawan 1%
pertengahan tahun, bukti potong juga
 Jaminan Kecelakaan Kerja oleh
diberikan paling lama satu bulan setelah
Perusahaan 0,24%
pegawai berhenti. Di sisi lain, bukti
 Jaminan Kematian oleh
potong untuk selain pegawai
Perusahaan 0,3%
tetap/penerima pensiun berkala dibuat
 Jaminan Hari Tua oleh
setiap kali ada pemotongan. Apabila
dalam satu bulan terdapat lebih dari satu Perusahaan 3,7% dan oleh
kali pembayaran, bukti potong dapat Karyawan 2%
dibuat sekali dalam satu bulan.  Jaminan Pensiun oleh
Perusahaan 2% dan oleh
Karyawan 1%
G. Perhitungan PPh pasal 21  Maka perhitungan PPh Pasal 21
sebagai berikut:
1. Gaji Bulanan
Berikut ialah contoh Januari 2021
perhitungan PPh 21 dengan tarif PPh  Gaji pokok = Rp10.000.000
21 yang berlaku:  Tunjangan lembur = Rp1.000.000
Desy adalah seorang karyawan  Tunjangan komunikasi =
swasta yang mulai bekerja di PT XYX Rp300.000
pada bulan Januari 2021 dengan  Tunjangan transport =
status menikah dan mempunyai dua Rp500.000
orang anak. Gaji pokok Desy adalah  Penghasilan dari Pemberi Kerja
sebesar Rp10.000.000 per bulan per Bulan = Rp11.800.000
dengan tambahan tunjangan pada  Jaminan yang dibayar oleh
bulan Januari 2021 dari perusahaan pemberi kerja:
sebagai berikut:  Peratama, jaminan
 Tunjangan Lembur = kesehatan (4%) = Rp320.000
Rp1.000.000  Kedua, jaminan kecelakaan
 Tunjangan Komunikasi = Kerja (0,24%) = Rp24.000
Rp300.000  Ketiga, jaminan kematian
 Tunjangan Transport Rp500.000 (0,3%) = Rp30.000
 Penghasilan bruto per bulan Maka dalam setahun , A menerima
= Rp12.174.000 gaji bersih 12 x Rp7.600.000 =
 Pengurang: Rp91.200.000
 Biaya Jabatan (5% x Ph. Penghasilan Kena Pajak Setahun =
Bruto) = Rp500.000 Penghasilan Bersih Setahun – PTKP
 Jaminan Hari Tua o/ Setahun
Karyawan (2%) = Rp200.000 = Rp91.200.000 – Rp54.000.000 =
 Jaminan Pensiun o/ Rp37.200.000
Karyawan (1%) = Rp77.035 Maka didadapat PPh 21 nya adalah
 Penghasilan Netto per Bulan = sebagai berikut.
Rp11.396.965 PPh 21 (5% x Rp37.200.000) =
 Penghasilan Netto per Tahun = Rp1.860.000
Rp136.763.580 PPh 21 untuk satu bulan =
 Ph. Tidak Kena Pajak (PTKP) K/2 Rp1.860.000 : 12 = Rp155.000
= Rp67.500.000 Maka PPh 21 untuk satu minggu =
 Ph. Kena Pajak (PKP) = Rp155.000 : 4 = Rp38.750
Rp69.263.000 3. Bonus
 Ph. Kena Pajak (PKP) - Ketentuan penghitungan pajak
pembulatan ke ribuan terdekat dari Tunjangan Hari Raya yang
 PPh 21 Terutang setahun (12 diterima karyawan sesuai UU PPh
bulan) = Rp5.389.450 diberikan setahun sekali.Sedangkan
 PPh 21 Terutang Januari 2018 = bonus umumnya juga akan diterima
Rp449.120,83 karyawan setahun sekali namun
2. Gaji Mingguan kebijakan diserahkan kepada
Contoh: masing-masing perusahaan.
A yang memiliki gaji mingguan Contoh Penghitungan PPh 21 atas
Rp2.000.000. Artinya dalam satu THR
bulan gaji kotor yang diterimanya Pak Kelik seorang lajang yang
adalah 4 x Rp2.000.000 = bekerja di PT AAA selama 2 tahun
Rp8.000.000 dengan gaji per bulan Rp10.000.000.
Biasanya akan ada pengurangan Pada 2020 Pak Kelik menerima THR.
seperti biaya jabatan 5%
( 5%xRp8.000.000= Rp400.000). Maka PPh 21 adalah:
Berarti gaji bersih yang diterima A Gaji Pokok setahun =
dalam sebulan adalah Rp8.000.000 Rp10.000.000 x 12 bulan =
– Rp400.000 = Rp7.600.000 Rp120.000.000
Biaya Jabatan setahun = 5% x Penghasilan Kena Pajak
Rp10.000.000 x 12 bulan = = Rp70.000.000
Rp6.000.000 (-) PPh 21 Terutang:
Penghasilan Neto Setahun 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
= Rp114.000.000
PTKP (TK/0) = 15% x Rp20.000.000 = Rp3.000.000
Rp54.000.000 (-) (+)
Penghasilan Kena Pajak PPh 21 Terutang setahun
= Rp60.000.000 = Rp5.500.000
PPh 21 Terutang: PPh 21 Terutang sebulan =
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000 Rp5.000.000 / 12 bulan =
Rp458.333
15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000 THR yang diterima =
(+) Rp10.000.000 – Rp458.333 =
PPh 21 Terutang setahun Rp9.541.667
= Rp4.000.000 Gaji + THR yang diterima =
PPh 21 Terutang sebulan = Rp9.666.666 + Rp9.541.667 =
Rp4.000.000 / 12 bulan = Rp19.208.333
Rp333.333 4. Rapel
Gaji yang diterima = Cara perhitungan pajak
Rp10.000.000 – Rp333.333 = penghasilan akan berbeda ketika
Rp9.666.666 sebuah perusahaan memberikan
PPh THR Pak Kelik adalah: kenaikan gaji kepada karyawannya.
Pertimbangan lainnya juga jatuh
Gaji Pokok setahun = kepada metode yang digunakan
Rp10.000.000 x 12 bulan = perusahaan dalam perhitungan PPh
Rp120.000.000 21 kenaikan gaji yaitu surut
THR = 1 bulan gaji = (retrospektif) dan prospektif atau
Rp10.000.000 (+) tidak surut.
Penghasilan Bruto = untuk kenaikan gaji yang berlaku
Rp130.000.000 surut ( retrospektif ), penghasilan
Biaya Jabatan setahun = 5% x selama beberapa bulan sebelumnya
Rp10.000.000 x 12 bulan = akan diakumulasikan. Sistem ini
Rp6.000.000 (-) disebut rapel.
Penghasilan Neto Setahun Contoh rapel :
= Rp124.000.000 Pak Kelik merupakan karyawan
PTKP (TK/0) = tetap di PT AAA dengan gaji pada
Rp54.000.000 (-) Januari 2020 sebesar Rp10.000.000
dan iuran pensiun Rp400.000. Pak Gaji mulai Juli 2020
Kelik sudah menikah tapi belum Gaji Pokok setahun =
punya anak. Kemudian pada Juli Pak Rp10.000.000 + Rp2.000.000 x 12
Kelik mendapatkan kenaikan gaji = Rp144.000.000
sebesar Rp2.000.000 dan iuran Biaya Jabatan setahun = 5% x
pensiun naik jadi Rp480.000. Maka, Rp12.000.000 x 12 = Rp7.200.000
PPh 21 yang harus dibayar Pak Kelik Iuran Pensiun setahun =
atau dipotong perusahaan pada saat Ro480.000 x 12 = Rp5.760.000
pembayaran gaji Juli adalah: (-)
Gaji Pokok setahun = Penghasilan Neto =
Rp10.000.000 x 12 bulan = Rp131.040.000
Rp120.000.000 PTKP (K/0) =
Biaya Jabatan sebulan= 5% x Rp58.500.000 (-)
Rp10.000.000 = Rp500.000 Penghasilan Kena Pajak
· Biaya Jabatan setahun = = Rp72.540.000
Rp500.000 x 12 bulan = Rp5.000.000 PPh 21 Terutang:
Iuran Pensiun setahun = 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
Rp400.000 x 12 bulan = Rp4.800.000
(-) 15% x Rp22.540.000 = Rp3.381.000
Penghasilan Neto Setahun (+)
= Rp110.600.000 PPh Terutang disetahunkan
PTKP (K/0) = = Rp5.881.000
Rp58.500.000 (-) PPh Terutang sebulan = Rp5.881.000
Penghasilan Kena Pajak / 12 = Rp490.083
= Rp51.700.000 Gaji yang diterima =
PPh 21 Terutang: Rp12.000.000 – Rp490.083. =
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000 Rp11.509.000
5. Karyawati
15% x Rp1.700.000 = Rp255.000 Menurut PMK-162/2012,
(+) besarnya PTKP (Penghasilan Tidak
PPh 21 Terutang setahun Kena Pajak) BagiKaryawati Untuk
= Rp2.755.000 Pemotongan PPh Pasal 21 untuk
PPh 21 Terutang sebulan = Tahun Pajak 2013 adalah sebagai
Rp2.755.000 / 12 bulan = berikut :
Rp229.583 Bagi karyawati tidak kawin,
Gaji diterima sebulan (Januari-Juni) sebesar PTKP untuk dirinya
= Rp10.000.000 – Rp229.583 sendiri ditambah PTKP
= 9.770.416
untukkeluarga yang menjadi dalam bagian tahun
tanggungan sepenuhnya yaitu : kalenderditentukan berdasarkan
Rp 24.300.000,- untuk diri Wajib keadaan pada awal bulan dari
Pajak orang pribadi. bagian tahun kalender yang
Rp 2.025.000,- tambahan untuk bersangkutan.
setiap anggota keluarga menjadi 6. Pindah tugas
tanggungan sepenuhnya,paling Cara menghitung PPh pasal
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap 21 karyawan yang pindah kerja atau
keluarga (anak, anak angkat dan pindah tugas sama saja dengan
orang tua). perhitungan pajak pada
Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP umumnya.Ketentuan perhitungan
untuk dirinya sendiri yaitu sebesar ini tetap mengacu pada penghasilan
Rp 24.300.000,-Bagi karyawati tahunan.
kawin yang dapat menunjukan Contoh Perhitungan Karyawan
keterangan tertulis dari pemerintah Pindah TugasNina adalah seorang
daerahsetempat serendah- akuntan lajang yang bekerja di
rendahnya kecamatan yang sebuah klinik kecantikan ternama
menyatakan suaminya tidak dengangaji yang diperoleh
menerima ataumemperoleh Rp7.000.000 setiap bulannya dan
penghasilan, besarnya PTKP adalah membayar iuran pensiun
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah sebesarRp250.000. Pada bulan
PTKPuntuk status kawin dan PTKP November 2018, Nina dipindah
untuk keluarga yang menjadi tugaskan dari kantor Yogyakarta
tanggungan sepenuhnya, yaitu : kebiro Bandung. Berapakah
Rp 24.300.000 untuk diri Wajib Pajak besaran PPh Pasal 21 yang
orang pribadi. harus dipotong atau
Rp 2.025.000 tambahan untuk Wajib dipungutperusahaan dari
Pajak status kawin perusahaan Nina yang kini bekerja di
.Rp 2.025.000 tambahan untuk Bandung?
setiap anggota keluarga menjadi  Bukti Potong PPh 21 (Januari-
tanggungan sepenuhnya,paling Oktober) di Yogyakarta
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga. Gaji Rp. 7.000.000
Besarnya PTKP ditentukan Biaya jabatan Rp.
berdasarkan keadaan pada awal 350.000
tahun kalender. Besarnya 5%
PTKPuntuk pegawai yang baru
datang dan menetap di Indonesia Iuran pensiun Rp.
250.000 Iuran Pensiun Rp250.000 -
Rp600.000
- Rp.6.000.000 Penghasilan Neto 1 Bulan
Penghasilan Rp. 6.400.000 Rp6.400.000
netto 1 bulan Penghasilan Neto 1 Tahun
Rp76.800.000
Penghasilan Rp. Penghasilan Tidak Kena Pajak
netto 1 tahun 76.800.000 (PTKP) Rp54.000.000
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Rp.
Rp22.800.000
Tidak Kena 54.000.000
PPh dalam 1 tahun (5%) ×5%
Pajak (PTKP)
Rp1.140.000
Penghasilan Rp. PPh Pasal 21 terutang (2 bulan)
Kena Pajak 22.800.000 Rp1.140.000 Rp2.280.000
PPh telah dipotong perusahaan
PPh dalam 5% × Rp. dan dilunasi -Rp2.280.000
satu tahun 1.140.000 PPh Pasal 21 belum dipotong
(5% NIHIL
PPh pasal 21 Rp. Rp. Gaji Rp. 7.000.000
terutang ( 10 1.140.000 11.400.000
bulan ) Biaya jabatan Rp.
350.000
PPh pasal 21 - Rp. 5%
telah 11.400.000
dipotong dan Iuran pensiun Rp.
dilunasi di 250.000
Yogyakarta
- Rp.6.000.000
PPh pasal NIHIL
Penghasilan Rp. 6.400.000
belum
netto 1 bulan
dipotong
Penghasilan Rp.
netto 1 tahun 76.800.000
 Bukti Potong PPh Pasal 21
(November-Desember) di Penghasilan Rp.
Bandung Tidak Kena 54.000.000
Gaji Rp7.000.000 Pajak (PTKP)
Biaya Jabatan Rp350.000 5%
Penghasilan Rp. bekerja,jumlah unit pekerjaan yang
Kena Pajak 22.800.000 dihasilkan, atau penyelesaian suatu
jenis pekerjaan yang dimintaoleh
PPh dalam 5% × Rp. pemberi kerja.Setelah seorang
satu tahun 1.140.000 pegawai memperoleh gaji atau
(5% upah berdasarkan pekerjaan
PPh pasal 21 Rp. Rp. 2.280.000 yang telahdikerjakan, pegawai
terutang ( 2 1.140.000 tersebut wajib dikenakan pajak PPh
bulan ) Pasal 21 karyawan harian.
Ketentuan yang mempengaruhi
PPh pasal 21 - Rp. perhitungan pajak PPh 21 upah
telah 2.480.000 harian karyawan mengacu pada
dipotong Peraturan Dirjen Pajak No PER-
perusahaan 16/PJ/2016 tentang Pedoman
dan dilunasi Teknis TataCara Pemotongan,
Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
PPh pasal NIHIL
Penghasilan Pasal 21 dan/atau
belum
PajakPenghasilan Pasal 26
dipotong
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa,
dan Kegiatan Orang Pribadi.
7. Upah Contoh Penghitungan PPh 21
Perhitungan pph 21 upah Karyawan Harian Lepas
karyawan harian tidak sama dengan Pak Kelik masih lajang dan bekerja
karyawan yang digaji sebagai karyawan harian lepas di PT
bulanan,misalnya dalam AAA pada Januari 2020. Upah harian
menerapkan Pendapatan Tidak yang diberikan sebesar Rp450.000
Kena Pajak (PTKP). Dalam per hari selama 10 hari.
peraturanperpajakan, karyawan
harian atau pekerja lepas harian Pada Februari 2020, Pak Kelik
merupakan subjek pajak PPh menerima upah sebesar Rp550.000
Pasal21 yang dikategorikan Pegawai per hari selama 11 hari.
Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
Lepas.Pegawai Tidak Tetap atau Berikutnya pada bulan Maret 2020,
Tenaga Kerja Lepas merupakan upah harian Pak Kelik di PT AAA ini
pegawai yang hanya sebesar Rp750.000.000 selama 12
menerimapenghasilan atau upah hari.
apabila yang bersangkutan bekerja,
berdasarkan jumlah hari
Berikut penghitungan PPh 21 Pak KESIMPULAN
Kelik sebagai karyawan harian lepas
Pajak Penghasilan Pasal 21
dan upah yang akan diterima setelah
(PPh 21) merupakan jenis pajak yang
dipotong pajak:
dikenakan terhadap penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
Januari
pembayaran lain yang diterima oleh
Upah harian = Rp450.000 x 10 hari
pegawai, bukan pegawai, mantan
= Rp4.500.000 pegawai, penerima pesangon dan lain
PTKP = Rp4.500.000 (-) sebagainya. Subjek PPh pasal 21 dibagi
Penghasilan Kena Pajak menjadi empat jenis yaitu subjek pajak
= Rp0 (Nihil) penghasilan orang pribadi, subjek pajak
Upah yang diterima = Rp4.500.000 penghasilan badan, subjek pajak
– Rp0 = Rp4.500.000 penghasilan warisan dan subjek pajak
Februari penghasilan badan usaha tetap. Objek
Upah Februari = Rp550.000 x 11 hari pajak penghasilan merupakan semua
= Rp6.050.000 jenis usaha penghasilan yang dikenakan
PTKP = 11 x (Rp54.000.000 / 360) PPh pasal 21. Dalam menghitung PPh
= Rp1.650.000 (-) disesuaikan dengan tarif PTKP
Penghasilan Kena Pajak 11 hari (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang
= Rp4.400.000 berlaku. Yang berhak dan wajib
DipotongPPh 21 = 5% x melakukan pemotongan atas pajak adalah
Rp4.40.000 = Rp220.000 bendahara pemerintah atau perusahaan.
Upah yang diterima = Rp6.050.000
– Rp220.000 = Rp5.830.000
Maret DAFTAR PUSTAKA
Upah harian = Rp750.000 x 12 hari
M.I Arham. Jurnal perencanaan pajak
= Rp9.000.000
untuk PPh pasal 21 pada PT. pegadaian. 1
PTKP = 12 x (Rp54.000.000 / 360)
Maret 2016. Hal 77-86.
= Rp1.800.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak 12 hari Fitriya. Panduan pajak penghasilan: jenis,
= Rp7.200.000 subjek, objek, tarif, contoh. 22 Maret
Dipotong PPh 21 = 5% x 2022.
Rp4.500.000 = Rp360.000
Radika K Cahyadi. Subjek dan objek pajak
Upah yang diterima = Rp9.000.000
penghasilan PPh 21. 03 Febuari 2022.
– Rp360.000 = Rp8.640.000
Online pajak. Pemotongan PPh pasal 21.
16 agustus 2018.
Fitriya. PTKP Terbaru: Istilah Status PTKP https://www.gadjian.com/blog/
PPh 21 dan Tarif PTKP. 12 April 2021. 2022/02/03/objek-pajak-penghasilan/

Ortax.org. Hak dan Kewajiban Pemotong https://www.studocu.com/id/document/


PPh Pasal 21. 14 November 2021. universitas-jambi/sistem-perpajakan/
perhitungan-pph-21-karyawati-pindah-
tugas-dan-upah/24111581

Anda mungkin juga menyukai