Anda di halaman 1dari 18

KEKURANGAN ENERGI

PROTEIN
(KWASHIORKOR DAN
MARASMUS)

Kelompok 7
J3 Keperawatan
DEFINISI
Kwashiorkor Marasmus
Kata “kwashiorkor” berasal dari Marasmus berasal
bahasa ghana afrika yang berarti “ dari kata yunani
anak yang kurang kasih sayang marasmos yang
ibu”. Para kwashiorkor di ambil berarti layu atau
dari bahasa Ga dari ghana yang wasting.Menurut
berarti penyakit dari penyapihan. suriadi 2001
Kwashiorkor adalah salah satu Marasmus adalah
bentuk malnutrisi protein berat suatu penyakit yang
yang disebabkan oleh intake/ disebabkan oleh
asupan protein yang inadekuat kekurangan kalori
dengan intake karbohidrat yang protein.Marasmus
normal atau tinggi. (dibedakan adalah malnutrisi
dengan marasmus yang di berat pada bayi
sebabkan oleh intake dengan sering ada didaerah
kualitas yang normal namun dengan makanan
kurang dalam jumlah ) . tidak cukup atau
Kwashiokor merupakan respon higiene kurang.
maladaptif kelaparan. Penyebab (Maryunani, 2014)
terjadinya kwashiorkor adalah
inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis (Maryunani,
ETIOLOGI
Kwashiorkor Marasmus
 Pola makan  Masukan makanan yang kurang
 Faktor sosial  Infeksi
 Faktor ekonomi  Kelainan instruktur bawaan
 Faktor infeksi  Prematuritas dan penyakit pada masa
dan penyakit lain neonatus
 Penyebab utama marasmus adalah
kalori protein yang dapat terjadi
karena:diet yang tidak cukup, kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti yang
berhubungan dengan orang tua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik
atau meliformasi kongenital
 Marasmus dapat terjadi pada segala
umur, akan tetapi yang sering dijumpai
pada bayi yang tidak mendapat cukup
ASI dan tidak diberikan makanan
penggantinya atau sering diserang
TANDA & GEJALA
Kwashiorkor Marasmus
 Gagal untuk menambah berat  Pada mulanya ada kegagalan
badan kenaikan berat badan, disertai
 Pertumbuhan linear terhenti dengan kehilangan berat badan
 Edema general (muka sembab, sampai berakibat kurus, dengan
punggung kaki, perut yang kehilangan turgor pada kulit
membuncit) sehingga menjadi berkerut dan
 Diare yang tidak membaik longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi, maka bayi
 Darmatitis, perubahan pigmen
dapat tetap relatif normal selama
kulit (deskuamasi dan fitiligon).
beberapa waktu sebelum menjadi
 Perubahan warna rambut menjadi penyusut dan berkeriput
kemerahan dan mudah di cabut
 Abdomen dapat kembung dan datar
 Penurunan masa otot
 Perubahan mental seperti
 Terjadi atropi otot dengan akibat
lethargia iritabilitas dan apatis hipotoni
dapat terjadi  Suhu bisanya normal munkin lambat,
 Perubahan lain yang dapat terjadi mula-mula bayi munkin rewel, tetapi
adalah perlemakan hati ganggusn kemudian lesu dan nafsu makannya
fungsi ginjal, dan anemia. Pada hilang
keadaan berat/ akhir (final stages)
dapat mengakibatkan shock,
 Bayi biasanya konstifasi, tetapi dapat
coma dan berakhir dengan muncul apa yang disebut diare tipe
kematian (Maryunani, 2014) kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
(Maryunani, 2014)
PENANGANAN
Kwashiorkor Marasmus
 Keadaan shock memerlukan tindakan  Penanganan secara umum :
secepat mungkin dengan restorasi volume  Keaadan ini memerlukan
darah dan mengontrol tekanan darah.
diet yang berisi jumlah
 Shock karena dehidrasi akan membaik
cukup protein yang kualitas
dengan cepat dan pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa
biologiknya baik .Diit tinggi
dehidrasi tidak. kalori,protein, mineral dan
 Transfusi darah diperlukan bila : Hb <4g/dl
vitamin.
atau HB 4-6g dl disertai stres pernafasan  Pemberian terapi cairan dan
atau tanda gagal jantung elektrolit.
 Pada tahap awal, kalori diberikan dalam  Penatalaksanaan segera
bentuk karbohidrat, gula sederhana dan setiap masalah akut seperti
lemak.
masalah diare berat.
 Protein diberikan setelah semua sumber
kalori lainnya telah dapat memberikan
 Pengkajian riwayat status
tambahan energi. Vitamin dan mineral juga sosial ekonomi, sosial, kaji
dapat diberikan riwayat pola makan,
 Makanan harus diberikan secara bertahap pengkajian atropometri ,kaji
atau perlahan. menifestasi klinis ,monitor
 Bagi anak intoleran terhadap susu (laktose hasil laboratorium, timbang
intolerance) perlu untuk memberikan berat badan, kaji tanda-
sublemen yang mengandung enzim lactas. tanda vital. (Maryunani,
(Maryunani, 2014) 2014)
KASUS

An. Z (laki-laki) usia 2 tahun dirawat di


Ruang anak RS Hidayah karena kurang gizi
( KKP). Klien tampak lemah, rambut tipis
kecoklatan, mata cekung, mukosa mulut
kering, wajah keriput, tulang iga tampak
jelas, retraksi dinding dada, perut buncit,
turgor kurang elastis, edema di ekstremitas
atas dan bawah, pantat atropi, belum bisa
berjalan, duduk harus dibantu dan bicara
belum jelas. An.Z anak ke lima dari keluarga
yang kurang mampu, hanya minum ASI, ibu
An. Z umur 40 tahun, TB 150 cm, BB 40 kg,
dari pemeriksaan BB An. Z 8 kg.
RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

 Keluhan utama
Ibu klien mengatakan klien tampak lemah dan badannya sangat
kurus
 Riwayat penyakit saat ini

Ibu klien mengatakan klien tampak lemah, badannya sangat kurus,


kemudian diperiksakan di balai pengobatan desa, menurut hasil
dari pemeriksaan, klien didiagnosa gizi buruk sehingga klien harus
menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan agar klien dibawa
ke rs hidayah. Pada tanggal 10 april 2019 pukul 09.30 wib oleh
keluarga klien dibawa ke igd rs hidayah. Ibu klien mengatakan
tampak lemah, badannya sangat kurus, perut buncit, tangan dan
kakinya tampak bengkak, belum bisa berjalan, duduk harus
dibantu dan bicara belum jelas. Di igd ttv ; td : 80/60 mmhg, nadi :
80 x/menit, suhu : 37˚c, dan rr : 24 x/menit. Terapi : infus rl 45 tpm.
Saat dikaji pada tanggal 10 april 2019 pukul 11.00 wib ibu klien
mengatakan tampak lemah, klien hanya di beri asi karena keluarga
klien tidak mampu membeli susu formula , badannya sangat kurus,
perut buncit, tangan dan kakinya tampak bengkak, belum bisa
berjalan, duduk harus dibantu dan bicara belum jelas.
RIWAYAT REPRODUKSI
Prenatal Intranatal
 Usia ibu saat hamil:37  Jenis persalinan: normal
thn  Tempat perslinan: rsud.
 Usia kehamilan: 35 Abunawas
minggu  Penolong persalinan: dokter
 Gpa: G5P5A0 dan tenaga medis
 Frekuensi px kehamilan :  Penyulit persalinan: tidak ada
-
 Keluhan selama hamil: Posnatal
mual-mual  Apgar score: -
 Jenis jamu / obat yang  Bonding attachmant: -
digunakan: -
 Pb dan bb: 50 cm dan 3200
 Penyakit persalinan:
gr
tidak ada
 Lingkar kepala : 34,5 cm
 Lingkar dada: 33 cm
Riwayat penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan kemarin klien sering
diare, tetapi klien tidak di bawa ke balai
pengobatan ataupun rs.

Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada
yang mengalami sakit seperti klien. Dan
keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
seperti tbc, dm, hipertensi maupun penyakit
serius lainnya.
ANALISA DATA
No Sympton Etiologi Problem

1. Ds: Asupan Defisien


 Ibu Klien mengatakan klien hanya minum Cairan volume cairan
ASI karena keluarga klien tidak mampu untuk Kurang
membelikannya susu formula
Do :
 Klien tampak lemah
 Mata cekung
 Mukosa mulut kering
 Wajah keriput
 Turgor kulit kurang elastis
 Nadi :80 x/ menit
 Hematokrit : 40 %
No Sympton Etiologi Problem

2. Ds : Asupan Ketidakseimbangan
 Ibu klien mengatakan badannya Kurang nutrisi kurang dari
sangat kurus ,tidak mau makan kebutuhan tubuh
makanan pendamping ASI
Do :
 Klien tampak lemah
 Tulang iga tampak jelas
 Perut buncit
 Pantat atropi
 Bb Klien :8 kg
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Defisien volume cairan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC

1. Defisien Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 X Manajemen cairan


volume 24 jam di harapkanDefisien volume cairan 1. Timbang berat badan setiap
cairan teratasi dengan kriteria hasil : hari dan monitor status pasien
2. Monitor status hidrosi
1. Hidrasi
3. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan
Indikator Awal Akhir
kalori harian
Turgor
3 4 4. Berikan cairan dengan tepat
kulit
5. Tingkatkan asupan oral
Member
an 6. Dukung pasien dan keluarga
1 3
mukosa untuk membantu dalam
lembab
pemberian makanan dengan
Intake baik
2 3
Cairan
No Diagn NOC NIC
osa
2. Ketida Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi
kseim keperawatan 2 X 24 jam di 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
banga harapkanKetidakseimbangan memenuhi kebutuhan gizi
n nutrisi kurang dari kebutuhan 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
nutrisi tubuhteratasi dengan kriteria dimiliki pasien
kurang hasil : 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
dari 1. Status Nutrisi untuk memenuhi persyaratan gizi
kebutu 4. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan
han Indikat Aw Ak terhadap pilihan makanan yang lebih sehat, jika di perlukan
or al hir
tubuh 5. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengonsumsi
Asupan Gizi 2 4
makanan(misalnya bersih,berpentilasi,santai dan bebas dari
Asupan 2 3 bau yang menyengat)
Makanan 6. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien
Energi 1 3 sementara pasien berada di rumas sakit atau fasilitas
perawatan yang sesuai
7. Tawarkan makanan yang ringan yang padat gizi
8. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan
berat badan
IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI

1. Defisien volume 1. Menimbang berat badan setiap hari dan


cairan monitor status pasien
2. Memonitor status hidrosi
3. Memonitor makanan/cairan yang dikonsumsi
dan hitung asupan kalori harian
4. Memberikan cairan dengan tepat
5. Meningkatkan asupan oral
6. Mendukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian makanan dengan
baik
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI

2. Ketidakseimb 1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
angan nutrisi kebutuhan gizi
kurang dari 2. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
kebutuhan pasien
tubuh 3. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
4. Memberikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap
pilihan makanan yang lebih sehat, jika di perlukan
5. Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengonsumsi
makanan(misalnya bersih,berpentilasi,santai dan bebas dari bau yang
menyengat)
6. Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara
pasien berada di rumas sakit atau fasilitas perawatan yang sesuai
7. Menawarkan makanan yang ringan yang padat gizi
8. Memonitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI
Defisien S: Ibu klien mengatakan klien minum susu 3-4x/hari dan minum
volume air lebih sering
cairan O:
 Klien tampak rileks
 Konjungtiva tidak anemis
 Mukosa mulut lembab
 Turgor kulit elastis
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Ketidaksei S: Ibu klien mengatakan klien sudah makan teratur dan dan
mbangan bergizi
nutrisi O:
kurang dari  Klien tampak tenang
kebutuhan  Perut sudah tidak buncit
tubuh  Pantat tidak atropi
 BB Klien :13 kg
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai