Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLOGI KONSELING

DWI PRIHANDINI S.PSI. M.SI


PERILAKU KONSELOR

1. Konselor melakukan wawancara


2. Konselor sebagai pendengar
3. Hubungan memahami klien
4. Konselor sebagai pribadi
5. Konselor berempati
1. Konselor melakukan wawancara. Wawancara merupakan bagian dari proses konseling yang berperan pada
berhasil atau gagalnya konseling tersebut. Ivey, et al (1987) terdapat lima tahapan struktur wawancara yaitu;
Rapport, misalnya kata sapaan seperti apa kabar dan lain lain.
Pengumpulan data, dimulai dengan alasan klien mendatangi konselor. Wawancara pendahuluan atau ‘intake
bertujuan untuk mengetahui latar belakang kehidupan klien secara sistematis.
Menentukan hasil sesuai dengan arah yang diinginkan klien.
Mengemukakan berbagai alternatif pemecahan masalah.
Generalisasi dan pengalihan proses belajar.
Kelima tahapan ini dapat disingkat dengan lima pertanyaan sederhana yaitu: apa kabar, apa masalahnya, apa
yang Anda inginkan akan terjadi, apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu, apakah Anda mau melakukan hal
itu.
2. Konselor sebagai pendengar.
Aktivitas mendengarkan disini dimaksudkan mendengarkan sekaligus memperhatikan mimik
dan gerakan tubuh klien. Selain itu, sembari menilai perilaku dan perubahannya.
3. Konselor memahami klien.
Memahami klien artinya mengerti secara detil mengenai keadaan klien dan latar
belakangnya. Kelly (1955) mengemukakan “Law of Parsimony” dalam menentukan
gejala/diagnosis dan penanganan/treatment dengan harapan agar konselor dapat menentukan
pendekatan terbaik yang sederhana dan logis. Dalam upaya memahami klien secara efektif,
terdapat beberapa pegangan dasar (Kelly, 1955) yaitu: masalah apa yang dihadapi klien,
bagaimana klien memandangnya, bagaimana lingkungan dengan kondisinya mempengaruhi
klien, dasar dan teori untuk menghadapi klien, langkah yang akan diambil selanjutnya oleh klien.
4. Konselor sebagai pribadi.
Salah satu ciri dasar untuk menjadi seorang “effective helper” adalah
“liking people”(Stewart, 1986). Comb, et al (1969) menyampaikan bahwa
teknik yang banyak dilakukan dalam konseling adalah ‘diri sendiri
sebagai alat” (self-as-nstrument) pribadi konselor menjadi fasilitator
untuk pertumbuhan yang positif dari klien.
Terdapat tiga hal penting yang mempengaruhi konselor baik positif
maupun negatif yaitu kualitas pribadi, pengetahuan tentang profesi,
keterampilan khusus konseling (George & Cristiani, 1981).
5. Konselor berempati.
Empati dipandang sebagai salah satu cara efektif untuk mengenali, memahami
dan mengevaluasi orang lain. Menurut Rogers, empati bukan hanya sesuatu yang
bersifat kognitif namun meliputi emosi dan pengalaman. Ditambahkan oleh Rogers
mengenai “empathic Understanding” yaitu kemampuan untuk memasuki dunia
pribadi pada orang lain. Selain empathic understanding, dua hal lain yang penting
dimiliki oleh terapis adalah kewajaran/keadaan sebenarnya (genuineness, realness)
dan menerima (acceptance) atau memperhatikan (care).

Anda mungkin juga menyukai