Anda di halaman 1dari 14

KHITTAH NU

Dwiky Sari Norita 191120002287


Miftakhul Jannah 191120002289
Nur Hidayati 191120002290
Pengertian Kittah NU
Pengertian Khittah NU
Kata khittah berasal dari akar kata khaththa, yang bermakna
menulis dan merencanakan. Kata khiththah kemudian bermakna
garis dan thariqah (jalan)”.

Khittah NU adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak


warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku
perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses
Dalam menafsirkan sumber-sumber itu, NU menganut
pendekatan madzhab dengan mengikuti madzhab Ahlussunnah
Waljama`ah (Aswaja) di bidang akidah, fiqih dan tasawuf :
1. Di bidang akidah, NU mengikuti dan mengakui paham Aswaja
yang dipelopori Imam Abu Hasan al-Asy`ari dan Imam Abu
Manshur al-Maturidi.
2. Di bidang fiqih NU mengakui madzhab empat sebagai paham
Aswaja yang masih bertahan sampai saat ini.
3. Di bidang tasawuf NU mengikuti imam al-Ghazali, Junaid al-
Baghdadi, dan imam-imam lain.
Dalam penerapan nilai-nilai Aswaja, Khittah NU menjelaskan
bahwa paham keagamana NU bersifat menyempurnakan nilai-
nilai yang baik dan sudah ada. NU dengan tegas menyebutkan
tidak bermaksud menghapus nilai-nilai tersebut. Dari sini aspek
lokalitas NU sangat jelas dan ditekankan.
Dasar-dasar Pemikiran NU
Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya
kepada sumber Islam Al Qur’an, Assunnah, Al Ijma’ dan
Al Qiyas. Dalam memahami, menafsirkan Islam,
mengikuti Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menggunakan
pendekatan madzhab.

NU mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama


yang fitri yang bersifat menyempurnakan kebaikan yang
dimiliki oleh manusia.
Dasar dasar pendirian keagamaan NU menumbuhkan
sikap kemasyarakatan sebagai berikut :
Sikap tawasuth dan I’tidal berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil
A. dan lurus di tengah tengah kehidupan bersama. NU dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok
panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala
bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).

Sikap tasamuh sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah
B. keagamaan, terutama yang bersifat furu’ atau yang menjadi masalah khilafiyah serta dalam
masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.

Sikap tawazun sikap seimbang dan berkhidmah, menyerasikan khidmah kepada


C. ALLAH SWT khidmah kepada sesama manusia serta lingkungan hidupnya.
Menyelaraskan kepentingan masa lalu dan masa kini serta masa yang akan
datang
Sikap amar ma’ruf nahi munkar. Selalu memiliki kepekaan untuk
D. mendorong perbuatan yang baik berguna dan bermanfaat bagi
kehidupan bersama serta menolak dan mencegah semua hal yang
dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai nilai kehidupan.
Sikap NU dalam bidang berbangsa dan bernegara :
a. Dengan sadar mengambil posisi aktif.
b. Menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945.
c.  Sadar akan hak dan kewajiban, tidak terikat secara organisatoris.
d. Warga tetap memiliki hak-hak politik.
e. Menggunakan hak politik secara bertanggung jawab, untuk menumbuhkan
demokratis, konstitusional, taat hukum, dan mengembangkan mekanisme
musyawarah.
Perilaku yang dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap
kemasyarakatan NU :

• Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islam.


• Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan
pribadi.
• Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah dan berjuang.
• Menunjung tinggi persaudaraan (Al-Ukhuwah, persatuan (Al-
Itihad) serta kasih mengasihi.
• Meluhurkan kemuliaan moral (Al Akhlakul karimah), dan
menjunjung tinggi kejujuran (Ash-shidqu) dalam berfikir,
bersikap dan bertindak.
• Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa
dan negara.

• Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari
ibadah kepada Allah SWT.
• Menjunjung tinggi ilmu-ilu serta ahli-ahlinya.
• Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang
membawa kemaslahatan manusia.
• Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha, memacu dan
mempercepat perkembangan masyarakat.
• Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara.
   Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan NU :

• Peningkatan silaturahmi/komunikasi antar ulama


• Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian/pendidikan
• Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-
sarana dan pelayanan sosial
• Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui
kegiatan yang terarah

Dinamika Khittah Nahdliyyah
1. Khittah NU 1926 (Muktamar Situbondo 1984)
Gagasan ini muncul pada 1971, dan semakin mengental pada Muktamar 1979 di
Semarang dan kemudian disepakati dalam Munas Alim Ulama di Situbondo tahun
1983 yang menyatakan NU bukan wadah bagi kegiatan politik praktis tetapi NU
menghargai warga Negara yang berpolitik secara baik, bersungguh-sungguh dan
bertanggung jawab.
Keputusan penting yang diambil pada Muktamar NU Situbondo saat tanggal 8-12
Desember 1984 :

a)  Penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal NU.


b) Pemulihan supermasi kepemimpinan syuriah dan tanfidiyah dalam status hukum.
c) Secara organisatoris, melarang pengurus NU bersamaan menjadi kepengurusan
di Partai Politik (rangkap jabatan).
NU Masa Reformasi 1998 Hingga Sekarang

Pada pertengahan 1997, Indonesia dilanda krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
politik, hingga krisis kepemimpinan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Menyikapi kondisi bangsa saat itu, PBNU mengeluarkan sikap resmi:

a. Menyatakan keprihatinan atas jatuhnya korban dan mengutuk aparat keamanan


dan pihak bertindak brutal.
b. Mengucapkan bela sungkawa pada para korban.
c. Mengutuk pihak-pihak yang bertindak brutal pada mahasiswa yang tewas dan
warga masyarakat.
d. Mendesak pihak-pihak yang mengatasnamakan umat islam dan simbolnya
untuk tujuan politik.
e.       Menyesalkan sikap MUI yang terkesan tidak mengayomi
umat.
f.        Mendesak para pemimpin dan aparat pemerintah yang tidak
dapat menjaga persatuan, amanat rakyat, memberantas KKN.
g.       Mengimbau warga NU untuk mendekatkan diri pada Allah,
serta menjauhkan diri dari tindakan anarkis.

Pada periode 1999-2004 telah terjadi perubahan besar berkaitan


dengan penyikapan terhadap Khittah 1926, lebih-lebih setelah
Gusdur terpilih menjadi Presiden RI, nuansa politik NU cenderung
lebih menonjol dan misi Khittah NU sedikit terlupakan. Untuk
mengembalikan NU ke Khittah 1926 terus dilakukan, utamanya pada
masa kepemimpinan K.H. Hasyim Muzadi, rangkap jabatan tidak
diperbolehkan dalam kepengurusan NU.
Kesimpulan
1. Khittah NU adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU
yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun
organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
2. Pada Muktamar Ke-27 tahun 1984 secara resmi NU kembali ke Khittah
NU 1926. Ini ditandai keluarnya NU dari PPP dan kembali menjadi
organisasi sosial keagamaan sebagaimana saat didirikan, 31 Januari
1926.
3. Setelah Khittah NU tidak lagi ikut secara aktif dalam politik praktis tetapi
lebih kepada politik taktis.
4. Gerakan kultur NU lebih kepada upaya memajukan dan memberdayakan
masyarakat.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai