Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK X DENGAN
POST OPERASI
ATRESIA DUODENUM
WOC atresia duodenum ETIOLOGI
FAKTOR IBU
 Riwayat kesehatan ibu: DM, Rubella, Herpes simplex,
sifillis, sitomegalovirus, dll.
Kondisi dimana duodenum tidak MANIFESTASI KLINIS:  Factor paritas (terlalu banyak anak)
berkembang baik. Pada kondisi ·Muntah terjadi beberapa jam setelah lahir  Usia ibu terlalu tua/terlalu muda
ini deodenum bisa mengalami ·Muntah proyektil dan berwarna hijau  Jarak kelahiran erlalu dekat
penyempitan secara komplit (warna empedu) FAKTOR FETUS
·Tidak kencing setelah disusui  Polihidramnion
sehingga menghalangi jalannya  Gangguan perkembangan pada masa pembentukan
·Tidak ada pergerakan usus setelah keluar
makanan dari lambung menuju meconium
fetus
 Annular pancreas
usus untuk mengalami proses ·Pada perut bagian epigastrium akan FAKTOR NEONATUS
absorbsi. (Free FA & Barry G, membuncit ketika akan muntah  Kelainan kongenital (syndrome down)
2004)  Ketuban Pecah Dini 14 jam
 

Defenisi Manifestasi klinis Etiologi


Atresia tipe I
 Terjadipada lebih dari 90 % kasus dari semua obstruksi Pemeriksaan Penunjang:
duodenum.  USG abdomen: struktur gater & usus sulit dinilai
 Bagian duodenum yang terdilatasi terdapat pada bagian distal karena tertutup bayangan udara usus yang
dariduodenum yang obstruksi. prominen INSIDENSI:
 Tidak ada fibrous cord dan duodenum masih kontinu.  Foto polos abdomen : gambaran double-bubble Angka kejadian 1 dari 300-4500
Atresia tipe II sign tanpa gas pada distal dari usus kelahiran hidup. 40% terjadi pada
 Dikarakteristikan dengan dilatasi proksimal dan kolaps pada segmen  Pemeriksaan lab : serum, darah lengkap, fungsi neonates dengan syndrome down.
area distal yand terhubung oleh fibrous cord . ginjal, elektrolit (Monograf Kelainan Bawaan, 2019)
Atresia tipe III  Gastrohepatologi & hematologi : perdarahan
 Memiliki gap pemisah yang nyata antara duodenal segmen distal saluran cerna
dan segmen proksimal .

klasifikasi Pemeriksaan
penunjang Angka kejadian
WOC atresia duodenum

Atresia Gangguan Proliferasi


Duodenum perkembangan endodemen
tidak
adekuat

Pre Operatif Post


Operatif

Kurang Tidak ada Adanya insisi


Putusnya
peristaltic usus Aktivasi jaringan Sel kekebalan
Pengetahuan kontinuitas
system tubuh jg
jaringan
koagulasi melepaskan
Bakteri masuk ke pirogen sebagai
Muntah terus
jaringan sinyal pertahan
Ansietas menerus Pelepasan melepaskan tubuh
histamine dan pirogen ke aliran
serotonin Konsumsi
trombosit & darah
factor Pirogen mengalir
Resiko koagulasi ke otak dan
Resiko Nyeri Inflamasi
Ketidakseimb hipotalamus
aspirasi angan volume mengintruksikan
cairan Resiko untuk menaikkan
Perdarahan suhu tubuh
Resiko infeksi

Demam
1. Identitas
PENGKAJIAN
 Nama : Bayi X Asas
 Umur 4 hari
 Diagnosa medis Atresia duodenum ec Pankreas anulare
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama : Pasien puasa
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Bayi masih puasa dengan OGT berwarna kecoklatan
 Riwayat Kesehatan Dahulu : Ibu mengatakan bayi lahir spontan dan langsung menangis di RS X. BB saat
lahir 2200 gram, bayi muntah-muntah ketika diberi minum. Bayi sudah dirawat selama 2 hari dan
dipuasakan, sementara terpasang infus. Hasil pemeriksaan rotgen adanya peyumbatan pada usus dan
disarankan untuk dilakukan pembedahan. Bayi diberi minum 2 kali dirumah dan muntah sebanyak 5 kali dan
berwarna coklat. Bayi tidak BAB sejak lahir. Kunjungan pertama di UGD, hasil USG abdomen yaitu struktur
gaster dan usus sulit dinilai karena tertutup bayangan udara usus yang prominen. Tidak tampak gambaran
wipol sign maupun malposisi arteri dan vena mesentrika anterior
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Anak
 Keadaan Anak : BBL : 2200 gram
4. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
 Antropometri : TB : -, BB sebelum sakit : -, BB saat ini : 2200 g, LILA : -
 Abdomen : Inspeksi : Terdapat luka post operasi, Palpasi : Nyeri tekan pada luka post op
5. Status Nutrisi
 Antropometri : Umur : 4 Hari, BB : 2200 gram, TB : cm, Lila :
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal ket
1 Darah HB 7,9g/dl 15-24,6 g/dL Rendah
Rutin
  17/10/19 Hematokrit 22,6% 50-52 % Rendah

    Trombosit 288000/µL 5000-21000/µL Tinggi

    Leukosit 27100/µL 9000-30000/µL Normal

    MCV 99,6 fL 94-150 Normal

    MCH 35,1 pg 29-45 Normal

    MCHC 35,3 gr/dL 24- 36 Normal


Analisa data
Hari/ Data Fokus Problem Etiologi
Tanggal
  DS : Perfusi perifer Penurunan
17/10/19 DO : Residu OGT berwarna kecoklatan, HB rendah 7.98 gr/dl, ujung ekstremitas pucat, tidak efektif konsentrasi HB
konjungtiva anemis, CRT > 3 detik  

DS : Nyeri Agen pencedera


DO : Pasien operasi tgl 16/10/19, terdapat luka insisi tertutup kassa di bagian abdomen, anak fisik
nampak rewel

DS : Resiko perdarahan Tindakan


DO: Pasien operasi tgl 16/10/19, OGT berwarna kecoklatan, pemeriksaan gastrohepatologi : pembedahan
perdarahan saluran cerna, Hb 7.98
 

DS : Resiko Efek prosedure


DO: Pasien operasi tgl 16/10/19, terdapat luka insisi tertutup kassa di bagian abdomen, Leukosit Infeksi invasif
27.100/µL, Hb 7.98, albumin rendah, adanya tanda infeksi (demam, kemerahan, nyeri, bengkak),
terdapat rembesan pada kassa
 

DS : Gangguan Perpisahan
DO : Ibu terus menerus meneteskan air mata saat mengunjungi bayi. Perlekatan antara ibu & bayi
akibat
hospitalisasi
Diagnosa Keperawatan
Masalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
keperawatan
yang muncul
adalah
1 dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.

2 Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik

3 Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan.

4 Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedure


invasif

5 Gangguan perlekatan berhubungan dengan


perpisahan antara ibu & bayi akibat hospitalisasi
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan perfusi Tujuan : Perfusi jaringan perifer Perawatan sirkulasi
jaringan perifer dapat kembali efektif dalam waktu 1. Periksa sirkulasi perifer (nad perifer,
berhubungan dengan 3x24 jam dengan Kriteria Hasil : pengisian kapiler, suhu, warna)
penurunan konsentrasi 1. Warna kulit pucat menurun 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, bengkak
hemoglobin. 2. Pengisian kapiler membaik pada ekstremitas
3. Akral cukup membaik 3. Lakukan pencegahan infeksi
 
 
Pemantauan hasil laboratorium
4. Monitor hasil laboratorium yang diperlukan
5. Periksa keseuaian hasil laboratorium dengan
penampilan klinis pasien
6. Kolaborasi dengan dokter jika hasil
laboratorium memerlukan intervensi media
Pemberian transfuse darah
Manajemen syok septik
Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
2. Nyeri berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
dengan agen keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, intensitas dan kualitas nyeri
pencedera fisik. tingkat nyeri hilang atau berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
dengan Kriteria Hasil: 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
1. Tingkat nyeri menurun 4. Monitor efek pemberian analgetik
2. Penyembuhan luka meningkat Kolaborasi pemberian analgetik
(granulasi jaringan, penurunan 5. Identifikasi kesesuaian jenis analgetik dengan tingkat keparahan nyeri
peradangan, drainase cairan, 6. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik
etc) 7. Monitor efektifiktas analgetik
3. Fungsi gastrointestinal membaik Manajemen lingkungan
(tidak ada darah pada feses, 8. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (Suhu ruangan, pencahayaan)
distensi abdomen, mual, muntah, 9. Fasilitasi istirahat dan tidur
peristaltic membaik, etc) 10. Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman
4. Perfusi perifer meningkat 11. Anjurkan ibu untuk memberi dukungan psikologis seperti dekapan dan
5. Pola tidur membaik sentuhan
 
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

3. Resiko perdarahan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan


berhubungan dengan keperawatan 3X24 jam tingkat Observasi :
tindakan perdarahan menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala pedarahan
pembedahan. Kriteria Hasil: 2. Monitor nilai hematokrit/ haemoglobin
1. Perdarahan pasca operasi sebelum dan sesudah kehilangan darah
 
menurun 3. Monitor tanda vital ortostatik
2. Distensi abdomen menurun 4. Monitor koagulasi
3. Hemoglobin membaik Kolaborasi:
4. Hematokrit membaik 5. Kolaborasi pemberian produk darah
  6. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
darah
Perawatan area insisi
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

4. Resiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung
efek prosedure invasif dapat menurun dengan Kriteria Hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
1. Nyeri menurun
  lingkungan pasien
2. Hidrasi meningkat 4. Pertahanan teknik aseptic pada
3. Kemerahan menurun area beresiko tinggi
5. Periksa lokasi insisi, adanya
4. Demam menurun
kemerahan, bengkak atau tanda-
5. Kadar sel darah putih membaik tanda dehisen atau eviserasi
  6. Monitor proses penyembuhan area
insisi
7. Bersihkan area insisi dengan
pembersihan yang tepat
8. Berikan salep antiseptic bila perlu
9. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
5. Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Promosi keutuhan keluarga:
perlekatan tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi pemahaman keluarga terhadap masalah
perpisahan 3x24 jam, perlekatan 2. Fasilitasi kunjungan keluarga

antara ibu & meningkat. 3. Informasikan kondisi pasien secara berkala kepada keluarga

bayi akibat Kriteria hasil : Reduksi ansietas:


hospitalisasi 1. Tersenyum kepada bayi 4. Anjurkan ibu mengungkapkan perasaan dan ekspresi
2. Mencium bayi 5. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Berbicara kepada bayi Pendampingan keluarga:
4. Menghibur bayi 6. Identifikasi dukungan spiritual yang mungkin untuk keluarga
5. Kekhawatiran akibat 7. Yakinkan keluarga bahwa anggota keluarganya akan diberikan pelayanan terbaik
hospitalisasi menurun 8. Berikan harapan yang realistis
9. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
10. Dengarkan keinginan dan perasaan keluarga
11. Dukung mekanisme koping adaptif
12. Advokasi keluarga
Thank You

Anda mungkin juga menyukai