TURP (Transurethral Resection of Prostate )prosedur
pembedahan yang digunakan untuk merawat gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yang sedang hingga parah, juga dikenal sebagai pembesaran prostat (Nursalam dan Fransisca, 2009). B. INDIKASI Menurut Buleheck (2013) indikasi dilakukannya TURP yaitu : Pasien dengan gejala sumbatan menetap Pembesaran prostat yang progesif dan tidak dapat di terapi dengan obat Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran 30 – 60 gram dan pasien cukup sehat. C. Dampak TURP
Menurut Afrainin Syah (2010), dampak TURP
yaitu : Nyeri karena spasme buli-buli
◦ tidak boleh makan dan minum sebelum flatus
◦ terjadi hematuri setelah tindakan TURP. Retensi urine dapat terjadi bila terdapat bekuan darah pada kateter. Sedangkan inkontinensia dapat terjadi setelah kateter dilepas. ◦ Klien dapat mengalami cemas karena kurang pengetahuan tentang perawatan serta komplikasi BPH pasca TURP D.Continuous PENATALAKSANAAN bladder irrigation adalah sebuah prosedur yang dirancang untuk mencegah formasi dan retensi clot sehubungan dengan dilakukannya TURP (Christine, Ng, 2001). Afrainin, Syah (2010) menjelaskan Continuous Bladder Irrigation (CBI) merupakan tindakan membilas atau mengalirkan cairan secara berkelanjutan pada bladder untuk mencegah pembentukan dan retensi clot darah yang terjadi setelah operasi transurethral resection of the prostate (TURP). Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter threeway ke dalam uretra hingga ke kandung kemih. Prosedur ini umumnya dilakukan pada 24 jam pertama post operasi TURP dan dilakukan sebagai bagian dari perawatan post operatif post operasi TURP (Christine, Ng, 2009). E. KOMPLIKASI