Anda di halaman 1dari 35

Kementerian PPN/

Bappenas

PANDUAN REDESIGN SISTEM PERENCANAAN


DAN PENGANGGARAN DAN IMPLIKASI DALAM
PENYUSUNAN RENJA K/L TA 2021
Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan
Kementerian PPN/Bappenas

Disampaikan dalam Bimtek Penyusunan Renja K/L TA 2021 melalui Sistem Informasi KRISNA dalam kerangka RSPP
Jakarta, 26 Juni 2020
OUTLINE
PENDAHULUAN 1
PROGRAM KEMENTERIAN/LEMBAGA 2

KEGIATAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 3
KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN 4

TINDAK LANJUT 5

*) Materi Panduan disarikan dari SEB Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan a.n Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri dan Direktur Jenderal
Anggaran a.n Menteri Keuangan tanggal 24 Juni 2020 perihal Panduan Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran
LATAR BELAKANG

1. Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Sinkronisasi


Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional untuk
meningkatkan keterpaduan pembangunan nasional berbasis THIS dan
mewujudkan implementasi Money Follow Program
2. Beberapa Kementerian/Lembaga melaksanakan Program dan Kegiatan yang
serupa namun tanpa adanya koordinasi dan integrasi yang jelas
3. Kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian sasaran pembangunan
dan efisiensi belanja K/L dengan tetap berfokus pada kualitas pembangunan
4. Kebutuhan akan penyesuaian struktur data pada Rencana Kerja K/L (Renja K/L)
dan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA K/L)
DASAR HUKUM...(1)

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
DASAR HUKUM...(2)
6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2018
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.02/2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.02/2018 tentang Klasifikasi
Anggaran
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
TUJUAN
1. Mewujudkan implementasi kebijakan money follow Program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi Program dan Kegiatan antar K/L dalam konteks perencanaan THIS,
sehingga mengurangi terjadinya tumpang tindih Program dan Kegiatan antar
Kementerian/Lembaga;
4. Meningkatkan keselarasan rumusan Program dan Kegiatan antara dokumen perencanaan dan
dokumen penganggaran;
5. Menyusun informasi kinerja perencanaan dan penganggaran yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L untuk menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran
serta pelaksanaannya;
7. Meningkatkan integrasi belanja antar K/L (level Pemerintah Pusat) dan belanja Pusat-Daerah.
8. Mewujudkan keterkaitan dan keselarasan antara Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan
Presiden), serta 7 Agenda Pembangunan, Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga dan Daerah;
9. Mewujudkan keselarasan rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluatan (Output) Kegiatan yang
mencerminkan “real work” (konkret).
PROGRAM KEMENTERIAN/LEMBAGA 1

7
PROGRAM K/L, SASARAN & INDIKATOR
• Program mencerminkan tugas dan fungsi K/L yang dapat digunakan oleh 1 (satu) atau
lebih Unit Kerja Eselon I, serta dirumuskan oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian
PPN/Bappenas dengan berkoordinasi kepada Kementerian/Lembaga terkait.
• Rumusan Program yang digunakan dalam APBD, dapat diselaraskan dengan Program-
Program Belanja Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat.
• Sasaran Program mencerminkan hasil kinerja Program yang ingin dicapai secara
Nasional. Bagi Program yang digunakan bersifat lintas Kementerian/Lembaga atau lintas
Unit Kerja Eselon I (satu), maka rumusan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program
dapat dirumuskan berbeda sesuai tugas dan fungsi unit kerja yang dimaksud serta sesuai
dengan kontribusinya dalam Program tersebut.
• Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur untuk menilai capaian kinerja Program
dan rumusannya dapat bersifat kualitatif/kuantitatif.
8
DEFINSI PROGRAM K/L

Program Non-Lintas K/L


Program Lintas K/L
(Spesifik)

Program yang hanya dilaksanakan


Program yang dilaksanakan oleh
oleh 1 (satu) Kementerian/Lembaga
beberapa Kementerian/Lembaga
yang mencerminkan tugas dan fungsi
sesuai tugas dan fungsinya
spesifik suatu Kementerian/Lembaga

UU 25/2004 tentang SPPN Pasal 1:


• Program Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan rencana kerja suatu
Kementerian/Lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (Pasal 1 angka 18)
• Program Lintas Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan rencana kerja beberapa
Kementerian/Lembaga atau beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (Pasal 1 angka 19)
JENIS PROGRAM K/L

Program Lintas
K/L
Program Teknis
Program Spesifik
(Non-Lintas K/L)
Program K/L

Program
Program Generik Dukungan
Manajemen
10
KORIDOR PENYUSUNAN PROGRAM K/L…(1)

1. 1 (satu) Program memiliki Sasaran Program, Output Program, Indikator Kinerja


Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan spesifik yang
berbeda dengan Program lainnya
2. Unit Kerja Eselon I yang melaksanakan Program Teknis dan Program Generik
menjabarkan Sasaran Program, Output Program, Indikator Kinerja Program,
Kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan untuk masing-masing
Program Teknis dan Program Generik
3. Unit Kerja Eselon I yang melaksanakan Program Teknis dan Program Generik
secara bersamaan tidak dapat menggunakan kegiatan yang sama untuk kedua
Program tersebut
Program Sasaran Program Indikator Kinerja Program

Hasil yang akan dicapai alat ukur yang mengindikasikan


dari suatu Program keberhasilan pencapaian hasil
Keterkaitan Program, Kegiatan dari suatu program

& Sasaran - Indikator

Kegiatan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan


Hasil yang akan dicapai dari Ukuran kuantitatif dan/ atau kualitatif
yang menggambarkan keberhasilan
suatu kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran kegiatan
pencapaian sasaran program

Program A Sasaran Program A Indikator Kinerja Program A

Penuangan Program dan


Kegiatan X Sasaran Kegiatan X Indikator Kinerja Kegiatan X
Kegiatan beserta Sasaran dan
Indikator UKE I yang UKE I
Melaksanakan Lebih dari 1
(satu) Program
Program B Sasaran Program B Indikator Kinerja Program B

Kegiatan Y Sasaran Kegiatan Y Indikator Kinerja Kegiatan Y


12
KORIDOR PENYUSUNAN PROGRAM K/L…(2)

1. Dalam hal satu Program dilaksanakan oleh lebih dari 1 (satu) Unit Kerja Eselon I, Sasaran
Program untuk masing-masing Unit Kerja Eselon I dapat disusun sama maupun berbeda namun
Indikator Sasaran Program untuk masing-masing Unit Kerja Eselon I dibedakan sebagai bentuk
pengukuran akuntabilitas kinerja masing-masing Unit Kerja Eselon I
2. Dalam hal Program Teknis Kementerian/Lembaga dilaksanakan oleh lebih dari 1 (satu) Unit Kerja
Eselon 1 pada Kementerian/Lembaga yang sama, Kementerian/Lembaga menunjuk
Koordinator/Pengampu/ Penanggung Jawab Program.
3. Koordinator/Pengampu/Penanggung Jawab Program Teknis yang dilaksanakan oleh lebih dari 1
(satu) Unit Kerja Eselon 1 pada Kementerian/Lembaga yang sama adalah Unit Kerja Eselon I
yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga melalui Surat Tugas dengan mempertimbangkan
tugas dan fungsi Unit Kerja tersebut.
PROGRAM LINTAS ESELON I

Indikator Kinerja
Sasaran Program* UKE I – A
Program

Program Baru

Indikator Kinerja
Program UKE I – B
Program
Sasaran Program*

Indikator Kinerja
Program UKE I – C

14
KEGIATAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 2

15
DEFINISI KEGIATAN K/L
1. Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya Kegiatan Lintas adalah Kegiatan yang
mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon II/satuan kerja atau dapat dilaksanakan oleh
penugasan tertentu Kementerian/ Lembaga yang berisi komponen beberapa Unit Eselon II dan/atau Satuan
kegiatan untuk mencapai Keluaran dengan indikator Kinerja yang Kerja dalam satu eselon I yang sama
terukur (Penjelasan Pasal 6 ayat (3) PP Nomor 90/2010, Pasal 1 angka 15
PMK Nomor 208/PMK.02/ 2019)
(Lampiran II PMK No. 187/PMK/02/2019
2. Kegiatan adalah nomenklatur yang menggambarkan aktivitas yang jo. PMK No. 102/PMK/02/2018)
dilakukan oleh unit kerja Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan untuk menunjang Program yang telah ditentukan
(Pasal 1 angka 20 Peraturan Menteri PPN Nomor 9 Tahun 2017)

3. Kegiatan adalah penjabaran dari Program yang rumusannya


mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu
Kementerian/Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk
mencapai keluaran (output) dengan indikator kinerja yang terukur
(Pasal 1 angka 19 PMK Nomor 102/PMK.02/2018 juncto PMK Nomor
187/PMK.02/2019)
KORIDOR PENYUSUNAN KEGIATAN K/L
 Rumusan nomenklatur Kegiatan mencerminkan aktivitas yang dilaksanakan untuk menghasilkan
keluaran dalam rangka mendukung terwujudnya sasaran Kegiatan.
 Nomenklatur Kegiatan Kementerian/Lembaga merujuk pada aktivitas yang dilakukan untuk menunjang
Program yang telah ditentukan, seperti “Pembinaan; Penyelenggaraan; Pelaksanaan; Pelayanan”.
 1 (satu) Kegiatan hanya dapat menginduk pada 1 (satu) Program saja.
 Kegiatan Kementerian/Lembaga dapat bersifat lintas Eselon I atau lintas Eselon II dalam Eselon I yang
sama.
 Dalam hal terdapat beberapa Unit Kerja Eselon I yang melaksanakan Kegiatan serupa atau sejenis,
nomenklatur Kegiatan untuk masing-masing Unit Kerja Eselon I dibedakan dengan menambahkan
karakteristik khusus terkait fungsi dan tugas dari masing-masing Unit Kerja Eselon I tersebut
 Kementerian/Lembaga yang melaksanakan Kegiatan Lintas (dalam satu Unit Kerja Eselon I yang sama)
menunjuk Koordinator/Pengampu/ Penanggung Jawab Kegiatan.
 Koordinator/Pengampu/Penanggung Jawab Kegiatan Lintas sebagaimana dimaksud adalah:
• Eselon I yang membawahi Unit Kerja Eselon II Pelaksana Kegiatan Lintas; atau
• Salah satu Unit Eselon II Pelaksana Kegiatan yang penugasannya disahkan melalui Surat Tugas.
17
JENIS KEGIATAN K/L
Lintas UKE II

Program Lintas

Kegiatan Teknis Lintas UKE I*

Program Spesifik
(Non-Lintas)
Kegiatan K/L

Kegiatan untuk
Kegiatan Generik
Dukungan Internal K/L

*) Dalam hal terdapat beberapa Unit Kerja Eselon I yang melaksanakan Kegiatan serupa atau sejenis, nomenklatur Kegiatan untuk masing-masing Unit Kerja Eselon I
dibedakan dengan menambahkan karakteristik khusus terkait fungsi dan tugas dari masing-masing Unit Kerja Eselon I tersebut
18
Kegiatan Lintas

UKE I - XXXz

Kegiatan A UKE II / Satker - XXX

KEGIATAN UKE II / Satker - XXX

LINTAS UKE II UKE II / Satker - XXX

Contoh Kegiatan Lintas: LIPI Kedeputian bidang Teknik

Pusat Penelitian Fisika


Pusat Penelitian Kimia
Kegiatan Penelitian
Ilmu Pengetahuan Teknik Pusat Penelitian Informatika
Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik
Pusat Penelitian
Elektronika dan Telekomunikasi
Pusat Penelitian
Metalurgi dan Material

19
KEGIATAN LINTAS UKE I

Dalam hal terdapat beberapa Unit Kerja Eselon I yang melaksanakan Kegiatan serupa atau sejenis,
nomenklatur Kegiatan untuk masing-masing Unit Kerja Eselon I dibedakan dengan menambahkan
karakteristik khusus terkait fungsi dan tugas dari masing-masing Unit Kerja Eselon I tersebut
20
KEGIATAN GENERIK

Khusus untuk Kegiatan generik pada Program Dukungan Manajemen


a. pengampu dari Kegiatan generik adalah Sekretariat Jenderal/ Sekretariat/ Sekretariat Utama Kementerian/ Lembaga
b. pengampu dari output generik adalah Sekretariat Direktorat Jenderal/ Sekretaris Deputi. 21
TAHAPAN DALAM PENYUSUNAN KEGIATAN LINTAS:

1. Kementerian/Lembaga melakukan identifikasi Kegiatan Existing yang sejenis dan saling


terkait;
2. Kementerian/Lembaga merumuskan nomenklatur Kegiatan Lintas;
3. Kementerian/Lembaga melakukan identifikasi seluruh Unit Kerja Eselon II (dua) yang
terlibat dalam pelaksanaan Kegiatan Lintas;
4. Kementerian/Lembaga melakukan identifikasi ruang lingkup atas kinerja atau kontribusi
Unit Kerja Eselon II (dua) dengan mengacu pada tugas dan fungsi Unit Kerja tersebut;
5. Kementerian /Lembaga menentukan Koordinator Pelaksana Kegiatan Lintas;
6. Mengadakan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) untuk menyepakati Kegiatan
Lintas;
7. Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan melakukan penyesuaian pada
sistem informasi sesuai dengan kesepakatan Pertemuan Tiga Pihak.

22
KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN 3

23
DEFINSI KELUARAN (OUTPUT) K/L

1. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan (Pasal 1 angka 18 PP 40/2006, Pasal 1 angka 10
PP 90/2010, Pasal 1 angka 13 PP 17/2017, Pasal 1 angka 40 Permen PPN
5/2018, Pasal 1 angka 19 PMK No. 208/PMK.02/2019 )
2. Keluaran (Output) Kegiatan adalah barang/jasa yang dihasilkan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran level Eselon 2/Satker yang dilaksanakan
untuk mendukung pencapaian sasaran Kegiatan (Pasal 1 angka 21
Permen PPN 9/2017)
DEFINSI KRO DAN RO

Klasifikasi Rincian Output (KRO)


”kumpulan atas keluaran (output) K/L (Rincian Output – RO) yang disusun
dengan mengelompokkan atau mengklasifikasikan muatan keluaran (output)
yang sejenis/serumpun berdasarkan sektor/bidang/jenis tertentu secara
sistematis”

Rincian Output(RO)
”Keluaran (output) riil yang sangat spesifik yang dihasilkan oleh unit kerja
Kementerian/Lembaga yang berfokus pada isu dan/atau lokasi tertentu serta
berkaitan langsung dengan tugas dan fungsi unit kerja tersebut dalam
mendukung pencapaian sasaran kegiatan yang telah ditetapkan”
PRINSIP PENYUSUNAN RO & KRO
• KRO dan RO disusun dengan mengacu pada jenis intervensi yang dilakukan
oleh Pemerintah guna memastikan pencapaian sasaran pembangunan.
• KRO dan RO disusun dengan memperhatikan Kegiatan dalam lingkup
Kerangka Regulasi serta Kerangka Pelayanan Umum dan Investasi.
• KRO dan RO terkait Kegiatan dalam lingkup Kerangka Regulasi dihasilkan dari
pelaksanaan Kegiatan pemerintah dalam rangka memfasilitasi, mendorong,
maupun mengatur Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat.
• KRO dan RO terkait Kegiatan dalam lingkup Kerangka Pelayanan Umum dan
Investasi dihasilkan dari pelaksanaan Kegiatan pemerintah dalam rangka
menyediakan barang dan jasa publik yang diperlukan oleh masyarakat.

26
KARAKTERISTIK KRO & RO

27
KORIDOR PENYUSUNAN NOMENKLATUR KRO DAN RO

• Nomenklatur KRO dan RO merupakan nomenklatur Barang atau Jasa yang disusun dengan
menggunakan kata baku sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
• Nomenklatur KRO dan RO disusun dengan memperhatikan karakteristik khusus pada masing-masing
bidang/sektor/tema Program yang diampu oleh Kementerian/Lembaga.
• Batasan dan Ruang Lingkup KRO atas masing-masing bidang/sektor/tema Program mengacu pada
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden yang mengatur bidang/sektor/tema
Program tersebut.
• Dalam hal penyusunan KRO, nomenklatur KRO disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Hindari penggunaan kata indikator, sasaran, dan aktivitas;
• Hindari pengusulan nomenklatur KRO yang terlalu spesifik;
• Hindari penulisan KRO yang terlalu panjang;
• Hindari penggunaan nama unit kerja.

28
OUTPUT/SUB-OUTPUT EXISTING K/L  KRO & RO

1) KRO dan satuannya merupakan referensi standar yang telah ditentukan dan ditetapkan sehingga
Kementerian/ Lembaga tidak dapat mengubah nomenklatur KRO.
2) RO merupakan Keluaran (Output) Riil atau produk akhir yang dihasilkan oleh
Kementerian/Lembaga yang bersifat unik dan spesifik sehingga Nomenklatur RO dapat berbeda
antar Kementerian/Lembaga.
3) Dalam hal Kementerian/Lembaga pada kondisi existing memiliki Output yang rumusannya
merupakan produk akhir, Output tersebut dapat disetarakan dengan RO, sedangkan KRO-nya
diambilkan dari KRO yang sudah termasuk dalam referensi standar (lihat Lampiran II).
4) Dalam hal Kementerian/Lembaga pada kondisi existing memiliki Output (bukan end-product), K/L
dapat mengusulkan Sub-Output sebagai RO yang merupakan produk akhir.
5) Dalam hal KRO yang sesuai tidak tersedia, Kementerian/Lembaga dapat mengusulkan KRO tersebut
untuk dibahas dengan mitra di Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
29
TINDAK LANJUT PENYUSUNAN KRO-RO…(1)

1. Kementerian/Lembaga bersama-sama dengan Direktorat Mitra Kerja Kementerian/Lembaga di


Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan melakukan pemetaan atas Keluaran
(Output) pada Rancangan Renja Kementerian/Lembaga 2021 terhadap Daftar KRO sebagaimana
ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama, dengan memperhatikan Koridor Penyusunan RO di
Kementerian Lembaga sebagaimana diatur pada Sub-bab 4.4 tentang Koridor Penyusunan RO
dan KRO;
2. Kementerian/Lembaga menyusun usulan RO dengan mengacu pada:
• hasil pemetaan atas Keluaran (Output) pada Rancangan Renja Kementerian/Lembaga 2021
terhadap Daftar KRO;
• Koridor Penyusunan RO di Kementerian Lembaga sebagaimana diatur pada Sub-bab 4.4
tentang Koridor Penyusunan RO dan KRO;

30
TINDAK LANJUT PENYUSUNAN KRO-RO…(2)

3. Kementerian/Lembaga, Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan mengadakan


Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) dalam rangka menyusun, membahas dan
menyepakati KRO dan RO terkait Kementerian/Lembaga tersebut.
4. Hasil Kesepakatan mengenai Rancangan KRO dan RO dicatatkan dalam Catatan Hasil Pertemuan
Tiga Pihak (Trilateral Meeting) yang ditandatangani oleh Kepala Biro Perencanaan
Kementerian/Lembaga serta Direktur Mitra Kerja Kementerian/Lembaga baik di Kementerian
PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
5. Kementerian/Lembaga menyampaikan Catatan Hasil Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting)
sebagaimana dimaksud kepada Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan,
Kementerian PPN/Bappenas dan Direktorat Sistem dan Penganggaran, Kementerian Keuangan.

31
TINDAK LANJUT PENYUSUNAN KRO-RO…(3)

7. Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas


dan Direktorat Sistem dan Penganggaran, Kementerian Keuangan melakukan konsolidasi
atas seluruh Catatan Hasil Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) mengenai KRO dari
seluruh Kementerian/Lembaga.
8. Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas
dan Direktorat Sistem dan Penganggaran, Kementerian Keuangan melakukan penyesuaian
atas Daftar Referensi KRO sesuai Catatan Hasil Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting).
9. Kementerian/Lembaga melakukan Penyesuaian Data dan Informasi mengenai Keluaran
(Output) pada Sistem Informasi KRISNA-Renja dan Sistem Informasi SAKTI
Kementerian/Lembaga.

32
TINDAK LANJUT 4

33
• K/L melakukan input/edit KRISNA berdasarkan hasil TM I
Internal K/L • Penyesuaian a.l mencakup mapping output/sub-output ke KRO (RO = output riil/end product)
• Identifikasi usulan KRO, apabila ada RO (output riil) belum terakomodasi di List KRO dalam SEB

• Mitra Kerja K/L (Bappenas & Kemenkeu) melakukan penelaahan atas hasil input K/L di dalam
Pra TM oleh KRISNA
Bappenas & Kemkeu • Mitra kerja K/L melakukan catatan-catatan atas Ranc Renja K/L dalam KRISNA yang diinput K/L

& Trilateral • Membahas Hasil Mapping dan hasil identifikasi KRO yang akan diusulkan (apabila ada) dan
pembahasan lainnya
Meeting* • Hasil catatan TM (i) sebagai bahan penyesuaian KRISNA-Renja, (ii) usulan KRO (apabila ada)

• K/L melakukan penyesuaian Rancangan Renja K/L di KRISNA sesuai hasil TM


Finalisasi • Kem PPN/Bappenas & Kemenkeu melakukan penelahan & approval di KRISNA
• Renja K/L final  Menteri/Pimpinan K/L mengirimkan surat mengenai penyelesaian Renja K/L
Renja K/L kepadaaMenteri PPN/Ka. Bappenas & Menteri Keuangan (lampirkan rekap 1).

*) Pertemuan Tiga Pihak (TM) Renja K/L TA 2021 dapat dilakukan sebelum Penetapan Pagu Anggaran atau setelah Pagu Anggaran
34
Kementerian PPN/
Bappenas

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai