Anda di halaman 1dari 42

ASSALAMU’ALAIKUM WR.

WB
PENILAIAN TINGKAT KERAWANAN KOROSI PADA KILANG MINYAK
UNIT CDU IV DAN HVU II

Muhammad Didik SP
( 083030045)
PENDAHULUAN
LOKASI KILANG
PACIFIC OCEAN
KASIM
CAPACITY: 10 MBSD
UNIT : C D U
SOUTH CHINA PLATFORMER
OCEAN

ARUN
P. BRANDAN
MEDAN BONTAN
G PAPUA
SINGAPURA SULAWESI
DUMAI B. PAPAN
SU

KALIMANTAN
MA

S. PAKNING
TE

PALEMBANG
RA

MUSI 1.0%
12.7% 17.2%
JAVA OCEAN
DUMAI & S. PAKNING
BALONGAN CEPU
13.2%
CAPACITY : 170 MBSD BALI
UNIT : C D U JAKARTA
HVU JAWA 25.5%
HYDROCRACKER
DELAYCOKER
30.4%
PLATFORMER CILACAP BALIKPAPAN
CAPACITY : 260 MBSD
BALONGAN UNIT : C D U I & II
MUSI CILACAP
CAPACITY : 125 MBSD CAPACITY : 125 MBSD CAPACITY : 348 MBSD HVU
UNIT : C D U UNIT : C D U UNIT : CDU I & II HYDROCRACKER
HVU ARHDM PLATFORMER I & II PLATFORMER
FCCU RCC COMPLEX LUBE-OIL COMPLEX I, II, III WAX PLANT
POLY PROPYLENE PROPYLENE REC. VISBREAKER
PTA LPG PLANT PARAXYLENE PLANT
POLY-ALKYATION PLATFORMER SULFUR RECOVERY
ISOMERIZATION

Hal. 4
Area Kilang RU V

Luas Area Kilang = 339.2 ha


Luas Area Kilang = 339.2 ha
Luas Area Sarana Umum = 549.8 ha
Luas Area Sarana Umum = 549.8 ha
Total = 889.0 ha
Total = 889.0 ha

Page 5
PENDAHULUAN
Kilang minyak ini terletak di tepi
teluk Balikpapan, yang luasnya 889
ha. Dibangun tahun 1922.

Kilang minyak Balikpapan terdiri dari 2


areal kilang, yaitu Kilang Balikpapan I
dan Kilang Balikpapan II.
 
Corrosion Mapping adalah suatu pemetaan kecenderungan peralatan dalam instalasi pengolahan minyak
tersebut terhadap resiko korosi.

Process Flow Diagram


PERALATAN

Column Furnace Heat Exchanger


Engineering Review

Equipment & Unit:


•Design Data
•Maintenance History SOP
Corrosion Mapping Risk Level
•History card Inspection,
•Operation History Maintenance
& Mitigation

RBI
Perumusan Masalah
Bagaimana cara memetakan korosi dalam bentuk
pewarnaan pada PFD berdasarkan data Proses
dan data histori ?
BATASAN MASALAH
Pemetaan korosi pada Kilang Minyak di unit CDU IV dan HVU
II dalam bentuk pewarnaan pada Process Flow Diagram
(PFD). Pemetaan berdasarkan aspek korosi yang relefan
berdasarkan API 581 yaitu thinning, Stress Corrosion
Cracking (SCC), dan High Temperature Hydrogen Attack
(HTHA).
TUJUAN
1. Menentukan tingkat kerawanan korosi pada peralatan di unit
CDU IV dan HVU II berdasarkan data historis dan API 581.

2. Menentukan hasil pemetaan Korosi unit CDU IV dan HVU II


yang dituangkan dalam bentuk pewarnaan pada PFD (merah,
kuning, hijau)

3. Pembuatan sebuah perangkat lunak yaitu software Corrosion


Mapping.
LINGKUP PEKERJAAN
1. Studi Literatur

2. Pengumpulan data material, komposisi fluida proses,


kondisi operasi, dan unsur penyebab korosi dan kerusakan
lain di Unit CDU IV dan HVU II PT Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan.

3. Identifikasi dan Evaluasi Korosi dan Kerusakan Lain di


CDU IV dan HVU II PT Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan.

4. Peta korosi dan Kerusakan Lain pada PFD.

5. Kesimpulan .
METODOLOGI
ANALISIS.
HISTORY.
HASIL

Flash Animasi
Software
KESIMPULAN
Kesimpulan menunjukkan tingkat kerawanan alat terhadap
korosi dan kerusakan lainnya yaitu,
Aman → warna HIJAU pada PFD
Waspada → warna KUNING pada PFD
Bahaya → warna MERAH pada PFD
S e b a g i an b e sar p eral at an p r o se s d i U n i t C D U IV d a n H V U I I b e r a d a d a l a m

k o n d i s i B ah aya t eru t am a d i p eral at an H eat E xch an g e r.


P e r a l a t a n yan g b era d a p ad a k o n d isi b a h ay a, yai t u :
U n i t C D U I V:
 K o l o m : C ‐ 1 ‐ 0 1 B a g i a n To p ( Tr a y 1 ) , C ‐ 1 ‐ 0 5 ( Tr a y 1 s / d 5 ) ; C ‐ 1 ‐ 1 4 ; C ‐ 1 ‐ 1 6 .
 H e a t E x c h a n g e r : E ‐ 1 ‐ 1 4 ( Tu b e & S h e l l ) ; E ‐ 1 ‐ 1 6 ( Tu b e ) ; E ‐ 1 ‐ 1 5 ( Tu b e ) ; E a ‐ 1 ‐ 2 1 ( Tu b e ) .

U n i t HVU II:
 H e a t E x c h a n g e r : E ‐ 2 ‐ 0 1 ( Tu b e ) ; E ‐ 2 ‐ 0 2 ( S h e l l & Tu b e ) ; E ‐ 2 ‐ 0 4 ( S h e l l )

P e r a l a t a n yan g b era d a p ad a k o n d isi w as p a d a , yai t u :

U n i t C D U I V:
 H e a t E x c h a n g e r : E ‐ 1 ‐ 0 5 ( S h e l l ) ; E ‐ 1 ‐ 0 8 ( Tu b e ) ; E ‐ 1 ‐ 1 2 ( Tu b e ) ; E ‐ 1 ‐ 2 9 ( Tu b e ) ; E ‐ 1 ‐ 1 3

( Tu b e ) ; E ‐ 1 ‐ 1 8 ( Tu b e )

U n i t HVU II:
 K o l o m : C ‐ 2 ‐ 0 1 ( Tr a y 3 s / d B o t t o m ) C ‐ 2 ‐ 0 2 ( B o t t o m )
SARAN
 Peta korosi di CDU IV dan HVU II memberikan indikasi adanya peralatan yang berada

pada kondisi bahaya dan waspada. Peralatan dengan kondisi tersebut harus mengalami
suatu inspeksi yang rutin dan terencana sehingga setiap gejala yang mengarah pada
kerusakan peralatan dapat disikapi secara cermat, dan langkah antisipasi terhadap
kemungkinan kerusakan yang besar dapat dilakukan dengan baik.

 Pemetaan korosi yang merupakan bagian dari program RBI (Risk Based Inspection),

keberadaan dan akurasi data terutama data fluida kerja dan inspeksi menjadi parameter
sangat penting. Oleh karena itu kompilasi data yang akurat dan rapi menjadi sangat
perlu dilakukan di Kilang Minyak.
 Pembuatan gudang data pada sebuah situs web, untuk memudahkan dalam mengakses

data.
smuhammaddidik@ymail.com
Sumber Data
1. Data perancangan Alat dan Equipment List
2. Data Sheet
3. Data di History Cards
4. Data P&ID
5. Data PFD
6. PI Data Link
7. Data Laboratorium
8. Kondisi Operasi
9. Pengamatan Visual
10. Diskusi Teknis
11. Literatur
METODOLOGI
 Acuan Penentuan Jenis, Laju Korosi, dan
Kerusakan Lain :
1. RBI Base Resource Document API 581
 Mekanisme kerusakan Peralatan menurut API
581 yang Relevan dengan Korosi:
1.  Thinning
2.  Stress Corrosion Cracking (SCC)
3.  High Temperature Hydrogen Attack (HTHA)
4. Furnace Tube Failure
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Secara umum jenis kerusakan yang terjadi di unit CDU IV,
dan HVU II adalah dalam bentuk thinning dan cracking :

Thinning (HCL Corrosion)

Thinning (High Temperature Sulfidic/Naphtenic Acid

Corrosion).

Thinning (CO2 Corrosion)

Stress Corrosion Cracking (SCC ‐ SSC)

Stress Corrosion Cracking (HIC/SOHIC )


Thinning (High Temperature Sulfidic/Naphtenic Acid
Corrosion).
Material : Carbon Steel.
%wt Sulfur : 0,01% S
TAN : 0,2 mg KOH/g TAN
Temperature :
Shell : 206 °C = (9/5 * 206) + 32 = 403 ° F
Tube : 299 °C = (9/5 * 299) + 32 = 570,2 ° F
Shell Tube
Ra = CA/ 29 Ra = CA/ 29
= 6/29 = 6/29
= 0.2069 mmpy = 0.2069 mmpy

Rc = 1 mpy *0.0254 Rc = 7 mpy *0.0254


= 0.0254 mmpy = 0.1778 mmpy

Ra/ Rc = 0.2069/0.0254 Ra/ Rc = 0.2069/0.1778


= 8,1457 = 1,1637
Karena Ra/Rc = 1 s.d 1,5 maka
Karena Ra/Rc > 1,5 maka statusnya adalah waspada
statusnya adalah aman dengan warna KUNING pada
dengan warna HIJAU pada PFD
PFD
DATA HISTORIS
Metodologi yang dilakukan untuk pengolahan data
historis :
1. Pengumpulan Data.
2. Kompilasi Data.
3. Penghitungan.
4. Pemetaan Korosi.
THINNING
Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning.

 
Tingkat Kerawanan

 Ra / Rc < 1  Bahaya (merah)

 Ra / Rc = 1 s/d 1,5  Waspada (kuning)

 Ra / Rc > 1,5  Aman (hijau)


Stress Corrosion Cracking (SCC)
Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat SCC.

Klasifikasi secara kualitatif adalah:

a. Tinggi (High)
b. Medium (Moderate)
c. Rendah (Low)
High Temperature Hydrogen Attack (HTHA)
Penentuan Kerawanan Akibat HTHA

• PARAMETER:
 Jenis Material; T ; p
op op
 Heat Treatment thd Material

• TINGKAT KERAWANAN
 High Susceptibility

 Medium

 Low

 No
Furnace Tube Failure
Kerawanan Terhadap CREEP pada FURNACE TUBE

 PARAMETER
 Jenis Pemanas

 Jenis Material

 Actual OD; ID; Thickness


Top; pop; Corr. Rate

TMTop (Tube Metal Temperature)

 TINGKAT KERAWANAN
 Long Term Creep: TMSF-LT

 Short Term Creep: TMSF-ST


Tabel.
Pengelompokan
Jenis Kerusakan
Tabel. Arti kode dan damage level

Legenda

1-12 Bulan Catatan


A Korosi Secara umum, setiap unit dibersihkan dari
 
Bocor karena korosii scale setiap kali TA
Keterangan pada tabel tanpa angka (ct: A),
Part krusial diganti
berarti tidak terdapat data bulan
B Deformasi
tanda (√) tanpa abjad berarti keterangan
C Deposit
yang tersedia hanyalah hidrotes/ring
D Rusak Permukaan
tes
E Lain - lain
Contoh
11 Deformasi pada

bulan November

5 Korosi dan Deposit

pada bulan Mei


PERHITUNGAN
1
Allertness Level 
Damage Average
dimana
Damage Average 
 (Damage Level)
Maintenanc e Frequency

Tabel. Pengelompokan Harga Allertness Level


Contoh CDU IV

E-1-06A
28
Damage Average   2,15
13
1
Allertness Level   0,47
2,15

Besar A.L E-1-06A = 0,47 Merah (Bahaya)

PF
D
Contoh HVU II

E-2-08C
3
Damage Average   0,6
5
1
Allertness Level   1,67
0,6

Besar A.L E-2-08C = 1,67 Hijau (Aman)

PF
D

Anda mungkin juga menyukai