PROFESI
dr. H. Rohadi, Sp.BS, FICS, FINPS
Ketua IDI Kota Mataram
Ketua Komite Medik RSI Siti Hajar Mataram
KSM Bedah Saraf RSUD Prov. NTB/FK Unram
Wakil Komkordik RSUD Prov. NTB/FK Unram
NILAI DAN NORMA
KESEJAWATAN
• SETIAP DOKTER MEMPERLAKUKAN TEMAN
SEJAWATNYA SEBAGAIMANA IA SENDIRI
INGIN DIPERLAKUKAN
• SETIAP DOKTER TIDAK BOLEH MENGAMBIL
ALIH PASIEN DARI TEMAN SEJAWAT, KECUALI
DENGAN PERSETUJUAN KEDUANYA ATAU
BERDASARKAN PROSEDUR YANG ETIS
TANTANGAN KESEJAWATAN
• KOMPETISI YANG TINGGI
• REORIENTASI PELAYANAN KESEHATAN
• TUNTUTAN MENEGEMEN FASKES
• KEKOSONGAN PERATURAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
MENJAGA NAMA BAIK
• MENGGUNJING SEJAWAT DEPAN PASIEN
• MEREMEHKAN SEJAWAT
• MENJELEK-JELEKKAN SEJAWAT
• MENCERITAKAN KELEMAHAN/KEKURANGAN
SEJAWAT
• MEMFITNAH SEJAWAT
• TIDAK MEMBERI KESEMPATAN KEPADA
PASIEN UNTUK MENJELEKKAN SEJAWATNYA
MENAHAN DIRI
• BERTENGKAR DENGAN SEJAWAT
• MELAPORKAN TEMAN SEJAWAT
• MEMBERIKAN MASUKAN ATAU NASEHAT
DALAM SUASANA KESEJAWATAN BILA
MENGETAHUI SEJAWAT BERBUAT KESALAHAN
• TIDAK MENGOMENTARI APA YANG SUDAH
DILAKUKAN SEJAWAT DALAM MEMBERIKAN
PENGOBATAN DI DEPAN PASIEN
TOLONG MENOLONG
• MENOLONG SEJAWAT BILA TERKENA
KESULITAN, KESUSAHAN, MUSIBAH
• MEMBEBASKAN JASA MEDIS SEJAWAT,
ISTRINYA, ORANG TUANYA BILA BEROBAT
KECUALI MENGGUNAKAN ASURANSI
• TIDAK MEMPERSULIT SEJAWAT YANG INGIN
MELAKUKAN PRAKTEK
KOMPETISI YANG SEHAT
• MENGHINDARI PERSAINGAN
• BERLOMBA MELAKUKAN PRESTASI TERBAIK
PELAYANAN KEPADA PASIEN DALAM KEILMUAN
• SENIOR MEMBERI BIMBINGAN KEPADA SEJAWAT
YUNIOR
• YUNIOR MEMBERITAHUKAN ILMU BARU YANG
DIDAPAT KEPADA SENIOR DENGAN CARA BAIK
• SILATURAHMI/MEMBERITAHUKAN KEPADA
SEJAWAT BILA AKAN BERPRAKTEK DI DAERAH
TERTENTU
TIDAK MENGAMBIL PASIEN
• KOORDINASI YANG BAIK DALAM PERAWATAN PASIEN BAIK SECARA
PERORANGAN MAUPUN DALAM TIM
• MENYARANKAN PASIEN KEMBALI KE SEJAWAT YANG SUDAH MERAWAT
SEBELUMNYA
• BERKOMUNIKASI DENGAN SEJAWAT TENTANG PASIEN YANG DIRAWAT
• TIDAK MENGGANTI OBAT YANG SUDAH DIBERIKAN SEJAWAT
SEBELUMNYA KECUALI SUDAH TIDAK DIPERLUKAN, MENIMBULKAN EFEK
SAMPING ATAU KARENA KELIRU
• KOORDINASI DALAM RUJUKAN PASIEN
– KONSUL DAN PENGOBATAN SELANJUTNYA
– KONSUL DAN SARAN PENGOBATAN
– KONSUL DAN PENGOBATAN BERSAMA
Perubahan Sistem Pendidikan Dokter
di Indonesia
DASAR HUKUM:
UU 20 / 2003 tentang SISDIKNAS
UU 29 / 2004 tentang PRAKTIK KEDOKTERAN
UU 36 / 2009 tentang KESEHATAN
UU 20/2013 tentang PENDIDIKAN DOKTER
PERKONSIL NO 1 /2010 tentang REGISTRASI
INTERNSIP
LANJUTAN
• Internsip adalah proses pemagangan dalam rangka pemahiran dan
pemandirian dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik
di lapangan yang merupakan kelanjutan dari pendidikan profesi dokter .
• Program internsip dilaksanakan di fasyankes yang telah ditetapkan
sebagai wahana Internsip, selama 12 bulan (8 bulan di RS dan 4 bulan di
puskesmas);
• Dalam program ini, seorang dokter akan melakukan praktik kedokteran
dibawah pendampingan dokter yang lebih senior.
• Dokter yang telah menyelesaikan program Internsip akan memperoleh
STR sebagai legalisasi oleh negara dan diakui oleh profesi bahwa yang
bersangkutan telah diberikan kewenangan penuh sebagai dokter;
REGULASI -> TATA KELOLA KLINIS YANG BAIK
“Safety is a fundamental
•MUTU principle of patient care
•PATIENT and a critical component
of Quality Management.”
SAFETY
(World Alliance for Patient
3 Fondasi
• Asuhan Medis • EBM Safety, Forward Programme,
•Asuhan
Asuhan pasien
Keperawatan
ETIK WHO, 2004)
(Bab I Pasal I . Ketentuan Umum, Permenkes No 755/2011 Ttg Penyelenggaraan Komite Medik Di RS)
• Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk
menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical
privilege).
• Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus
seorang staf medis utk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan RS utk suatu periode tertentu
yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment)
• Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan
kepala/direktur RS kepada seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis di RS tsb berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
Kredensial
• Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf
medis untuk menentukan kelayakan diberikan
kewenangan klinis (clinical privilege)
Alasan :
• banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang
mendapatkan sertifikat kompetensi dari kolegium
Kepala/Direktur RS
Komite medik
Komite Medik
•SubKom Kredensial
•SubKom Mutu Profesi
•SubKom Etika&Disiplin
Profesi
“Komite
Klinis”
Staf Medis
T.Kelola klinis baik
Mutu Yan medis & Subkomite/
Pokja/Panitia
lain
Keselamatan pasien,
Profesionalisme staf medis
Pasien
Fungsi Komite Medik melaksanakan tugas KREDENSIAL
1. penyusunan & pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dgn masukan
dari kelompok SM berdasarkan norma keprofesian yg berlaku;
2. penyelenggaraan pemeriksaan & pengkajian: 1.kompetensi; 2.kes fisik dan
mental; 3.perilaku; 4.etika profesi.
3. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
4. wawancara thd pemohon kewenangan klinis;
5. penilaian & pemutusan kewenangan klinis yg adekuat.
6. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kpd KM;
7. melakukan proses rekredensial pd saat berakhirnya masa berlaku SPK dan
adanya permintaan dari KM;
8. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan SPK.
Kriteria Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Memberikan Rekomendasi
Kewenangan Klinis:
1. Pendidikan:
1. lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran luar
negeri dan sudah diregistrasi; 2. menyelesaikan prodi konsultan.
2. Perizinan (lisensi):
1. memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2. memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
3. Kegiatan penjagaan mutu profesi:
1. menjadi anggota organisasi yg melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya;
2. berpartisipasi aktif dalam evaluasi mutu klinis.
4. Kualifikasi personal:
1. riwayat disiplin dan etik profesi; 2. keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang
diakui; 3. keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan
obat terlarang dan alkohol, yg dptmempengaruhi kualitas yan thd pasien; 4. riwayat
keterlibatan dalam tindakan kekerasan; 5. memiliki asuransi proteksi profesi
(professional indemnity Insurance).
5. Pengalaman dibidang keprofesian: 1. riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi; 2.
riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
INFORMASI TTG RINCIAN KEWENANGAN KLINIS
(RKK)
• Setiap Staf Medis hanya memberikan pelayanan medis sesuai
RKK
• Informasi RKK tersedia dalam hard copy, elektronik atau
lainnya di tempat terkait (contoh, kamar operasi, instalasi
gawat darurat,dll )
• Rincian kewenangan klinis diinformasikan oleh kepala RS ke
seluruh RS dan ke seluruh staf medis
• Informasi untuk membantu memastikan bahwa praktik dokter
tsb ada dalam lingkar kompetensi dan kewenangan kliniknya
• Informasi ini secara berkala diperbaharui
Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
Elemen Penilaian Kualifikasi dan
Pendidikan Staf (KPS) 9
1. Izin berdasarkan peraturan perundangan dan izin dari RS untuk
melakukan asuhan pasien tanpa supervisi.
2. Dibutuhkan kredensial (antara lain : pendidikan, izin, registrasi) sesuai
peraturan dan kebijakan rumah sakit bagi setiap anggota staf medis
3. Semua kredensial (antara lain pendidikan, izin, registrasi) diverifikasi
dengan sumber yang mengeluarkan kredensial.
4. Semua kredensial (antara lain pendidikan, izin , registrasi) terkini dan ter
-update sesuai persyaratan.
5. Pada penugasan awal, penentuan terinformasi dibuat tentang
kualifikasi terkini dari seseorang untuk memberikan pelayanan asuhan
pasien.
Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
Std 9.1.Pimpinan membuat keputusan yg diinformasikan ttg
pembaharuan izin bagi setiap anggota SM dapat melanjutkan
memberikan yan asuhan pasien sekurang-kurangnya setiap tiga
tahun
Elemen Penilaian KPS 9.1.
1.Ada yg diuraikan dlm kebijakan utk mereview file kredensial setiap SM
secara berkala yg seragam sekurang-kurangnya setiap tiga tahun sekali.
2.Ada petugas-petugas tertentu yg ditugaskan membuat keputusan resmi
dlm rangka memperbaharui izin bagi setiap anggota SM utk melanjutkan
pemberian yan asuhan medis di RS.
3.Keputusan ttg pembaharuan tsb didokementasikan dalam file kredensial
dari anggota SM tsb.
Standar KPS 10.
RS mempunyai tujuan yg terstandar, prosedur
berbasis bukti utk memberi wewenang kpd semua
anggota SM untuk menerima pasien dan memberikan
yan klinis lainnya konsisten/sesuai dgn kualifikasi.
Maksud & Tujuan KPS 10
Pada penugasan ulang, setiap tiga tahun, RS mencari dan menggunakan
informasi ttg area kompetensi umum dari praktisi klinis berikut ini :
a) Asuhan pasien---praktisi memberikan asuhan pasien dgn kasih, tepat & efektif
utk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit &
pelayanan sampai akhir hayat.
b) Pengetahuan medis/klinis---dlm ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta
penerapan pengetahuan ke dlm asuhan pasien & pendidikan orang2 lainnya.
c) Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek----menggunakan bukti dan
metode ilmiah utk investigasi, evaluasi & meningkatkan praktek asuhan pasien
d) Ketrampilan hubungan antar manusia/interpersonal dan komunikasi----yg akan
memampukan dan menjaga hubungan profesional dgn pasien, keluarga dan
anggota tim kesehatan lain.
e) Profesionalisme----terpancar dalam komitmen utk secara terus menerus
mengembangkan professionalitas, praktek etika, pemahaman dan kepekaan
thd keragaman dan sikap tangg-jwb thd pasien, profesinya dan masyarakat.
f)Praktek berbasis sistem---melalui pemahaman thd konteks dan sistem dimana
yan kes diberikan.
Elemen Penilaian KPS 10
1.RS menggunakan proses terstandar yg didokumentasikan dlm
kebijakan resmi RS utk memberikan kewenangan bagi setiap anggota
SM dalam memberikan pelayanan pd penugasan pertama dan pd
penugasan ulang.
2.Keputusan memberikan penugasan ulang utk memberikan pelayanan
kpd pasien berpedoman pada item a) sampai f) pada Maksud & Tujuan
dan pada review kinerja tahunan dari para praktisi.
3.Pelayanan pasien yg diberikan oleh setiap anggota SM dirinci secara
jelas dan dikomunikasikan oleh pimpinan RS ke seluruh RS maupun ke
anggota SM.
4.Setiap SM hanya memberikan yan medis yg secara spesifik diizinkan
oleh RS.
Standar KPS 11
RS menggunakan proses berkelanjutan terstandardisir
(ongoing) untuk mengevaluasi sesuai kualitas dan keamanan
pelayanan pasien yang diberikan oleh setiap staf medis.
Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
GAMBARAN KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF
GENERAL ANESTESIOLOGIS;
1. LATAR BELAKANG
2. KUALIFIKASI
3. KURIKULUM PENDIDIKAN: DITETAPKAN OLEH KOLOGIUM
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
4. PERHIMPUNAN DAN PENDIDIKAN / AKADEMIK
5. STANDAR KOMPETENSI PELAYANAN
6. STANDAR KETRAMPILAN
7. STANDAR MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN
KOMPETENSI
8. STANDAR ETIK MEDIKOLEGAL
Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
5. Standar Kompetensi
• Mampu melakukan anestesia dan analgesia sesuai dengan tandar pelayanan
anestesi yang
• ditetapkan oleh Perdatin Pusat dan Cabang
• Mampu melakukan anestesia umum inhalasi, balans, intravena total
• Mampu melakukan anestesia regional, spinal,epidural, blok pleksus saraf
• Mampu mengelola anestesia pada bedah digestif, ortopedi, urologi, plastic,
onkologi, THT, mata, ginekologi.
• Mampu mengelola anestesia obstetric
• Mampu mengelola anestesia bedah pediatric pada kasus kasus tertentu
• Mampu mengelola anestesi bedah saraf pada kasus kasus tertentu
• Mampu mengelola pasien di ruang pulih
• Mampu mengelola anestesia bedah paru dan bedah jantung tertutup.
• Mengetahui pengelolaan anestesia bedah jantung terbuka
• Mampu mengelola pasien di ICU dan ICCU
• Mampu mengelola anestesia rawat jalan
• Mampu mengelola anestesia pada prosedur di luar kamar operasi ( misal
radioterapi, MRI, CTScan kasus pediatri)
• Mampu mengelola nyeri akut pasca bedah, nyeri membandel
6. Standar Keterampilan
Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
PEDOMAN MITRA BESTARI lanjutan….
Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEDGE)
• KEWENANGAN KLINIK :
• KEWENANGAN INTI (CORE PRIVILEDGE)
• KEWENANGAN TAMBAHAN (SPESIFIK PRIVILEDGE)
– DR YG MEMINTA KEWENANGAN KLINIK TIDAK HARUS MEMINTA
SELURUH RINCIAN, CUKUP MEMINTA KEWENANGAN YG SESUAI DG
PEMINATANNYA
– DR YG MEMNTA KEWENANGAN KLINIK TAMBAHAN/SPESIFIK
PRIVILEDGE MEREKA YG TELAH MENYELESAIKAN PENDIDIKAN
TERSTRUKTUR BIDANG SUB SPESIALISASI DAN ATAU FELLOWSHIP
BERDASAR KETENTUAN KATI
Contoh
Form Pengajuan
Kewenangan
Klinis Dokter
Spesialis Anestesi
Sengketa Medik
Ketidak puasan pasien / keluarganya terhadap
pelayanan dokter
Penyebab umumnya
Miskomunikasi
Penyelesaian
Pelayanan Kedokteran
Kompleks & berjenjang
Pekerjaan yg harus dilakukan dengan penuh hati hati
Berhubungan dengan manusia yang punya HAM
Pasien sering dibawa terlambat
Dokter multifungsi Banyak jabatan & Kerja
overload.
Sanksi Malpraktek
2. UU Praktek Kedokteran
– Pasal 75
– Pasal 76
– Pasal 79
KUHP
Bersikap empati
Kasus Sampang
- stadium penyakit,
- kondisi fisik,
- daya tahan tubuh,
- kualitas obat dan
- juga kepatuhan pasien
tidaklah salah jika kemudian dikatakan bahwa
hasil suatu upaya medis..... penuh dengan
uncertainty dan tidak dapat diperhitungkan
secara matematik
PENDIDIKAN DOKTER/DOKTER SPESIALIS
Knowledge Skills
Competence Competence
Attitudinal
Aspect or Behavioral
Competence
Clinical Competence
Khawatir jadi dokter ?
09/05/20
WFNS Last Interim Meeting,
Beijing-China 2019
09/05/20
ISNS & WFNS Course 2019
09/05/20
TBI Symposia, Bangkok,
Thailand, 2019
09/05/20
Ilmiah : WFNS 2018, KL
09/05/20
ACNS 2018, Dubai, UEA
09/05/20
Thammasat Skull Base Surgery,
Thailand, 2018
09/05/20
Conclusion: Subdural drainage and early tracheostomy are recommended
novel to perform on severe TBI patient in the area with the modest
neurosurgical settings, due to lower mortality rate and better end result.
Conclusions: