Anda di halaman 1dari 112

KOMITE MEDIK DAN ORGANISASI

PROFESI
dr. H. Rohadi, Sp.BS, FICS, FINPS
Ketua IDI Kota Mataram
Ketua Komite Medik RSI Siti Hajar Mataram
KSM Bedah Saraf RSUD Prov. NTB/FK Unram
Wakil Komkordik RSUD Prov. NTB/FK Unram
NILAI DAN NORMA
KESEJAWATAN
• SETIAP DOKTER MEMPERLAKUKAN TEMAN
SEJAWATNYA SEBAGAIMANA IA SENDIRI
INGIN DIPERLAKUKAN
• SETIAP DOKTER TIDAK BOLEH MENGAMBIL
ALIH PASIEN DARI TEMAN SEJAWAT, KECUALI
DENGAN PERSETUJUAN KEDUANYA ATAU
BERDASARKAN PROSEDUR YANG ETIS
TANTANGAN KESEJAWATAN
• KOMPETISI YANG TINGGI
• REORIENTASI PELAYANAN KESEHATAN
• TUNTUTAN MENEGEMEN FASKES
• KEKOSONGAN PERATURAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
MENJAGA NAMA BAIK
• MENGGUNJING SEJAWAT DEPAN PASIEN
• MEREMEHKAN SEJAWAT
• MENJELEK-JELEKKAN SEJAWAT
• MENCERITAKAN KELEMAHAN/KEKURANGAN
SEJAWAT
• MEMFITNAH SEJAWAT
• TIDAK MEMBERI KESEMPATAN KEPADA
PASIEN UNTUK MENJELEKKAN SEJAWATNYA
MENAHAN DIRI
• BERTENGKAR DENGAN SEJAWAT
• MELAPORKAN TEMAN SEJAWAT
• MEMBERIKAN MASUKAN ATAU NASEHAT
DALAM SUASANA KESEJAWATAN BILA
MENGETAHUI SEJAWAT BERBUAT KESALAHAN
• TIDAK MENGOMENTARI APA YANG SUDAH
DILAKUKAN SEJAWAT DALAM MEMBERIKAN
PENGOBATAN DI DEPAN PASIEN
TOLONG MENOLONG
• MENOLONG SEJAWAT BILA TERKENA
KESULITAN, KESUSAHAN, MUSIBAH
• MEMBEBASKAN JASA MEDIS SEJAWAT,
ISTRINYA, ORANG TUANYA BILA BEROBAT
KECUALI MENGGUNAKAN ASURANSI
• TIDAK MEMPERSULIT SEJAWAT YANG INGIN
MELAKUKAN PRAKTEK
KOMPETISI YANG SEHAT
• MENGHINDARI PERSAINGAN
• BERLOMBA MELAKUKAN PRESTASI TERBAIK
PELAYANAN KEPADA PASIEN DALAM KEILMUAN
• SENIOR MEMBERI BIMBINGAN KEPADA SEJAWAT
YUNIOR
• YUNIOR MEMBERITAHUKAN ILMU BARU YANG
DIDAPAT KEPADA SENIOR DENGAN CARA BAIK
• SILATURAHMI/MEMBERITAHUKAN KEPADA
SEJAWAT BILA AKAN BERPRAKTEK DI DAERAH
TERTENTU
TIDAK MENGAMBIL PASIEN
• KOORDINASI YANG BAIK DALAM PERAWATAN PASIEN BAIK SECARA
PERORANGAN MAUPUN DALAM TIM
• MENYARANKAN PASIEN KEMBALI KE SEJAWAT YANG SUDAH MERAWAT
SEBELUMNYA
• BERKOMUNIKASI DENGAN SEJAWAT TENTANG PASIEN YANG DIRAWAT
• TIDAK MENGGANTI OBAT YANG SUDAH DIBERIKAN SEJAWAT
SEBELUMNYA KECUALI SUDAH TIDAK DIPERLUKAN, MENIMBULKAN EFEK
SAMPING ATAU KARENA KELIRU
• KOORDINASI DALAM RUJUKAN PASIEN
– KONSUL DAN PENGOBATAN SELANJUTNYA
– KONSUL DAN SARAN PENGOBATAN
– KONSUL DAN PENGOBATAN BERSAMA
Perubahan Sistem Pendidikan Dokter
di Indonesia

1. Undang Undang Sisdiknas 20 / 2003  Pemberlakuan


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada semua
Fakultas termasuk FK
2. Undang Undang Praktik Kedokteran 29 / 2004  Standar
Pendidikan Profesi Dokter  KBK dimulai sejak th 2005 di
FK Andalas dan diwajibkan diseluruh FK sejak tahun 2007
3. Undang Undang Pendidikan Kedokteran 20/2013
4. World Federation of Medical Education (WFME) bahwa
pendidikan dokter terdiri dari 2 tahap yaitu Basic Medical
Education dan Internsip
PROGRAM INTERNSIP DOKTER
INDONESIA
DIATUR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 299/MENKES/PER/II/2010

DASAR HUKUM:
UU 20 / 2003 tentang SISDIKNAS
UU 29 / 2004 tentang PRAKTIK KEDOKTERAN
UU 36 / 2009 tentang KESEHATAN
UU 20/2013 tentang PENDIDIKAN DOKTER
PERKONSIL NO 1 /2010 tentang REGISTRASI
INTERNSIP
LANJUTAN
• Internsip adalah proses pemagangan dalam rangka pemahiran dan
pemandirian dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik
di lapangan yang merupakan kelanjutan dari pendidikan profesi dokter .
• Program internsip dilaksanakan di fasyankes yang telah ditetapkan
sebagai wahana Internsip, selama 12 bulan (8 bulan di RS dan 4 bulan di
puskesmas);
• Dalam program ini, seorang dokter akan melakukan praktik kedokteran
dibawah pendampingan dokter yang lebih senior.
• Dokter yang telah menyelesaikan program Internsip akan memperoleh
STR sebagai legalisasi oleh negara dan diakui oleh profesi bahwa yang
bersangkutan telah diberikan kewenangan penuh sebagai dokter;
REGULASI -> TATA KELOLA KLINIS YANG BAIK

• UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedoketran


• UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
• UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
• Permenkes 269/2008 Tentang Rekam Medis Permenkes 290/2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Permenkes 1438/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
• Permenkes 755/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
• Keputusan PB IDI 221/2002 Tentang Penerapan Kodeki
• Peraturan Konsil No. 17/2006 Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi
Kedokteran
• Manual Konsil
Pasal 32 UU RS : Hak Pasien
• Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana;
• dan mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
UU Praktik Kedokteran Pasal 66
1) Setiap orang yang mengetahui kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter / dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada ketua Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia
2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan
tindak pidana  kepada pihak yang berwenang dan atau menggugat
kerugian perdata  ke pengadilan
PERAN RUMAH SAKIT
KOMITE MEDIK DALAM PERSEPSI YANG
“MELEBAR”
 Berbagai Pengaturan Komite Medik dimasa lalu
• Kep Dirjen Yan Med 00.06.2.3.730, 1995 ttg Pembentukan
& Tata Kerja KM di RS
• Kep Dirjen Yan Med 00.06.3.5.3018, 1999 ttg Pedoman
Pengorganisasian SMF & KM di RS Swasta
• Kepmenkes 631/2005 ttg Pedoman Internal Staf Medis
(Medical Staff Bylaws) di RS
 Pengaturan tsb disusun selain dalam perspektif
profesionalisme, tetapi juga masuk dlm ranah manajemen 
pengelolaan operasional medis
 Kondisi : budaya dominan KM dlm manajemen yan medis
 RS kompleks – high risk
ofi
il o s s ien
F
n pa re) HOSPITAL PATIENT
h a ca
u
As tien t RISK CENTRED
(Pa MANAGEMENT CARE
(PELAYANAN
FOKUS
PASIEN)

“Safety is a fundamental
•MUTU principle of patient care
•PATIENT and a critical component
of Quality Management.”
SAFETY
(World Alliance for Patient
3 Fondasi
• Asuhan Medis • EBM Safety, Forward Programme,

•Asuhan
Asuhan pasien
Keperawatan
ETIK WHO, 2004)

• Asuhan Gizi • VBM


• Asuhan Obat • Evidence Based Medicine
• Value Based Medicine
171
(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)
UU & Peraturan yg menjadi acuan :
• Standar Pendidikan Dokter (KKI. 2006)
• Standar Pendidikan Dokter Spesialis (KKI.2006)
• Standar Kompetensi Dokter (KKI, 2006)
• Peraturan Menteri Kesehatan Ri. Nomer 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
Dan Dokter Gigi
• PP 10/1966, Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. Presiden Republik Indonesia Nomor:10 Tahun 1966 (10/1966) Tanggal:21
MEI 1966.
• Peraturanmenteri Kesehatan R.I.Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
• Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17/Kki/Kep/Viii/2006 Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi
Kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia,
 Definisi
• Komite Medik
Perangkat RS utk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar Staf Medis RS terjaga profesionalisme
melalui kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis
• Staf Medis
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, dan Dokter Gigi
Spesialis di RS.

(Bab I Pasal I . Ketentuan Umum, Permenkes No 755/2011 Ttg Penyelenggaraan Komite Medik Di RS)
• Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk
menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical
privilege).
• Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus
seorang staf medis utk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan RS utk suatu periode tertentu
yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment)
• Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan
kepala/direktur RS kepada seorang staf medis untuk melakukan
sekelompok pelayanan medis di RS tsb berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
Kredensial
• Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf
medis untuk menentukan kelayakan diberikan
kewenangan klinis (clinical  privilege)

• Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf


medis yang telah memiliki kewenangan klinis
(clinical privilege)  untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
Konsep Dasar Kredensial
• Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya untuk menjaga keselamatan
pasiennya adalah dengan menjaga standar dan kompetensi
para staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para
pasien di rumah sakit.

• Upaya ini dilakukan dengan cara mengatur agar setiap


pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya
dilakukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten.
Kompetensi ini meliputi dua aspek, kompetensi profesi medis
yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
profesional, serta kompetensi fisik dan mental
Proses credentialing

• Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit


disebut sebagai mekanisme credentialing , dan hal ini dilakukan demi
keselamatan pasien

Alasan :
• banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang
mendapatkan sertifikat kompetensi dari kolegium

• keadaan kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit


tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan
pelayanan medis yang dilakukannya. Kompetensi fisik dan mental dinilai
melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik maupun mental
Kewenangan klinis
• Kewenangan klinis (clinical privilege)  adalah hak khusus
seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis (clinical appointment )

• Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan


kepala/direktur rumah sakit kepada seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis dirumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya
Kewenangan klinis
• Mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik.
• Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite medik
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial
• rekomendasi berupa:
• kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
• kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
• kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
• kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
• kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
• kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
KOMITE MEDIK DALAM
UU NO 44 / 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

 Setiap RS Harus Punya Komite Medis


Pasal 33 ttg Organisasi RS
• (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki
organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel
• (2) Organisasi RS paling sedikit terdiri atas
Kepala RS atau Direktur RS, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan
keuangan.
 Pengelolaan Klinik
• UU 44/2009 ttg RS Ps 36 : Setiap RS harus
menyelenggarakan
1. Tata kelola RS (Good Hospital Governance)
2. Tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance)
• Tujuan Good Clinical Governance
o Meningkatkan Mutu Pelayanan Medis
o Menjamin dan Melindungi Keselamatan Pasien
o Mengatur Penyelenggaraan Komite Medis di setiap RS
dalam rangka meningkatkan profesionalisme.

(Bab I Ps 2 . Ketentuan Umum, Permenkes No 755/2011 ttg Penyelenggaraan


Komite Medik Di RS)
KOMITE MEDIK DALAM
PERMENKES 755/2011

 Tujuan dibentuknya Komite Medik


• terselenggaranya tata kelola klinis (clinical
governance) yg baik
• agar mutu yan medis & keselamatan pasien
lebih terjamin dan terlindungi,
• peningkatan profesionalisme staf medis
• elemen kredensial, upaya peningkatan mutu
profesi, penegakan disiplin dan etika dokter
 Organisasi Komite Medik

Kepala/Direktur RS

Komite medik

Sub Komite Sub Komite Mutu Sub Komite


Kredensial Profesi Etika & Disiplin Profesi

Menapis Memp[ertahankan Menjaga disiplin etika dan


profesionalisme SM kompetensi dan perilaku profesi SM
profesionalisme
 Tugas Komite Medik
Meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja
di RS dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang
akan melakukan pelayanan medis di RS;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis.
 Kewenangan Komite Medik
Memberikan rekomendasi :
1. rincian kewenangan klinis (delineation ofclinical privilege);
2. surat penugasan klinis (clinical appointment);
3. penolakan kewenangan klinis (clinical privilege)
4. perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation
of clinical privilege);
5. tindak lanjut audit medis
6. pendidikan kedokteran berkelanjutan
7. pendampingan (proctoring)
8. pemberian tindakan disiplin 
Panitia Adhoc
Pasal 14
• Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat
dibantu oleh panitia adhoc.
• Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh kepala/direktur RS berdasarkan usulan ketua komite medik.
• Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
staf medis yg tergolong sbg mitra bestari.
• Staf medis yg tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat berasal dari RS lain, perhimpunan
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium dokter/dokter gigi,
kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau institusi
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
Hubungan Komite Medik dengan
Kepala/Direktur
Pasal 13 PMK 755/2011
 
• Kepala/direktur rumah sakit menetapkan
kebijakan, prosedur dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
komite medik.
• Komite medik bertanggung jawab kepada
kepala/direktur rumah sakit 

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/MENKES/PER/PER/IV/2011 Tentang


Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
• Komite medik memberikan laporan tahunan dan
laporan berkala tentang kegiatan keprofesian yang
dilakukannya kepada direktur RS

• Lingkup hubungan antara direktur rumah sakit


dengan komite medik adalah dalam hal-hal yang
menyangkut profesionalisme staf medis saja
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
 
Pasal 17

• Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan komite medik


dilakukan oleh Menteri, Badan Pengawas RS, Dewan
Pengawas RS, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota,dan perhimpunan/asosiasi
perumah sakitan dengan melibatkan perhimpunan atau
kolegium profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing 
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku:
• a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital By Laws)sepanjang mengenai
pengaturan staf medis;
• b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis;
• c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
631/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Penyusunan
Peraturan Internal Staf Medis; dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku
 Kelompok Staf Medis
 Komite medik bukan merupakan kumpulan atau
himpunan kelompok staf medis / departemen klinik
sebuah RS. (Hal 20 Lamp PKM 755/2011)
 Para staf medis yang tergabung dalam kelompok staf
medis / departemen klinik diorganisasi oleh
kepala/direktur RS. (Hal 20 Lamp PKM 755/2011)
 Tentang istilah Staf Medis / Staf Medis Fungsional,
pada PMK 755/2011 telah ditentukan, pada
Ketentuan umum (dan pada berbagai pasal) : Staf Medis (tanpa
fungsional !).
 Kelompok Staf Medis
• Pengaturan oleh Pimpinan RS
• Pengelompokkan dgn dasar disiplin/spesialisasi, atau yg lain.
• Kelompok Staf Medis berada dibawah Pimpinan RS

• AMA : Physician’s Guide to Medical Staff Organization Bylaws, 4th


edition, 2007 :
– It is customary for medical staffs organized by department to follow
clinical specialty. The medical staff may want to refrain from naming
the departments in the bylaws to give the medical staff flexibility in
merging, eliminating or creating departments......
– Because departments are not listed in the bylaws, changes in
departments would not be submitted to the governing body for
approval.
 Subkomite / Panitia lain

 Bahwa RS dapat membutuhkan beberapa panitia lain


dalam rangka tata kelola klinis yang baik seperti
panitia infeksi nosokomial, panitia rekam medis, dsb.
 Panitia-panitia tsb perlu dikoordinasikan secara
fungsional oleh sebuah komite tertentu yang
bertanggung jawab pada kepala/direktur RS.
 Komite tertentu tsb berperan meningkatkan mutu RS
yg tidak langsung berkaitan dgn profesi medis, shg
perlu dibentuk secara tersendiri agar dapat
melakukan tugasnya secara lebih terfokus.
Direktur RS

Komite Medik
•SubKom Kredensial
•SubKom Mutu Profesi
•SubKom Etika&Disiplin
Profesi
“Komite
Klinis”
Staf Medis
T.Kelola klinis baik
Mutu Yan medis & Subkomite/
Pokja/Panitia
lain

Keselamatan pasien,
Profesionalisme staf medis

Pasien
 Fungsi Komite Medik melaksanakan tugas KREDENSIAL
1. penyusunan & pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dgn masukan
dari kelompok SM berdasarkan norma keprofesian yg berlaku;
2. penyelenggaraan pemeriksaan & pengkajian: 1.kompetensi; 2.kes fisik dan
mental; 3.perilaku; 4.etika profesi.
3. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
4. wawancara thd pemohon kewenangan klinis;
5. penilaian & pemutusan kewenangan klinis yg adekuat.
6. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kpd KM;
7. melakukan proses rekredensial pd saat berakhirnya masa berlaku SPK dan
adanya permintaan dari KM;
8. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan SPK.
Kriteria Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Memberikan Rekomendasi
Kewenangan Klinis:
1. Pendidikan:
1. lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran luar
negeri dan sudah diregistrasi; 2. menyelesaikan prodi konsultan.
2. Perizinan (lisensi):
1. memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2. memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
3. Kegiatan penjagaan mutu profesi:
1. menjadi anggota organisasi yg melakukan penilaian kompetensi bagi anggotanya;
2. berpartisipasi aktif dalam evaluasi mutu klinis.
4. Kualifikasi personal:
1. riwayat disiplin dan etik profesi; 2. keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang
diakui; 3. keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan
obat terlarang dan alkohol, yg dptmempengaruhi kualitas yan thd pasien; 4. riwayat
keterlibatan dalam tindakan kekerasan; 5. memiliki asuransi proteksi profesi
(professional indemnity Insurance).
5. Pengalaman dibidang keprofesian: 1. riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi; 2.
riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.

PMK 755/MENKES/PER/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit


Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
a. kompetensi:
1) berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang
disahkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
2) kognitif;
3) afektif;
4) psikomotor.
b. kompetensi fisik;
c. kompetensi mental/perilaku;
d. perilaku etis (ethical standing).

PMK 755/MENKES/PER/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit


Rekredensial
1. Setiap tiga tahun
2. RS mencari dan menggunakan informasi tentang area kompetensi
praktisi klinis berikut ini :
a. Asuhan pasien
b. Pengetahuan medis/klinis
c. Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktik
d. Ketrampilan hubungan antar manusia dan
e. Profesionalism-
f. Praktek berbasis sistem---melalui pemahaman
terhadap konteks dan sistem dimana pelayanan
kesehatan diberikan.
 Fungsi Komite Medik dalam memelihara
MUTU PROFESI Staf Medis
1. Pelaksanaan audit medis;
2. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka
pendidikan berkelanjutan bagi Staf Medis;
3. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka
pendidikan berkelanjutan bagi Staf Medis RS tsb
4. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi
Staf Medis yang membutuhkan.
Subkomite Mutu Profesi 
Subkomite mutu profesi berperan dalam menjaga mutu profesi medis
dengan tujuan:
a. memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa
ditangani oleh staf medis yang bermutu, kompeten, etis, dan
profesional;
b. memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh
kesempatan memelihara kompetensi (maintaining competence) dan
kewenangan klinis (clinical privilege);
c. mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical
mishaps);
d. memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis
melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation),
maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional
practice evaluation)
Subkomite Mutu Profesi 
Untuk mempertahankan mutu dilakukan upaya pemantauan
dan pengendalian mutu profesi melalui :
a. memantau kualitas, misalnya morning report, kasus sulit,
ronde ruangan, kasus kematian (death case), audit medis,
journal reading;
b. tindak lanjut terhadap temuan kualitas, misalnya pelatihan
singkat (short course), aktivitas pendidikan berkelanjutan,
pendidikan kewenangan tambahan.
 Fungsi Komite Medik menjaga DISIPLIN, ETIKA, &
PERILAKU PROFESI Staf Medis
1. Pembinaan Etika & Disiplin Profesi Kedokteran;
2. Pemeriksaan Staf Medis yg diduga melakukan
pelanggaran disiplin;
3. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di
RS
4. Pemberian nasehat/pertimbangan dlm pengambilan
keputusan etis pada asuhan medis pasien
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI

Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik


di RS dibentuk dengan tujuan:
1. melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang
tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak
(unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical
care).
2. memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme
staf medis di RS
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI
Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis,
antara lain:
1. pedoman pelayanan kedokteran di RS;
2. prosedur kerja pelayanan di RS;
3. daftar kewenangan klinis di RS;
4. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white paper) di
RS;
5. kode etik kedokteran Indonesia;
6. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan
praktik kedokteran yang baik);
7. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
8. pedoman pelayanan medik/klinik;
9. standar prosedur operasional asuhan medis.
Subkomite ETIKA & DISIPLIN PROFESI
1. Upaya Pendisiplinan Perilaku Profesional
a. Sumber Laporan
b. Dasar Dugaan Pelanggaran Disiplin Profesi
c. Pemeriksaan
d. Keputusan
e. Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional
f. Pelaksanaan Keputusan
2. Pembinaan Profesionalisme Kedokteran
3. Pertimbangan Keputusan Etis
STAF MEDIS

Penetapan Kewenangan Klinik


Standar KPS 10 (Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
• Rumah sakit memiliki tujuan yang terstandar, prosedur
berbasis bukti untuk memberi wewenang kepada semua Staf
Medis untuk menangani dan merawat pasien dan
menyediakan pelayanan klinis lainnya secara konsisten sesuai
dengan kualifikasinya.

Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I.


dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit.Sept 2011
Maksud dan Tujuan KPS 10
1. Penentuan kompetensi klinis terkini
2. Memutuskan tentang apakah suatu jenis pelayanan
tertentu dari seorang staf medis akan diizinkan,
3. Disebut “privileging”,  adalah penentuan yang
paling kritis dalam rumah sakit untuk menjaga
keselamatan pasien dan lebih lanjut adalah menjaga
kualitas pelayanan klinis rumah sakit.

Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
INFORMASI TTG RINCIAN KEWENANGAN KLINIS
(RKK)
• Setiap Staf Medis hanya memberikan pelayanan medis sesuai
RKK
• Informasi RKK  tersedia dalam hard copy, elektronik atau
lainnya di tempat terkait (contoh, kamar operasi, instalasi
gawat darurat,dll )
• Rincian kewenangan klinis diinformasikan oleh kepala RS ke
seluruh RS dan ke seluruh staf medis
• Informasi untuk membantu memastikan bahwa praktik dokter
tsb ada dalam lingkar kompetensi dan kewenangan kliniknya
• Informasi ini secara berkala diperbaharui

Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
Elemen Penilaian Kualifikasi dan
Pendidikan Staf (KPS) 9
1. Izin berdasarkan peraturan perundangan dan izin dari RS untuk
melakukan asuhan pasien tanpa supervisi.
2. Dibutuhkan kredensial (antara lain : pendidikan, izin, registrasi) sesuai
peraturan dan kebijakan rumah sakit bagi setiap anggota staf medis
3. Semua kredensial (antara lain pendidikan, izin, registrasi) diverifikasi
dengan sumber yang mengeluarkan kredensial.
4. Semua kredensial (antara lain pendidikan, izin , registrasi) terkini dan ter
-update sesuai persyaratan.
5. Pada penugasan awal, penentuan terinformasi dibuat tentang
kualifikasi terkini dari seseorang untuk memberikan pelayanan asuhan
pasien.

Standar Akreditasi Rumah Sakit .Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.Sept 2011
Std 9.1.Pimpinan membuat keputusan yg diinformasikan ttg
pembaharuan izin bagi setiap anggota SM dapat melanjutkan
memberikan yan asuhan pasien sekurang-kurangnya setiap tiga
tahun
Elemen Penilaian KPS 9.1.
1.Ada yg diuraikan dlm kebijakan utk mereview file kredensial setiap SM
secara berkala yg seragam sekurang-kurangnya setiap tiga tahun sekali.
2.Ada petugas-petugas tertentu yg ditugaskan membuat keputusan resmi
dlm rangka memperbaharui izin bagi setiap anggota SM utk melanjutkan
pemberian yan asuhan medis di RS.
3.Keputusan ttg pembaharuan tsb didokementasikan dalam file kredensial
dari anggota SM tsb.
Standar KPS 10.
RS mempunyai tujuan yg terstandar, prosedur
berbasis bukti utk memberi wewenang kpd semua
anggota SM untuk menerima pasien dan memberikan
yan klinis lainnya konsisten/sesuai dgn kualifikasi.
Maksud & Tujuan KPS 10
Pada penugasan ulang, setiap tiga tahun, RS mencari dan menggunakan
informasi ttg area kompetensi umum dari praktisi klinis berikut ini :
a) Asuhan pasien---praktisi memberikan asuhan pasien dgn kasih, tepat & efektif
utk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit &
pelayanan sampai akhir hayat.
b) Pengetahuan medis/klinis---dlm ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta
penerapan pengetahuan ke dlm asuhan pasien & pendidikan orang2 lainnya.
c) Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek----menggunakan bukti dan
metode ilmiah utk investigasi, evaluasi & meningkatkan praktek asuhan pasien
d) Ketrampilan hubungan antar manusia/interpersonal dan komunikasi----yg akan
memampukan dan menjaga hubungan profesional dgn pasien, keluarga dan
anggota tim kesehatan lain.
e) Profesionalisme----terpancar dalam komitmen utk secara terus menerus
mengembangkan professionalitas, praktek etika, pemahaman dan kepekaan
thd keragaman dan sikap tangg-jwb thd pasien, profesinya dan masyarakat.
f)Praktek berbasis sistem---melalui pemahaman thd konteks dan sistem dimana
yan kes diberikan.
Elemen Penilaian KPS 10
1.RS menggunakan proses terstandar yg didokumentasikan dlm
kebijakan resmi RS utk memberikan kewenangan bagi setiap anggota
SM dalam memberikan pelayanan pd penugasan pertama dan pd
penugasan ulang.
2.Keputusan memberikan penugasan ulang utk memberikan pelayanan
kpd pasien berpedoman pada item a) sampai f) pada Maksud & Tujuan
dan pada review kinerja tahunan dari para praktisi.
3.Pelayanan pasien yg diberikan oleh setiap anggota SM dirinci secara
jelas dan dikomunikasikan oleh pimpinan RS ke seluruh RS maupun ke
anggota SM.
4.Setiap SM hanya memberikan yan medis yg secara spesifik diizinkan
oleh RS.
Standar KPS 11
RS menggunakan proses berkelanjutan terstandardisir
(ongoing) untuk mengevaluasi sesuai kualitas dan keamanan
pelayanan pasien yang diberikan oleh setiap staf medis.

Maksud & Tujuan KPS 11


Informasi ini bisa diperoleh melalui hal-hal berikut :
Grafik review berkala
Observasi langsung
Monitoring terhadap teknik diagnostik dan pengobatan
Monitoring kualitas klinis
Diskusi dengan sejawat seprofesi dan staf lainnya.
Standar Akreditasi Rumah sakit , Kementrian Kesehatan R.I. dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit . September 2011
Elemen Penilaian KPS 11.
1.Ada evaluasi praktek profesional terus-menerus thd kualitas dan
keamanan yan pasien yg diberikan oleh setiap anggota SM yg direview
dan dikomunikasikan kepada setiap anggota SM sekurang-kurangnya
setahun sekali. (lihat juga PMKP.1.1, EP 1)
2.Evaluasi praktek professional yang terus-menerus dan review tahunan
dari setiap anggota SM dilaksanakan dengan proses yang seragam yang
ditentukan oleh kebijakan RS.
3.Evaluasi mempertimbangkan dan menggunakan data komparatif
secara proaktif, spt membandingkan dengan ilmu literatur kedokteran
berbasis literatur.
4.Evaluasi mempertimbangkan dan menggunakan kesimpulan dari
analisis yg mendalam thd komplikasi yang dikenal dan berlaku.
5.Informasi dari proses evaluasi praktek profesional tersebut
didokumentasikan dalam file krendensial anggota SM dan file lainnya
yang relevan.
Standar KPS 1.1. Tanggung jawab setiap staf dideskripsikan/ditetapkan
dalam uraian tugas yang mutakhir.
Maksud & Tujuan :
Uraian tugas juga dibutuhkan bagi profesional kesehatan ketika :
b). Seseorang yg memiliki beberapa tanggung jawab klinis, dimana dia
tidak diberi kewenangan untuk berpraktek mandiri, sama seperti seorang
praktisi mandiri yang sedang belajar tugas baru atau keterampilan baru
Elemen Penilaian KPS 1.1.
1.Setiap anggota staf yang tidak diizinkan praktek mandiri punya uraian
tugasnya sendiri.
2.Mereka yang termasuk pada a) sampai d) di Maksud dan Tujuan,
ketika berada di RS, punya uraian tugas sesuai dengan aktifitas dan
tanggung jawab mereka atau sudah diberi kewenangan sebagai
alternatif.
3.Uraian tugas mutakhir sesuai kebijakan RS.
CONTOH KRITERIA YANG DIPERTIMBANGKAN UNTUK PENJABARAN KEWENANGAN
KLINIS DALAM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

1. PENDIDIKAN: DARI FK DLM/LUAR NEGERI YG DIAKUI KKI


2. LISENSI : IJIN PRAKTIK, TIDAK MENJALANI SANKSI DISIPLIN PROFESI
3. PENINGKATAN KINERJA/KEMAMPUAN: MENJADI ANGGOTA PERDATIN, AKTIF DALAM P2KB PERDATIN
4. KUALIFIKASI PERSONAL:
• PERSETUJUAN TERTULIS MEMATUHI KODEKI DAN PEDOMAN PRAKTIK ANESTESIOLOGI DAN TERAPI
INTENSIF PERDATIN,
• PERNYATAAN PERILAKU ETIKA
• KEANGGOTAAN DLM PERHIMPUNAN TK LOKAL, CABANG/NASIONAL
• SURAT KETERANGAN SEHAT JASMANI DAN MENTAL SERTA TIDAK TERLIBAT KETERGANTUNGAN OBAT
TERLARANG DAN ALKOHOL
5. POLA PRAKTIK:
– TEMPAT PRAKTIK MEMENUHI STANDAR DAN PEDOMAN PELAYANAN ANESTEIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
DARI PERDATIN
– REKAM JEJAK KEJADIAN TAK DIHARAPKAN SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR,
– REKAM JEJAK PELANGGARAN DISIPLIN DALAM LIMA TAHUN TERKHIR (DATA DARI PERDATIN)
– REKAM JEJAK RUANG LINGKUP DAN KUALITAS KETRAMPILAN KLINIK SESUAI HASIL PENILAIAN PEER
GROUP (MITRA BESTARI) SETEMPAT DAN DIANGGAP MEMADAI OLEH INSTITUSI YANG MEMBERIKAN
KEWENANGAN KLINIS

Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
GAMBARAN KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF

GENERAL ANESTESIOLOGIS;
1. LATAR BELAKANG
2. KUALIFIKASI
3. KURIKULUM PENDIDIKAN: DITETAPKAN OLEH KOLOGIUM
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
4. PERHIMPUNAN DAN PENDIDIKAN / AKADEMIK
5. STANDAR KOMPETENSI PELAYANAN
6. STANDAR KETRAMPILAN
7. STANDAR MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN
KOMPETENSI
8. STANDAR ETIK MEDIKOLEGAL

Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
5. Standar Kompetensi
• Mampu melakukan anestesia dan analgesia sesuai dengan tandar pelayanan
anestesi yang
• ditetapkan oleh Perdatin Pusat dan Cabang
• Mampu melakukan anestesia umum inhalasi, balans, intravena total
• Mampu melakukan anestesia regional, spinal,epidural, blok pleksus saraf
• Mampu mengelola anestesia pada bedah digestif, ortopedi, urologi, plastic,
onkologi, THT, mata, ginekologi.
• Mampu mengelola anestesia obstetric
• Mampu mengelola anestesia bedah pediatric pada kasus kasus tertentu
• Mampu mengelola anestesi bedah saraf pada kasus kasus tertentu
• Mampu mengelola pasien di ruang pulih
• Mampu mengelola anestesia bedah paru dan bedah jantung tertutup.
• Mengetahui pengelolaan anestesia bedah jantung terbuka
• Mampu mengelola pasien di ICU dan ICCU
• Mampu mengelola anestesia rawat jalan
• Mampu mengelola anestesia pada prosedur di luar kamar operasi ( misal
radioterapi, MRI, CTScan kasus pediatri)
• Mampu mengelola nyeri akut pasca bedah, nyeri membandel
6. Standar Keterampilan

•  Mampu memasang kanul arteri, kateter vena sentral,


pipa nasogastrik
• Mampu melakukan intubasi endotrakeal, pemasangan
Lryngeal Mask Airway (LMA), blok spinal, blok epidural,
blok kaudal, dan blok pleksus saraf
• Mampu mengatur posisi pasien
• Mampu melakukan pemeliharaan trias-anestesi selama
operasi
• Mampu memasang dan menginterpretasikan hasil
monitor fungsi vital
• Mampu mengelola kelaikan mesin anestesia dan
ventilator
• Mampu mengelola pernafasan pasien secara manual dan
ventilator anestesi 
7. Standar Mempertahankan & Meningkatkan Kompetensi

• Program Pendidikan Berkelanjutan ; Pendidikan dan


Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) telah
disusun oleh IDSAI :
• Mengikuti acara acara ilmiah dan CPD yang
diselenggarakan Perdatin atau Perhimpunan Profesi
lain
• Mampu menganalisis makalah ilmiah
• Mampu melakukan penelitian ilmiah
• Mampu membuat tulisan ilmiah
8. Standar Etik Medikolegal

• Memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan


hukum secara umum dalam kegiatan sehari–hari.
• Memahami kaitan Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran
Indonesia, UU Kesehatan, UU Praktik Kedokteran dan
Peraturan Kementerian Kesehatan, KUHP, Informed
Consent, dll.
• Beretika saat melakukan kegiatan anamnesis, kerjasama
interpersonal, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan
alat bantu diagnostik, konseling, terapi, memelihara
rahasia jabatan, catatan medik dan memelihara
kesehatan sendiri.
• Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien
atau keluarganya, disiplin lain dan sesama spesialis
anestesi
PEDOMAN MITRA BESTARI BIDANG
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
• Mitra bestari: orang yang berpraktik dalam profesi yg sama yg memiliki
keahlian dalam bidang yang akan di evaluasi, tk keahlian dalam bidang tsb
unt dapat memberi evaluasi thd kompetensi seorang dr
• Dasar: lingkup kompetensi atau Sifat permasalahan isu yg dievaluasi
• Mitra Bestari bidang anestesiologi dan terapi intensif : terdiri dari para dr
spesialis dan terapi intensif
• Tidak harus dari RS yg bersangkutan
• Peran sebagai mitra bestari adalah bagian dari kewajiban etika dokter,
maka imbal jasa berupa pemberian satuan kredit SKP dari PERDATIN
• Punya rekam jejak yg bijak bestariMendapat pengesahan dari pengurus
PERDATIN setempat

Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
PEDOMAN MITRA BESTARI lanjutan….

• Mempunyai pandangan/wawasan luas thd keilmuan dan


praktik anestesia
• Peran dan kapasitasnya tidak terbatas pada masalah
kredensialing dan privileging tetapi juga dalam hal penjagaan
mutu medis/audit medis, disiplin profesi/penegakan disiplin
• Punya kemampuan keilmuan terkini (at the cuting edge) tidak
harus guru besar
• Sebagai mitra bestari di RS yg bersangkutan harus melalui
proses penapisan oleh RS tersebut dan tdk perlu SIP di RS
tersebut
• RS dapat membuat daftar mitra bestari sesuai jumlah yg
dibutuhkan, kemudian saat dibutuhkan perannya KOMITE
MEDIK dapay membuat panitia Adhok yg duiambil dari daftar
tsb
Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
PEDOMAN TENTANG WHITE PAPER RS
• White Paper RS Adalah Suatu Gambaran/Batasan Tentang Kriteria
Kompetensi / Kemampuan Minimal Yang Dimiliki / Dikuasai Seorang Dr
Untuk Dapat Memenuhi Persyaratan Kewenangan Klinis Dalam Suatu
Lingkup Praktik Atau Prosedur
• Setiap RS Dapat Mengembangkan White Paper Mengenai Suatu
Kompetensi Medis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Tetapi Harus Tetap
Dalam Koridor Anestesiologi Dan Terapi Intensif Yg Ditetapkan Oleh KATI
• White paper yg menyangkut beberapa bidang ilmu kedokteran/multi
disiplin harus mendapat pengesahan / persetujuan/ kesepakatan dari
semua mitra bestari/ peer group terkait sebelum disahkan oleh direktur
RS

Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia 2012
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEDGE)

• KEWENANGAN KLINIK :
• KEWENANGAN INTI (CORE PRIVILEDGE)
• KEWENANGAN TAMBAHAN (SPESIFIK PRIVILEDGE)
– DR YG MEMINTA KEWENANGAN KLINIK TIDAK HARUS MEMINTA
SELURUH RINCIAN, CUKUP MEMINTA KEWENANGAN YG SESUAI DG
PEMINATANNYA
– DR YG MEMNTA KEWENANGAN KLINIK TAMBAHAN/SPESIFIK
PRIVILEDGE MEREKA YG TELAH MENYELESAIKAN PENDIDIKAN
TERSTRUKTUR BIDANG SUB SPESIALISASI DAN ATAU FELLOWSHIP
BERDASAR KETENTUAN KATI
Contoh
Form Pengajuan
Kewenangan
Klinis Dokter
Spesialis Anestesi
Sengketa Medik
 Ketidak puasan pasien / keluarganya terhadap
pelayanan dokter

 Penyebab umumnya

 Miskomunikasi

 Kurang Informed Consent

 Penyelesaian

 Tidak mesti diselesaikan lewat jalur hukum

 Penyelesaiannya bisa dengan perdamaian &


penjelasan yang memuaskan
Kasus-kasus
Kasus-kasus
Kenapa terjadi Malpraktek
 Asumsi Masyarakat tentang Kesehatan
 Layanan di RS harus selalu  Sembuh.
 Dr dianggap serba bisa  Tak sembuh malpraktik

 Pelayanan Kedokteran
 Kompleks & berjenjang
 Pekerjaan yg harus dilakukan dengan penuh hati hati
 Berhubungan dengan manusia yang punya HAM
 Pasien sering dibawa terlambat
 Dokter multifungsi  Banyak jabatan & Kerja
overload.
Sanksi Malpraktek

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


– Pasal 359,
– Pasal 360,
– Pasal 361

2. UU Praktek Kedokteran
– Pasal 75
– Pasal 76
– Pasal 79
KUHP

 Pasal 359  Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya


orang dihukum penjara selama-lamanya 5th atau kurungan selama-
lamanya 1 th.

 Pasal 360 ayat 1  Barangsiapa karena salahnya menyebabkan


orang luka berat dihukum penjara selama-lamanya 5 th atau hukuman
kurungan selama-lamanya 1 th.

 Pasal 360 ayat 2 Barangsiapa karena salahnya menyebabkan


orang menjadi sakit atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau
pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 bl atau hukuman kurungan selama-lamanya 6 bl atau
hukuman denda setinggi tingginya Rp 4500.
UU Praktek Kedokteran
 Pasal 75 ayat 1  Setiap dr, drg yang dengan sengaja melakukan
praktik kedokteran tanpa memiliki STR dapat dipidana penjara paling

lama 3 (tiga) th atau denda paling banyak Seratus juta rupiah

 Pasal 76  Setiap dr, drg yang dengan sengaja melakukan praktik


kedokteran tanpa memiliki SIP dapat dipidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun atau denda paling banyak Seratus juta rupiah.

 Pasal 79  Setiap dr, drg yang dengan sengaja tidak memasang


papan nama, membuat rekam medis dan tidak memenuhi kewajiban

dapat dipidana dengan penjara paling lama 1 th atau denda paling

banyak Lima puluh juta rupiah.


Pencegahan Malpraktek

 Dokter harus pintar berkomunikasi

 Bersikap empati

 Harus selalu mengembangkan diri & ilmu


MK Putuskan Dokter Bisa
Dipenjara Tanpa
Rekomendasi MKDKI
Gedung Mahkamah Konstitusi (ari saputra/detikcom)

Jakarta - Impian para dokter untuk tidak mudah dipidana seperti


yang dialami oleh dr Ayu pada tahun 2014 lalu kandas. Mahkamah
Konstitusi (MK) mengunci rapat-rapat keinginan dokter supaya
bisa dipidana berdasarkan rekomendasi dewan etik kedokteran.

"Menolak permohonan untuk seluruhnya," ujar Ketua MK,


Arief Hidayat saat membacakan putusan dalam sidang
terbuka untuk umum di Gedung MK, Jl Medan Merdeka
Barat, Jakarta, Senin (20/4/2015).
 Kasus Gresik ( tanpa SIP dan Surat Ijin RS yg habis )

 Kasus Makasar ( dr. Spesialis Ortopedi )

 Kasus beberapa RS ( ijin Alkes dan IPAL )

 Kasus Sampang

 dan masih banyak yang lain


Layakkah seorang dokter langsung di
PENJARA karena tanggung jawab profesinya ?
Latar Belakang
• Dalam era globalisasi, profesi kedokteran
merupakan salah satu profesi yang
mendapatkan sorotan masyarakat
• Merupakan satu pertanda bahwa saat ini
sebagian masyarakat belum puas terhadap
pelayanan medis dan pengabdian profesi
dokter di masyarakat
• Terdapat kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang didapatkan oleh pasien.
Sejarah
• Mula-mula profesi dokter dianggap sebagai
suatu profesi yang sangat disanjung-sanjung
karena kemampuannya untuk mengetahui
hal-hal yang tidak tampak dari luar.
• Bahkan seorang dokter dianggap sebagai
rohaniawan yang dapat menyembuhkan
pasien dengan doa-doa
Perkembangan
• Dewasa ini dokter lebih dipandang sebagai
ilmuwan yang pengetahuannya sangat
diperlukan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit.
• Kedudukan dan peran dokter tetap dihormati,
tetapi tidak lagi disertai unsur pemujaan.
• Dokter dituntut suatu kecakapan ilmiah
tanpa melupakan segi seni dan artistiknya.
Permasalahan
 Kebanyakan orang kurang dapat memahami
bahwa sebenarnya masih banyak faktor lain di
luar kekuasaan dokter yang dapat
mempengaruhi hasil upaya medis :

- stadium penyakit,
- kondisi fisik,
- daya tahan tubuh,
- kualitas obat dan
- juga kepatuhan pasien
tidaklah salah jika kemudian dikatakan bahwa
hasil suatu upaya medis..... penuh dengan
uncertainty dan tidak dapat diperhitungkan
secara matematik
PENDIDIKAN DOKTER/DOKTER SPESIALIS

Knowledge Skills
Competence Competence

Attitudinal
Aspect or Behavioral
Competence

Clinical (and ethical)


Problem Solving / decision making

Clinical Competence
Khawatir jadi dokter ?

Dokter adalah profesi mengasikkan


WFNS Last Interim Meeting,
Beijing-China 2019

09/05/20
WFNS Last Interim Meeting,
Beijing-China 2019

09/05/20
ISNS & WFNS Course 2019

09/05/20
TBI Symposia, Bangkok,
Thailand, 2019
09/05/20
Ilmiah : WFNS 2018, KL

09/05/20
ACNS 2018, Dubai, UEA

09/05/20
Thammasat Skull Base Surgery,
Thailand, 2018

09/05/20
Conclusion: Subdural drainage and early tracheostomy are recommended
novel to perform on severe TBI patient in the area with the modest
neurosurgical settings, due to lower mortality rate and better end result.
Conclusions:

Outcome of EDH depends on the several factors,


including trauma operation interval, patient's
age, clinical status preoperative and associated
other extracranial injury.

Survival from traumatic EDH was 87.67% of survivors had a Glasgow


Outcome Score of 4 or 5 (good or moderate). The combination of anisocor
pupils and GCS < 8 suggests severe primary brain injury.
Mortality and morbidity were more among those who operated after 48 h of
occurrence and patient with multitrauma case.
So this study revealed that the early surgery is more life saving than the late surgery.
Thus the characteristics of
brain injury patients in this
study that had a significant
predictive outcome based on
the Marshall CT
classification were age,
initial GCS score, mortality
rate, and length of stay.

This study resume that the


characteristic of TBI patients
in the rural area of
developing country shows
the same image as other
09/05/20
09/05/20
09/05/20
09/05/20
09/05/20
‫لناس‬
ِ ‫الناس أَ ْن َف ُع ُه ْم ِل‬
ِ ‫َخ ْي ُر‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi manusia” (HR. Ahmad).

Anda mungkin juga menyukai