Anda di halaman 1dari 36

S E M I NAR LAP O RAN P E N E L I T IAN

HUBUNGAN AKSESIBILITAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DENGAN KONDISI SOSIODEMOGRAFI DI DAERAH URBAN DAN RURAL
KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN TAHUN 2019:
PILOT PATHFINDER SURVEY

Dewi Qalbiyani / J014171003


Pembimbing: drg. Fuad Husain Akbar, M.Kes., Ph.D

1
LA T A R B E LA K A N G

PASAL 25
“Setiap orang memiliki hak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan
perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan”
(Tulchinsky TH, 2017)
2
Lanjutan Latar Belakang

UU Nomor 17 Tahun 2007

Tantangan pada bidang kesehatan:


>> Mengurangi kesenjangan status kesehatan
masyarakat dan akses terhadap pelayanan
kesehatan
>> Meningkatkan jumlah dan penyebaran
tenaga kesehatan
>> Meningkatkan akses terhadap fasilitas
kesehatan
>> Mengurangi beban ganda penyakit
(Sakti dkk, 2018)

3
Lanjutan Latar Belakang

Persentase masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih menujukkan


persentase yang tinggi, yakni sebesar 57,6%.
(Kemenkes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018)

4
5
Negara Maju Negara Berkembang
“Spanyol” “Ghana”

Penelitian di Spanyol menunjukkan


bahwa individu yang tinggal di wilayah Sebagian besar masyarakat daerah pedesaan
urban lebih sering mengakses pelayanan (rural) masih memiliki aksesibilitas yang buruk
kesehatan spesialis dibanding individu ke layanan kesehatan dasar.
yang tinggal di wilayah rural.
Hal ini diakibatkan oleh kondisi jalanan yang
Hal ini menunjukkan bahwa daerah buruk di daerah tersebut.
tempat tinggal memengaruhi akses
terhadap layanan kesehatan. (Dassah E, 2018)

(Rekha, 2017)

6
7
Jumlah Penduduk
Kabupaten Pinrang
372.230 jiwa

8
World Health Organization (WHO)
Rasio dokter gigi menyatakan bahwa
dibanding jumlah penduduk kondisi ideal rasio dokter
di Kabupaten Pinrang dibanding jumlah penduduk
1 : 6700 1 : 2500

9
RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana hubungan aksesibilitas pelayanan
kesehatan gigi dengan kondisi sosiodemografi
daerah urban dan rural Kabupaten Pinrang,
Sulawesi Selatan
tahun 2019?

10
B A H A N D A N M E T O D E

Metode Survei

>>Pilot Pathfinder Survey (Stratified Cluster Sampling Technique)

Stratified Sampling Technique Cluster Sampling Technique

Usia Responden Lokasi Penelitian

11
Lokasi dan Waktu Survei

--L o k a s i S u r v e i--
Urban: Watang Sawitto
Rural : Suppa

--W a k t u S u r v e i--
29 Januari – 1 Februari 2019

12
2 Populasi dan Subyek Survei

Urban =184 orang

298 Rural =114 orang

--K r i t e r i a I n k l u s i--
 Domisili Pinrang, usia ≥18 tahun
 Hadir pada waktu survei dilaksanakan
 Bersedia mengisi kuesioner

--K r i t e r i a E k s k l u s i--
 Tidak mengisi kuesioner secara lengkap
 Membatalkan kesediaan untuk menjadi subyek penelitian
13
Variabel Survei

--V a r i a b e l I n d e p e n d e n--
 Lokasi
 Jenis Kelamin
 Usia
 Pendidikan
 Penghasilan
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi
 Frekuensi Kunjungan
 Alasan Kunjungan
 Alasan Tidak Berkunjung
 Asuransi Kesehatan

--V a r i a b e l D e p e n d e n--
 Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

14
Instrumen dan Analisis Data

--A n a l i s i s D a t a--
>>Analisis univariat
Distribusi frekuensi karakteristik
responden
>>Analisis bivariat
Hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen (Uji Chi-
square; software SPSS versi 21.0 for
windows )

Kuesioner Special Eurobarometer 330


yang dimodifikasi dari Ramona dkk
15
Prosedur Survei

Izin etik dan izin survei.


Sosialisasi survei ke Pemerintah Kabupaten dan Dinas Kesehatan terkait.
Pengambilan data penduduk urban dan rural.
Pembagian kuesioner Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan.
Peneliti melakukan interview sekaligus memandu subyek dalam pengisian
kuesioner.
Menghitung skor kuesioner Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan.
Setelah diperoleh data dari Kuesioner Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan maka
dilakukan analisis data lalu ditarik kesimpulan.
16
H A S I L

17
18
19
20
21
22
23
Tabel 9.a. Hubungan Antara Karakteristik Sosiodemografi dengan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Gigi
Primer

*uji Chi-square
24
p<0,05 significant
Tabel 9.b. Hubungan Antara Karakteristik Sosiodemografi dengan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Gigi
Primer

*uji Chi-square
p<0,05 significant

25
P E M B A H A S A N

TEMUAN
Pasien yang lebih banyak melakukan perawatan gigi di fasilitas kesehatan yaitu pasien berjenis
kelamin perempuan.
TEORI
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Eropa dan Saudi Arabia yang menyatakan bahwa
wanita lebih sering mengunjungi fasilitas kesehatan gigi primer dibandingkan laki-laki. Hal tersebut
dapat disebabkan karena wanita pada umumnya lebih banyak berkaitan dengan fasilitas kesehatan
karena mereka lebih memperhatikan kesehatan gigi mereka khususnya yang berkaitan dengan
estetik. Selain itu laki-laki memiliki kesibukan yang lebih banyak dibandingkan wanita karena
menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bekerja sehingga tidak terlalu memperhatikan
kesehatan gigi mereka dan memengaruhi terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan gigi.
(Saintrain et al, 2014)

26
TEMUAN
Hasil Open Ended Question menunjukkan bahwa pasien memilih perawatan gigi hingga ke Rumah
Sakit Umum Luar Daerah, dalam hal ini Kabupaten Pare-Pare sebab bagi masyarakat rural, akses ke
Puskesmas Kabupaten Pare-Pare lebih mudah. Hal yang memprihatinkan ialah, masih ada
masyarakat Kabupaten Pinrang yang memilih kunjungan perawatan gigi ke tukang gigi, padahal
tukang gigi tidak termasuk dalam Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat.

TEORI
Hal ini sejalan dengan penelitian di daerah rural Ghana bahwa masyarakat rural yang memiliki
hambatan terhadap akses kesehatan menunjukkan reaksi berupa beralih ke pengobatan tradisional,
dalam hal ini tukang gigi.
(Agbenyo, 2017)

27
TEMUAN
41% responden (n=130) berpendapat bahwa alasan utama diputuskannya kunjungan
ke pelayanan kesehatan gigi ialah karena ingin mendapatkan perawatan penambalan
gigi.

TEORI
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian di Jerman yang menunjukkan bahwa alasan
utama diputuskannya kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi ialah pemeriksaan
kesehatan gigi.
(Gheorghe R, 2017)
28
TEMUAN
Alasan utama responden tidak mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan gigi yaitu karena
biaya mahal dan kesibukan. Kedua alasan ini menunjukkan persentase yang sama yaitu 22%
dari keseluruhan responden.

TEORI
Hal ini sejalan dengan penelitian di Jerman yang menunjukkan bahwa biaya menjadi faktor
pertimbangan perawatan. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas pasien pada fasilitas
pelayanan kesehatan gigi tersebut merupakan pasien yang berdomisili di Swiss. Biaya
perawatan gigi di Jerman lebih terjangkau sehingga pasien lebih memilih berkunjung ke
luar daerah demi menekan anggaran perawatan gigi.
(Gheorghe R, 2017)

29
TEMUAN

Terdapat hubungan yang bermakna antara lokasi yaitu urban dan rural terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan gigi primer.

TEORI

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Jepang yang menyatakan lokasi
berkaitan dengan penggunaan transportasi merupakan salah satu faktor penting
terhadap aksesibilitas pelayanan kesehatan gigi.
(Hamano T, 2017)

30
TEMUAN

Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terhadap penggunaan fasilitas


kesehatan gigi primer.

TEORI

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar kecenderungan dalam


penggunaan fasilitas kesehatan gigi dan semakin rendah pendidikan seseorang maka
cenderung memiliki sumber finansial yang terbatas dan memberikan prioritas yang
rendah terhadap penggunaan layanan kesehatan gigi.
(Sharifa, 2012)

31
TEMUAN

Masyarakat Kabupaten Pinrang belum memperoleh jaminan kesehatan yang layak


secara menyeluruh. Masih ada masyarakat yang tidak memiliki asuransi kesehatan,
bahkan seumur hidupnya belum pernah sama sekali melakukan kunjungan
perawatan gigi.

TEORI

Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap status kesehatan gigi masyarakat dalam
suatu daerah, utamanya Indonesia. Sehingga hal ini menjadi salah satu bukti nyata
sehubungan dengan data Riskesdas 2018 bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut
di Indonesia terbilang masih tinggi.
(PDGI, 2018)
32
TEMUAN

Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap responden yang tinggal di wilayah


urban maupun wilayah rural terhadap aksesibilitas pelayanan kesehatan gigi.
TEORI

Hal ini sejalan dengan Penelitian di Ghana yang menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat daerah pedesaan (rural) masih memiliki aksesibilitas yang buruk
ke layanan kesehatan dasar dibanding masyarakat urban. Penelitian di Spanyol juga
menunjukkan bahwa individu yang tinggal di wilayah urban lebih sering mengakses
pelayanan kesehatan spesialis dibanding individu yang tinggal di wilayah rural.
(Agbenyo, 2017)

33
KESIMPULAN

Aksesibilitas masyarakat Kabupaten Pinrang terhadap fasilitas


pelayanan kesehatan gigi memiliki hubungan yang bermakna dengan
karakteristik sosiodemografi berupa lokasi, usia, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan masyarakat.

Aksesibilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Pinrang masih perlu


ditingkatkan, utamanya di daerah rural.

34
SARAN
Diperlukan pengembangan strategi dan penyediaan sarana dan
prasarana untuk mendukung pembangunan fasilitas pelayanan
kesehatan gigi dan mulut khususnya di daerah pedesaan.

Perlu dilakukan peningkatan ketelitian dalam pengambilan data


terutama berkaitan dengan variabel-variabel yang ditentukan.

35
TERIMA KASIH

36

Anda mungkin juga menyukai