NAMA : ARDIANSYA
2014/2015
A. MASALAH AWAL
menjadi suatu program unggulan dibidang kesehatan. Hal ini mungkin karena para
karies gigi bersifat bukan emergency dan belum ada kematian akibat karies gigi
terhadap manusia. Namun diperlukan suatu kajian yang mendalam tentang masalah
penyakit karies gigi sehingga pengambil kebijakan dapat lebih memperhatikan pula
karies gigi pada pengunjung poli gigi di Puskesmas Wara Utara Kecamatan
BaraPalopo.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Frekuensi
Menyikat Gigi
Keterangan :
E. METODE PENELITIAN
1) Desain
Dalam rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik
sekaligus pada suatu saat. Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
2) Populasi
yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini populasinya
3) Tehnik sampling
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui
dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti
memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).
4) Pengumpulan data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
catatan/registrasi responden.
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Koding
c. Tabulasi
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Untuk mengetahui dan melihat distribusi frekuensi serta
b. Analisa bivariat
a. Hasil penelitian :
Tabel 4.7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Karies Gigi Di
Puskesmas Wara Utara Kecamatan Bara
memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 13 orang (59%) ada karies gigi dan 9
karies gigi dan yang ada karies gigi sebanyak 8 orang (29).
Tabel 4.8
Hubungan Jenis Makanan Dengan Kejadian Karies Gigi Puskesmas
Wara Utara Kecamatan Bara
dengan jenis makanan berisiko, sebanyak 15 orang (65%) ada karies gigi dan 8
berisiko, sebanyak 21 orang (78%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies
kecil dari nilai α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
Tabel 4.9
Hubungan Frekuensi Sikat Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di
Puskesmas Wara Utara Kecamatan Bara
memiliki frekuensi sikat gigi kurang, sebanyak 15 orang (71%) ada karies gigi
cukup, sebanyak 23 orang (79%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi
kecil dari nilai α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
b. Pembahasan :
sebanyak 20 orang (71%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi sebanyak
8 orang (29%). Walaupun tingkat pengetahuan responden baik tetapi masih ada
juga yang memiliki karies gigi tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi
sebanyak 13 orang (59%) ada karies gigi dan 9 orang (41%) tidak ada karies gigi.
Dengan pengetahuan responden tentang karies gigi yang kurang menyebabkan
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Andlaw dan Rock (1992)
kurangnya 2 kali sehari, kebanyakan mempunyai plak pada giginya. Hal ini
semua debris dan plak dari semua permukaan gigi yang dapat dijangkau, bukan
karies pada giginya, hal ini dikarenakan seseorang yang lebih sering menyikat
giginya secara teratur, minimal 2 kali sehari, atau setiap sehabis makan dan setiap
mandi. Hal tersebut akan berdampak positif karena akan mengurangi atau
Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,030) dimana lebih kecil dari nilai
α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
berisiko, sebanyak 21 orang (78%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi
makanan berisiko, sebanyak 15 orang (65%) ada karies gigi dan 8 orang (35%)
memiliki karies gigi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat responden
yang mereka konsumsi merupakan factor pemicu terjadinya karies gigi. Hal ini
akan bertambah parah bila kebiasaan ini dilakukan sejak anak-anak dimana pada
Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
yang tidak sering mengkonsumsi makanan kariogenik memiliki karies gigi rendah.
namun apabila rajin memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya, maka kejadian
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suwelo (1995),
bersifat kariogenik, tetapi apabila diiring dengan tingkat kebersihan mulut yang
Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,002) dimana lebih kecil dari nilai
α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara jenis makanan
Hasil penelitian dari 28 orang responden yang memiliki frekuensi sikat gigi
cukup, sebanyak 23 orang (79%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi
sebanyak 6 orang (21%). Sedangkan dari 21 orang responden yang memiliki
frekuensi sikat gigi kurang, sebanyak 15 orang (71%) ada karies gigi dan 6 orang
(29%) tidak ada karies gigi. Data tersebut menunjukan bahwa ada sebagian
responden yang kebiasaan menggosok giginya baik namun menderita karies gigi
yang tinggi.
Dari sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan menyikat gigi tidak
baik menunjukan karies gigi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
yang penting dan perlu dipahami secara baik, hal ini disebabkan perilaku manusia
yang baik harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga, misalnya menggosok gigi
pada pagi hari sesudah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur. Oleh karena
itu frekuensi menyikat gigi harus dibarengi dengan cara menyikat gigi yang baik
dan benar.
Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,000) dimana lebih kecil dari nilai
α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi sikat gigi