Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KARIES GIGI PADA

PENGUNJUNG POLI GIGI DI PUSKESMAS WARA UTARA KECAMATAN

BARAPALOPO TAHUN 2013

NAMA : ARDIANSYA

KELAS : B (S1 KEPERAWATAN)


STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO TAHUN AJARAN

2014/2015

A. MASALAH AWAL

Masalah kesehatan khususnya karies gigi di Puskesmas Wara Utara belum

menjadi suatu program unggulan dibidang kesehatan. Hal ini mungkin karena para

pengambil kebijakan di bidang kesehatan sebagian besar menganggap bahwa penyakit

karies gigi bersifat bukan emergency dan belum ada kematian akibat karies gigi

terhadap manusia. Namun diperlukan suatu kajian yang mendalam tentang masalah

penyakit karies gigi sehingga pengambil kebijakan dapat lebih memperhatikan pula

program kesehatan gigi menjadi program yang diprioritaskan di bidang

kesehatan.Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis berkesimpulan untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya

karies gigi pada pengunjung poli gigi di Puskesmas Wara Utara Kecamatan

BaraPalopo.

B. PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

“ faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada pengunjung

poli gigi di Puskesmas Wara Utara Kecamatan BaraPalopo tahun 2013 ”?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada pengunjung

poli gigi di Puskesmas Wara Utara Kecamatan BaraPalopotahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pengunjung poli gigi

dengan kejadian karies gigi.


b. Untuk mengetahui hubungan antara jenis makanan yang dimakan

pengunjung poli gigi dengan kejadian karies gigi.

c. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi menggosok gigi pengunjung

poli gigi dengan kejadian karies gigi.

D. KERANGKA KONSEP

Dalam kerangka konseptual ada variabel independen dan variabel dependen

dimana variabel indipendennya adalahPengetahuan, Jenis Makanan, Frekuensi

Menyikat Gigidan variabel dependennya adalah Kejadian Karies Gigi.

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Kejadian Karies Gigi


Jenis Makanan

Frekuensi
Menyikat Gigi

Keterangan :

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Diteiti

E. METODE PENELITIAN

1) Desain
Dalam rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik

Observasional dengan pendekatan Cross Sectional Design, yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat. Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi

sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan (Riduwan at all, 2010).

Peneliti melakukan pengukuran variabel independent dan variabel dependent

secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang jelas hubungannya

antara variabel independent dan dependent meliputipengetahuan, jenis

makanan, frekuensi menyikat gigi dengan kejadian karies.

2) Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini populasinya

adalah seluruhpasien poli gigi Puskesmas Wara Utara Kecamatan Bara.

3) Tehnik sampling

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

yaitu Nonprobability sampling. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik

Accidental Sampling, adalah mengambil responden sebagai sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui

cocok sebagai sumber data.

Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan

dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti

memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

4) Pengumpulan data

a. Data Primer

Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan klien yang

memperoleh informasi penting tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian karies gigi dengan menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain literatur,

internet, profil Dinkes dan laporan tahunan Puskesmas serta buku

catatan/registrasi responden.

5) Pengolahan data dan analisa data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan

kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

b. Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban responden.

c. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam bentuk tabel yaitu hubungan antara

variabel dependent dan independent.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat
Untuk mengetahui dan melihat distribusi frekuensi serta

persentase dari masing-masing variabel yang diteliti.

b. Analisa bivariat

Untuk mengetahui hubungan tiap variabel independent dengan

variabel dependent dengan menggunakan uji statistik Chi-

squaredengan rumus X^2 = E [ (E-O)^2/E] untuk mendapatkan adanya

hubungan atau pengaruh dua variabel.

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Hasil penelitian :

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Karies Gigi

Tabel 4.7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Karies Gigi Di
Puskesmas Wara Utara Kecamatan Bara

Sumber: data primer Mei 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 22 orang responden yang

memiliki pengetahuan kurang, sebanyak 13 orang (59%) ada karies gigi dan 9

orang (41%) tidak ada karies gigi.

Sedangkan dari 28 orang responden, sebanyak 20 orang (71%) tidak ada

karies gigi dan yang ada karies gigi sebanyak 8 orang (29).

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test

(Pearson Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,030) dimana lebih


kecil dari nilai α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi.

2.Hubungan Jenis Makanan Dengan Karies Gigi

Tabel 4.8
Hubungan Jenis Makanan Dengan Kejadian Karies Gigi Puskesmas
Wara Utara Kecamatan Bara

Sumber: data primer Mei 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 23 orang responden

dengan jenis makanan berisiko, sebanyak 15 orang (65%) ada karies gigi dan 8

orang (35%) tidak ada karies gigi.

Sedangkan dari 27 orang responden dengan jenis makanan tidak

berisiko, sebanyak 21 orang (78%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies

gigi sebanyak 6 orang (22%).

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test

(Pearson Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,002) dimana lebih

kecil dari nilai α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara

jenis makanan dengan kejadian karies gigi.

3.Hubungan frekuensi sikat gigi dengan karies gigi

Tabel 4.9
Hubungan Frekuensi Sikat Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di
Puskesmas Wara Utara Kecamatan Bara

Sumber: data primer Mei 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 21 orang responden yang

memiliki frekuensi sikat gigi kurang, sebanyak 15 orang (71%) ada karies gigi

dan 6 orang (29%) tidak ada karies gigi.

Sedangkan dari 28 orang responden yang memiliki frekuensi sikat gigi

cukup, sebanyak 23 orang (79%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi

sebanyak 6 orang (21%).

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test

(Pearson Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,000) dimana lebih

kecil dari nilai α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara

frekuensi sikat gigi dengan kejadian karies gigi.

b. Pembahasan :

1.) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Karies Gigi

Hasil penelitian dari 28 orang responden yang berpengetahuan baik,

sebanyak 20 orang (71%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi sebanyak

8 orang (29%). Walaupun tingkat pengetahuan responden baik tetapi masih ada

juga yang memiliki karies gigi tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi

responden untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut.

Sedangkan dari 22 orang responden yang memiliki pengetahuan kurang,

sebanyak 13 orang (59%) ada karies gigi dan 9 orang (41%) tidak ada karies gigi.
Dengan pengetahuan responden tentang karies gigi yang kurang menyebabkan

tindakan responden berdasar pada apa yang diketahui.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Andlaw dan Rock (1992)

menyatakan bahwa untuk pengetahuan tentang kesehatan gigi sangatlah minim,

walaupun lebih dari 50% individu menyatakan menggosok giginya sekurang-

kurangnya 2 kali sehari, kebanyakan mempunyai plak pada giginya. Hal ini

menunjukkan bahwa menggosok gigi biasanya dilakukan dengan tidak efektif.

Dalam tujuan pelaksanaan menggosok gigi haruslah mampu untuk mengeluarkan

semua debris dan plak dari semua permukaan gigi yang dapat dijangkau, bukan

hanya sekedar menggosoknya saja.

Adapun pengetahuan seseorang yang kurang tetapi tidak terjadi/terdapat

karies pada giginya, hal ini dikarenakan seseorang yang lebih sering menyikat

giginya secara teratur, minimal 2 kali sehari, atau setiap sehabis makan dan setiap

mandi. Hal tersebut akan berdampak positif karena akan mengurangi atau

mencegah terjadinya karies gigi.

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test (Pearson

Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,030) dimana lebih kecil dari nilai

α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kejadian karies gigi.

2.)Hubungan Jenis Makanan Dengan Karies Gigi

Hasil penelitian dari 27 orang responden dengan jenis makanan tidak

berisiko, sebanyak 21 orang (78%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi

sebanyak 6 orang (22%). Sedangkan dari 23 orang responden dengan jenis

makanan berisiko, sebanyak 15 orang (65%) ada karies gigi dan 8 orang (35%)

tidak ada karies gigi.


Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebgaian besar

responden yang sering mengkonsumsi makanan yang berisiko (kariogenik)

memiliki karies gigi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat responden

mengkonsumsi jenis makanan mereka tidak mengetahui bahwa jenis makanan

yang mereka konsumsi merupakan factor pemicu terjadinya karies gigi. Hal ini

akan bertambah parah bila kebiasaan ini dilakukan sejak anak-anak dimana pada

saat anak-anak kebiasaan jajan yang manis-manis sangat tinggi sehingga

merupakan factor pemicu timbulnya karies gigi.

Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

yang tidak sering mengkonsumsi makanan kariogenik memiliki karies gigi rendah.

Ini menunjukan bahwa sekalipun seseorang mengkonsumsi makanan kariogenik

namun apabila rajin memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya, maka kejadian

karies gigi dapat dicegah atau dikurangi.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suwelo (1995),

bahwa pada dasarnya setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat

bersifat kariogenik, tetapi apabila diiring dengan tingkat kebersihan mulut yang

baik dan pengurangan frekuensi konsumsi makanan selingan antara jam-jam

makan, maka hal ini dapat diminimalisir.

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test (Pearson

Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,002) dimana lebih kecil dari nilai

α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara jenis makanan

dengan kejadian karies gigi.

3.)Hubungan Frekuensi Sikat Gigi Dengan Karies Gigi

Hasil penelitian dari 28 orang responden yang memiliki frekuensi sikat gigi

cukup, sebanyak 23 orang (79%) tidak ada karies gigi dan yang ada karies gigi
sebanyak 6 orang (21%). Sedangkan dari 21 orang responden yang memiliki

frekuensi sikat gigi kurang, sebanyak 15 orang (71%) ada karies gigi dan 6 orang

(29%) tidak ada karies gigi. Data tersebut menunjukan bahwa ada sebagian

responden yang kebiasaan menggosok giginya baik namun menderita karies gigi

yang tinggi.

Dari sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan menyikat gigi tidak

baik menunjukan karies gigi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Sunaryo (2004) bahwa perilaku manusia merupakan sesuatu

yang penting dan perlu dipahami secara baik, hal ini disebabkan perilaku manusia

terdapat dalam aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia sangat dipengaruhi

oleh lingkungan dan tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan

merupakan lingkungan yang paling dekat dengan seseorang sehingga kebiasaan

yang baik harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga, misalnya menggosok gigi

pada pagi hari sesudah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur. Oleh karena

itu frekuensi menyikat gigi harus dibarengi dengan cara menyikat gigi yang baik

dan benar.

Hasil analisa hubungan dengan menggunakan uji Chi-Square Test (Pearson

Chi-Square) diperoleh nilai probabilitas (p=0,000) dimana lebih kecil dari nilai

α=0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi sikat gigi

dengan kejadian karies gigi.

Anda mungkin juga menyukai